SURYA.co.id - Curhat seorang wanita asal Bandung yang ribut dengan juru parkir (jukir) gara-gara uang parkir Rp 10 ribu viral di medsos.
Keributan tersebut berawal saat wanita itu menolak bayar parkir sebesar Rp 10 ribu.
Ia bahkan menyebut tarif tersebut sudah seperti perampokan.
Hal ini sontak memantik amarah sang jukir.
Jukir tersebut langsung meneriaki si wanita agar tak parkir di sana.
Baca juga: Ada Juru Parkir Liar di Surabaya Pungut Tarif di Atas Ketentuan, Pemkot Lakukan Ini
Curhatan ini disampaikan oleh seorang pengendara mobil yang videonya diunggah oleh akun TikTok @rocketsquad.id.
Berikut kronologi lengkapnya.
1. Hendak Beli Makanan
Dalam keterangan unggahan tersebut, disebutkan bahwa pengendara mobil yang digetok harga parkir oleh jukir itu bernama Astrid.
Menggunakan Bahasa Sunda, Astrid menyampaikan keresahannya mengenai keberadaan jukir liar yang mematok harga semena-mena.
"Guys, tolong jangan suka memberikan uang (bernominal) besar ke tukang parkir yang menyebalkan, kebiasaan," ucap Astrid.
Astrid bercerita, dirinya hendak memarkirkan kendaraannya di Jalan Sultan Agung, Kota Bandung, untuk membeli makanan.
2. Digetok Parkir Rp 10 Ribu
Lalu, ia dihampiri oleh jukir yang mematok harga parkir.
"Jadi saya tadi mau parkir di Jalan Sultan Agung, Bandung, paling parkir di pinggir jalan berapa sih, Rp2.000 atau Rp4.000 gitu ya," tuturnya.
"Saat saya mau parkir, si tukang parkir itu tiba-tiba mengatakan 'Neng, parkir di sini Rp10.000,'" ucapnya menirukan.
3. Gak Terima
Perempuan itu pun tidak terima harus membayar uang parkir hingga Rp10.000.
"Saya enggak terima, 'saya sudah 25 tahun tinggal di Bandung, mana ada seperti itu,'" katanya.
Baca juga: Cerita Apes Mama Muda di Jepang Bayar Parkir Rp 32 Ribu Demi Uang Rp 100 Perak Tertinggal di Bank
"Udah gitu, jukirnya mengatakan, 'Memang segini (tarif parkir) di sini,'" ujarnya lagi.
Tak terima, Astrid pun menyamakan jukir itu dengan perampok.
"Terus saya jawab, 'Jangan gitu Mang, itu mah ngerampok namanya!'" tutur Astrid.
4. Malah Diteriaki
Setelah itu, jukir tersebut pun berteriak ke arah Astrid.
"Emang (jukir) berteriak, 'Udah jangan parkir di sini Neng kalau merasa dirampok, saya enggak maksa,'" ucapnya kesal.
Menurut Astrid, tindakan jukir itu sudah sama dengan pemaksaan.
"Jelas-jelas dengan dia ngusir begitu berarti maksa ingin saya bayar Rp10.000," keluhnya.
5. Jukir Tak Berani Datang
Kemudian, Astrid pun membeli jajanan berupa kue cubit di sekitar jalan tersebut.
Ketika kembali ke mobil, ia telah mempersiapkan uang sebesar Rp2.000 untuk membayar parkir.
Ia juga menyiapkan kamera untuk berjaga-jaga jika tukang parkir itu berbuat hal yang tidak diinginkan.
"Amang (jukir) tidak mau menghampiri, entah gengsi atau malu takut diviralkan," ungkapnya.
Astrid menuturkan, dirinya merasa tidak keberatan jika memang harus membayar tarif parkir lebih besar, asalkan tukang parkir itu memiliki perilaku yang santun.
"Saya bukannya tidak mau memberikan uang yang besar atau bagaimana, saya mau-mau aja asal tukang parkirnya baik," kata Astrid.
"Soalnya banyak banget tukang parkir yang tiba-tiba (meniupkan peluit) pas kita mau keluar, jadi saya susah sendiri parkir," tambahnya.
Sementara, para warganet pun banyak merasakan keluhan yang sama dengan pengendara mobil tersebut.
Bayar Parkir Rp 32 Ribu Demi Uang Rp 100 Perak
Sebelumnya, seorang mama muda asal Indonesia yang tinggal di Jepang menceritakan pengalaman tak menyenangkan yang dialami.
Melalui unggahan Instagram, mama muda bernama Selly Septiani Dewi ini bercerita bahwa sudah sembilan tahun di Negeri Sakura.
Suatu ketika, Selly membayar tagihan air di salah satu bank di Jepang pada Desember 2023.
Tiba-tiba pihak bank menghubungi Selly melalui sambungan telepon.
"Proses pembayaran berjalan biasa aja. Kemudian, saya pulang ke rumah. Selang dua sampai tiga jam kemudian, saya mendapatkan telepon dari bank tersebut," kata dia dikutip dari Kompas.com.
Pegawai bank itu mengatakan, Selly meninggalkan kembalian 1 Yen di bank tersebut setelah membayar tagihan.
Telepon itu sempat membuat perempuan ini heran. Sebab dia tidak tahu dari mana mereka mengetahui uang itu kepunyaannya. Ini karena ada selang waktu cukup lama dari terakhir dia berada di bank tersebut.
"Kebiasaan orang Jepang itu kalau ada yang ketinggalan (barang) mereka langsung ngejar orangnya. Tetapi, ini ada jeda dua sampai tiga jam. Kemungkinan, mereka lupa memberikan uang 1 Yen itu kepada saya," lanjut dia.
Karena jarak rumah dan bank sekaligus kantor pos tempatnya membayar tagihan itu cukup jauh, Selly mengatakan ke pihak bank agar uang tersebut disumbangkan ke kotak amal saja.
Namun, bank itu mengaku tidak punya kotak amal. Pihak bank juga menolak uang Selly karena takut dianggap menyalahgunakan uang nasabah. Bank pun tetap meminta dia mengambil uang itu.
"Namun, saya tidak langsung datang ke bank tersebut karena jaraknya agak jauh. Saya inginnya (mengambil uang) bulan depan saja sekalian bayar tagihan lagi," tambah dia.
Selly yang belum mengambil uang 1 Yen itu tiba-tiba ditelepon kembali oleh pihak bank sekitar Kamis (25/1/2024).
Pihak bank, katanya, menerima tawaran Selly yang akan mengambil uang tersebut saat membayar tagihan bulan berikutnya.
"Yang penting, dari mereka, (saya) harus mengambil uangnya. Jangan dibiarkan ada di situ (di bank)," ujar dia.
Selly lama-lama khawatir kejadian ini akan menimbulkan dampak bagi bank tadi. Akhirnya, dia memutuskan mengambil uang 1 Yen di hari itu juga tanpa menunggu periode bayar tagihannya.
Saat berada di bank, dia mengaku mendapat permintaan maaf dari para pegawai. Mereka juga senang Selly dapat mengambil uang 1 Yen tersebut.
"Sebenarnya, hal seperti ini sudah saya alami di Jepang," ungkap Selly.
>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id