SOSOK Oknum Karyawan PT KAI Terduga Teroris di Bekasi, Sifatnya Beda Jauh dengan Orang Tua

Penulis: Arum Puspita
Editor: Musahadah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Barang DE yang disita Densus 88 (kiri) Penampakan rumah kontrakan DE di Bekasi, sekaligus lokasi penangkapan (kanan)

SURYA.CO.ID - Oknum karyawan PT Kereta Api Indonesia atau PT KAI, berinisial DE ditangkap tim Densus 88 Antiteror Polri, Senin (4/8/2023) siang.

Penangkapan DE terjadi di rumahnya, di Perumahan Pesona Anggrek Harapan, Blok B7, RT 07, RW 27, Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.

"Dia karyawan BUMN, di PT KAI," kata Ketua RT setempat, Ichwanul Muslimin, dikutip dari Kompas.com.

Namun, Ichwanul tidak mengetahui apa jabatan DE di PT KAI. 

Pasalnya, DE merupakan warga baru di daerahnya.

"Dia baru ngontrak di sini. Baru sekitar enam bulan lah," lanjut Ichwanul.

Ichwanul menututkan, DE merupakan sosok yang ramah.

Ia pun tidak menyangka DE ditangkap aparat atas kasus terorisme.

Rumah Orang Tua Digeledah

Selain menggeledah rumah kontrakan DE, Densus 88 juga mendatangi rumah keluarga DE di Komplek Bumi Sari Indah (BSI) Blok M, No 2 RT 02 RW 20 Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

Hal tersebut dikonfirmasi Ketua RT 02 RW 20, Idris.

"Iya, benar. Ada penggeledahan tadi siang."

Ia menjelaskan, rumah tersebut hanya dihuni oleh dua orang saja. 

"Sekarang yang tinggal di sini, hanya orangtua tepatnya ibunya dan kakak pertamanya," ujar Idris ditemui di kediamannya, Senin.

Sifat Beda dengan Orang Tua

Idris lantas menyinggung sifat DE yang berbeda dengan kedua orangtuanya,

Menurut Idris, DE merupakan sosok yang kurang bersosialisasi dengan masyarakat.

Sedangkan kedua orangtuanya, sangat baik hubungannya dengan warga.

"Orangnya jujur aja baik, cuma kurang bergaul, Pak, di lingkungan RT 02 RW 20. Anaknya kurang bersosialisasi. Tapi untuk orangtuanya bagus sekali sosialisasinya," beber Idris.

Idris menyebut, DE hanya menghabiskan waktu kecil dan sekolah saja di Komplek BSI. Saat itu pun, DE jarang bergaul di lingkungan.

"Kurang lebih mulai 5 atau 6 tahun yang lalu jarang di sini. Jarang tinggal di lingkungan BSI, di RT 2 jarang, banyaknya di luar," tutur dia.

DE sempat bekerja di berbagai tempat usai menyelesaikan pendidikan sarjananya.

"Kerjanya emang di luar, macam-macam, kerjanya jadi yang saya tahu itu terakhir kerja di PT Ceres terus keluar, pindah lagi ke Kereta Api. Dari situ tahunya sampai situ aja, dari situ saya tidak tahu. Yang jelas tadi sore ada berita pemeriksaan di rumah orangtuanya," jelas dia.

Menurutnya, DE beserta keluarganya tinggal lebih dulu di Komplek BSI dibanding dirinya. Keluarga DE datang dari Purbalingga.

"Kalau di sini semua pendatang, keluarga DE itu kalau lihat dari KK sih dari Purbalingga. Sama saya juga terus terang duluan keluarga almarhum Pak Wahyudi (ayah DE). Kalau saya datang ke sini 2010-an, kalau dia dari 2008-2009-an. Jadi duluan keluarga dia dibandingkan saya," ucap dia.

Sementara warga setempat, Rahmat Gunawan (53), membenarkan di lingkungan komplek, DE dikenal anak yang baik.

"Dia pendiam dan dikenal baik, memang jarang bersosialisasi dengan warga sini. Setahu saya selain bekerja dari dulu suka ikut pengajian, tapi tak tahu di mana," ungkapnya.

DE sudah lama tak tinggal di rumah orangtuanya, di Komplek BSI. 

"Jadi kasian ke ibunya, mungkin tak tahu apa-apa, takutnya drop soalnya sudah sepuh. Tahu-tahu digeledah, saya aja kaget apalagi ibunya," katanya.

Rahmat mengaku khawatir dengan kondisi orangtua DE, terutama stigma masyarakat. 

"Ya tentu warga di sini juga kaget, dengan kejadian ini, tak menyangka," ucapnya.

Pantauan di lapangan, rumah keluarga terduga teroris tersebut terlihat lengang dan sepi usai penggeledahan sore hari tadi.

Rumah yang terdiri dari dua lantai itu, terlihat tertutup. Tak ada kendaraan apapun di depan rumah milik keluarga DE itu.

Bahkan Densus 88 tidak memasang garis polisi di depan rumah yang dibangun menggunakan bahan ornamen batu alam tersebut.

Menurut informasi yang didapat Kompas.com, rumah keluarga DE sempat aktif berdagang, terlihat dari rolling door berukuran 2x3 meter yang dibangun tepat di samping rumahnya.

Ditemukan Senjata Rakitan

Dalam proses penangkapan DE di rumahnya, tim Densus 88 juga mengamankan sejumlah barang.

Personel Densus 88 bersenjata lengkap berjaga di depan pagar dan sebagian lainnya melakukan penggeledahan.

Sesekali, polisi membuka pagar. Terlihat sejumlah senjata api rakitan dan amunisi dijejerkan di teras rumah DE.

Tak hanya itu, bendera ISIS yang didominasi berwarna hitam dengan tulisan berbahasa Arab itu juga diamankan.

Terdapat juga beberapa buku tebal, satu laptop, sejumlah ponsel dan kamera yang diduga menjadi "alat" terduga pelaku untuk melakukan propaganda di media sosial.

DE Lakukan Propaganda di Media Sosial

Sementara Juru Bicara Densus 88 AT Polri Kombes Aswin Siregar mengungkapkan, DE merupakan pendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Ia juga aktif melakukan propaganda jihad di media sosial.

"Salah satu pendukung ISIS yang aktif melakukan propaganda di media sosial dengan cara memberikan motivasi untuk berjihad dan menyerukan agar bersatu dalam tujuan berjihad melalui Facebook," ucap Aswin saat dikonfirmasi, Senin.

Aswin menyebut DE pernah membuat unggahan dalam media sosial Facebook berupa poster digital berbahasa Arab dan Indonesia kepada pimpinan ISIS yaitu Abu Al Husain Al Husaini Al Quraysi.

DE juga tergabung dalam grup media sosial Telegram bernama BEL4J4R PEDUL1 MUH4J1R. Grup itu adalah grup khusus penggalangan dana.

Tanggapan PT KAI

Terpisah, pihak PT KAI menyatakan menghargai proses hukum yang sedang berjalan dan akan mendukung berbagai upaya dalam memberantas praktik terorisme.

"Kami siap bekerja sama dengan pihak berwenang terkait isu tersebut," tegas EVP of Corporate Secretary KAI - Raden Agus Dwinanto Budiadji, dalam keterangannya.

Agus mengatakan, KAI tidak menoleransi tindakan yang bertentangan dengan hukum, terlebih pada kasus terorisme.

Manajemen KAI akan menindak secara tegas karyawannya jika terbukti terlibat dalam kasus terorisme.

"KAI berkomitmen untuk turut memberantas kejahatan terorisme di lingkungan perusahaan dengan terus mengingatkan seluruh jajaran mengenai integritas dan nasionalisme, serta melakukan peningkatan pengawasan oleh fungsi terkait," kata Agus.

Berita Terkini