Beranda Grahadi

282 Hewan Ternak Mati dari 6072 Kasus Penyakit Mulut dan Kuku, Dinas Peternakan Jatim Lakukan Ini

Penulis: Fatimatuz Zahro
Editor: irwan sy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Indyah Aryani.

SURYA.co.id | SURABAYA - Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Indyah Aryani, menegaskan bahwa sejauh ini telah ada 6.072 kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak yang terjadi di Jatim.

Jumlah tersebut merupakan kasus yang terlapor dalam kurun waktu dua bulan terakhir yaitu November-Desember 2024.

Menurutnya kasus PMK mulai merebak di Jatim dan beberapa provinsi di Indonesia sejak akhir tahun 2024 lalu.

“Total kasus PMK yang telah terlaporkan di Jawa Timur selama dua bulan terakhir November-Desember 2024 adalah sebanyak 6.072 kasus dan sebanyak 282 ekor di antaranya terlaporkan mati,” kata Indyah, pada Harian Surya, Jumat (3/1/2025).

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa rata-rata laporan kasus PMK di Jawa Timur pada bulan Desember bahkan telah mencapai di atas 100 kasus per hari.

Dari 38 kabupaten kota di Jatim, yang terlapor telah terjangkit PMK telah mencapai 30 kabupaten kota, mulai dari Kabupaten Kediri, Kabupaten Jember, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Ngawi, Kota Madiun, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Bondowoso.

Selain itu juga Kabupaten Gresik, Kabupaten Jombang, Kota Malang, Kota Batu, Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Tuban, Kabupaten Ponorogo dan juga Kabupaten Blitar.

“Gejala klinis dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah berikut adanya kelemahan dan kepincangan akut pada kelompok hewan peka, adanya air liur yang berlebihan, terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kendang,” kata Indyah.

Selain itu juga terjadi Lepuh/vesikel dan atau erosi didalam mulut, lidah, gusi, nostril, kulit sekitar teracak kaki dan/atau pada puting susu, demam tinggi mencapai 410C.

“Dan yang sering terjadi Hewan yang terjangkit PMK terlihat lemas karena dalam keadaan sakit dan lebih sering berbaring, sehingga terjadi penurunan produksi susu (pada sapi perah) yang drastis,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, dalam beberapa kasus yang telah cukup parah terdapat kelemahan dan kepincangan akut pada kelompok hewan peka.

Dan terjadi pengeluaran air liur yang berlebihan, terlihat menggantung dan air liur berbusa di lantai kendang.

Sejumlah langkah yang dilakukan, Dinas Peternakan Jawa Timur adalah melakukan sosialisasi dan vaksinasi.

Pihaknya juga melakukan pengobatan bagi hewan yang sakit.

“Kita mulai aktif melakukan komunikasi memberikan informasi dan Edukasi kepada peternak. Selain itu kami juga melakukan pengobatan pada ternak sakit dan melakukan vaksinasi pada ternak yang sehat,” jelas Indyah.

Pihaknya pun menegaskan bahwa Pemprov Jatim juga melakukan pengamanan dengan menerapkan pengaturan lalu lintas ternak, di mana ternak yang keluar masuk Jatim dilakukan pemeriksaan.

“Kami melaksanakan biosecuriti, melaksanakan pengendalian lalu lintas ternak, ini penting kami lakukan untuk menjaga agar tidak ada penularan yang masif pada hewan yang keluar masuk ke Jatim,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Dinas Peternakan Jatim juga sudah menurunkan tim untuk melakukan penyemprotan desinfektan pada pasar tenak.

Desinfektan ini penting untuk mencegah penularan yang lebih luas.

“Selain itu kami juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Kabupaten Kota dan Kementrian Pertanian, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk pengendalian PMK dengan menyediakan obat, vitamin, vaksin dan biaya operasional vaksinasi,” pungkas Indyah.

Berita Terkini