Kilas Balik

Pertempuran Sengit 30 Prajurit TNI AD di Timor Timur, Tak Seimbang hingga Cuma 9 Orang yang Selamat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Surawahadi SIP MSi saat melepas pemberangkatan Satgas Pamtas Penyangga RI-PNG Yonif 721/Makkasau di Pelabuhan Soekarno Hatta, Kota Makassar, Rabu (3/7/2019).

Di sana banyak mata-mata orang sipil, bahkan perempuan yang membawa granat.

Maka sebagai pengawal, Didin Somantri yang juga jago bela diri ini tetap siaga.

Oleh karena itu, menurut Didin Somantri, untuk memenangkan pertempuran di tempat itu membutuhkan taktik yang jitu.

Alasannya, musuh saat itu tidak hanya manusia, melainkan juga alam dan penyakit.

Di sisi lain, pertempuran tak kalah sengit juga dialami kopassus saat berhadapan dengan Tropaz dan Fretilin yang menguasai Timor Timur.

Seperti dilansir dari buku 'HARI H 7 DESEMBER 1975 - REUNI 40 TAHUN OPERASI LINTAS UDARA DI DILI TIMOR PORTUGIS' yang disunting Atmadji Sumarkidjo dan diterbikan penerbit Kata, kala itu Pasukan penjaga Timor Timur (Dili) bernama Tropaz.

Ilustrasi Kopassus (Tribunnews.com)

Pasukan pemberontak didikan Portugis ini harus dihadapi Kopassus kala itu.

Tropaz merupakan pasukan Timor Leste didikan Portugis yang kenyang dengan pengalaman tempur gerilya.

7 Desember 1975, TNI menggelar operasi lintas udara terbesar untuk menguasai Kota Dili, Timor Portugal.

Jumlah pasukan yang diterjunkan 270 orang Prajurit Para Komando dari Grup I Kopasandha (kini Kopassus) dan 285 prajurit Yonif 501.

Banyak kelemahan dari operasi penyerbuan itu, seperti data intelijen yang salah.

Data intelijen menyebutkan musuh yang menjaga Kota Dili hanya sekelas dengan Hansip. Ini salah besar.

Pasukan TNI sudah ditembaki saat masih melayang di udara.

Pilot TNI AU terpaksa membatalkan sejumlah penerjunan karena pesawat diberondong tembakan dari bawah.

Seorang load master di dalam C-13o Hercules tewas tertembak.

Halaman
1234

Berita Terkini