Kasus Campak di Jember Meningkat, Dinkes Mencatat Ada Puluhan Pasien yang Positif
Waspada, jumlah kasus campak di Kabupaten Jember, Jatim, terus meningkat. Dinas Kesehatan menyebut, mayoritas anak-anak yang diserang campak.
Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, JEMBER - Jumlah kasus campak di Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim), terus meningkat.
Hingga minggu ke 37, tercatat ada 45 pasien yang positif.
Kepala bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, dr Rita Wahyuningsih, menyebutkan jika jumlah tersebut dari 178 laporan dari dugaan gejala campak.
"Setelah dilakukan pemeriksaan, yang positif campak 45 orang per 10 September 2025. Untuk kasus baru pada minggu epidemiologi (pelaporan penyakit menular) ke 37," ungkap dr Rita, Sabtu (13/9/2025).
Menurutnya, penyintas campak tersebut rata-rata anak-anak dengan rentang usia 0-9 tahun.
Kasus campak ini tersebar di Kecamatan Puger, Sumbersari, Mayang, Puskesmas dan Umbulsari.
"Mayoritas pasien mendapatkan penanganan dengan rawat jalan di puskesmas," tutur dr Rita.
Berdasarkan 178 suspek campak, dr Rita menerangkan, 14 persen kasus disetai diare, 10,6 persen penyintas mengalami nyeri sendi.
"6,1 persen disertai mual dan muntah, sementara 49 persen sisanya tak ada komplikasi," ucap dr Rita.
Ia juga menjelaskan, pasien yang tidak mengalami komplikasi, kondisinya mulai membaik dalam 7 sampai 10 hari masa perawatan sejak munculnya ruam dan batuk.
"Sedangkan yang disertai komplikasi, bisa memerlukan perawatan lebih lama. Mayoritas pasien sembuh setelah perawatan suportif seperti istirahat, cairan, pengendalian demam," ujarnya.
Lebih lanjut, dr Rita mengulat, bahwa belum ada obat anti virus secara pasti yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Sebab, pengobatan selama ini dilakukan mengunakan vitamin kekebalan tubuh.
"Penyembuhannya harus melalui perawatan suportif cek hidrasi, antipiretik sesuai usia, oksigen bila ada pneumonia serta pemberian vitamin A bila diperlukan," paparnya.
Sementara peningkatan kasus campak di Jember, dr Rita mengatakan hal itu karena cakupan imunisasi masih cukup rendah, serta tidak adanya kekebalan kelompok.
"Banyak anak tanpa kekebalan, penumpukan orang di ruang tertutup, imunitas menurun dan gangguan layanan imunisasi," urainya.
Mengingat campak berasal dari virus morbillivirus yang mudah menyebar lewat batuk atau bersin penyintas, imbuh dr Rita, hal itu membuat penyakit ini mudah menular.
"Orang yang kontak erat dengan penderita campak akan sangat mudah terpapar virus. Ditambah lagi ada celah kekebalan populasi yang rendah," tutupnya.
Nasib Bocah 4 Tahun di Indramayu Ditemukan Nangis di Samping Jasad Ayahnya, Ibu Jadi TKW di Hongkong |
![]() |
---|
The Seven Lakes Festival di Probolinggo : Festival 7 Danau, 7 Air Terjun Selama 7 Hari |
![]() |
---|
Sejarah Hotel Yamato di Surabaya: Dari Simbol Kolonialisme ke Monumen Nasionalisme |
![]() |
---|
Serangan Kera Liar Teror Warga Desa Klungkung Jember, Sudah 5 Orang yang Jadi Korban |
![]() |
---|
Beda Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa dengan Sri Mulyani Menurut Jokowi, Tabiat Dibeber Luhut Pandjaitan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.