SURYA.co.id - Seorang alumni Universitas Brawijaya (UB) Malang mengambil keputusan luar biasa dalam hidupnya.
Ia menolak pekerjaan di perusahaan minyak ternama demi membangun kampung halaman.
Ia adalah Lodimeda, asal Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Lodi-sapaan akrabnya, merupakan lulusan S1 Teknik Industri sekaligus alumni beasiswa LPDP.
Semasa kuliah, ia sempat magang di perusahaan minyak ternama.
Lodi kemudian ditawari supervisor-nya untuk bekerja di Dubai.
Namun, tawaran itu justru ia tolak.
Ia lebih memilih melanjutkan S2, agar bisa melakukan riset dan mengamati masalah warga yang ada di kampungnya.
"Jadi yang saya lakukan di Sabu selama ini riset.
Baca juga: Sosok Nurul Muflikhin Lulusan Tercepat di Universitas Jember dengan IPK 3.82, 17 Kali Gagal Tes PTN
Dalam bidang apa? Semua bidang yang ada hubungannya dengan energi, air, dan material walaupun kekhususan saya di S3 adalah tentang air tapi saya percaya bahwa ya pada akhirnya semua aspek kehidupan kita itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya" ujarnya, dikutip dari laman LPDP.
Lodi menuturkan, masalah yang tak kunjung beres di kampungnya adalah krisis air bersih dan masalah ekonomi. Tak sedikit dari mereka yang tidak memikirkan sekolah apalagi kuliah.
"Pada akhirnya, keputusan untuk sekolah bisa jadi tidak rasional. Keputusan yang lebih rasional adalah lebih baik kita merantau, karena bisa memberi makan saudara-saudara yang ada di rumah. Kalau di sekolah belum tentu nanti pulang ke Sabu bisa kerja," kata Lodi.
Maka dari itu, sebagai orang yang diberikan kesempatan, Lodi tak ingin menyia-nyiakan ilmu yang telah didapatnya di sekolah dan kampus.
Ia ini bertekad menempuh pendidikan setinggi mungkin.
Kemudian, Lodi pun melanjutkan pendidikan S2 Industrial Ecology di Leiden University dengan beasiswa LPDP.
Kini, Lodi tengah bersiap untuk melanjutkan S3 Industrial Ecology di Delft University of Technology (TU Delft) dengan beasiswa LPDP lagi.
Penolakan bekerja di luar negeri menurut Lodi juga dilatarbelakangi oleh kecintaannya terhadap Sabu. Orang-orang Sabu menurut Lodi sangat erat kekeluargaannya.
Hal tersebut dikarenakan Sabu memiliki tradisi sejarah tutur membaca silsilah keluarga dari kakek hingga nenek moyang. Oleh karena itu, warga Sabu selalu mengusahakan memberi ketertarikan soal Sabu kepada generasi penerusnya.
"Inilah yang membuat Beta selalu merasa dekat dengan Sabu dan membuat Beta memutuskan untuk setelah Beta kuliah, setelah selesai magang, memutuskan untuk kembali ke Sabu dan keputusan ini Beta jalani sampai hari ini," tuturnya.
Sepulang dari S3, Lodi berencana untuk pulang kembali ke Sabu.
Di sana, ia akan terus melakukan riset dan mengamati bagaimana orang-orang di Sabu menjalani hidup dan bertahan.
Lodi mengatakan, ia sempat berpikir untuk membuat produk industri skala kecil menengah bagi warga Sabu untuk memaksimalkan karya mereka.
Apalagi, warga di sana memiliki potensi membuat gula merah dan menenun kain.
Lodi juga mendirikan proyek museum rintisan bernama Museum Ammu Hawu.
Museum berupa situs digital ini merekam sekaligus menggali seluruh peradaban sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan kebijaksanaan hidup yang diwariskan masyarakat Sabu dari generasi ke generasi.