5 Fakta Perburuan KKB Papua yang Membuat 3 Anggota TNI Gugur di Nduga, Diserang Lagi Saat Evakuasi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perburuan KKB Papua yang Membuat 3 Anggota TNI Gugur di Nduga

SURYA.co.id - Perburuan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Nduga, Papua kali ini menyebabkan tiga anggota TNI gugur dan sepuluh anggota KKB tewas.

Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi angkat bicara soal detik-detik perburuan KKB yang berujung pada gugurnya tiga anggota TNI ini

Dirangkum SURYA.co.id dari Tribunnews, berikut fakta-fakta perburuan KKB papua saat itu

1. 3 Anggota TNI Gugur

Proses evakuasi jenazah di Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga lokasi penembakan yang dilakukan kelompok KKB. (John Roy Purba/Istimewa)

Aidi mengatakan, tiga prajurit TNI yang gugur yaitu Serda Mirwariyadin, Serda Yusdin, dan Serda Siswanto Bayu Aji.

Ketiga jenazah akan segera diterbangkan untuk disemayamkan

"Tiga anggota yang gugur telah diterbangkan ke Kabupaten Mimika untuk disemayamkan," ujar Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, Kamis(7/3/2019).

2. 10 Anggota KKB Tewas

Video polisi hancurkan markas KKB Papua (Facebook Komunitas Cinta Polri)

Di pihak KKB, kata Aidi diperkirakan ada 7 hingga 10 anggota KKB yang tewas.

Namun, jenazah mereka dibawa kabur oleh kelompoknya.

“Sementara dari pihak KKSB, prajurit TNI berhasil merampas lima pucuk senjata milik KKSB.

Dan ditemukan satu orang mayat.

Diperkirakan setidaknya 7-10 orang anggota KKSB juga tewas.

Namun, mayatnya berhasil dibawa kabur oleh teman-temannya,” kata Aidi.

3. Diserang Lagi Saat Evakuasi

Helikopter milik TNI yang digunakan untuk mengevakuasi para korban pekerja di Nduga, Papua. (ISTIMEWA)

Aidi mengatakan sekitar pukul 15.00 WIT, dua unit helikopter jenis Bell tiba dari Timika untuk melaksankan evakuasi prajurit TNI yang gugur.

“Namun, sebelum mendarat, heli tersebut kembali mendapatkan serangan dari KKB.

Pasukan TNI membalas tembakan sehingga heli berhasil mendarat dan proses evakuasi dapat dilaksanakan dalam keadaan aman,” ujar Aidi.

4. Kronologi Kejadian

Aidi mengungkapkan kronologi kejadian baku tembak.

Ia menceritakan pasukan TNI yang tergabung dalam Satgas Penegakan Hukum (Satgas Gakkum) mendapat serangan dari anggota KKSB pimpinan Egianus Kogoya di Distrik Mugi Kabupaten Nduga pada Kamis (7/3) sekira pukul 08.00 WIT.

Para personel TNI itu diserang ketika sedang melaksanakan pengamanan proses pergeseran pasukan TNI yang akan melaksanakan pengamanan dan pembangunan infrastruktur Trans Papua Wamena-Mumugu di Kabupaten Nduga.

"Pasukan TNI Satgas Gakkum kekuatan 25 orang tersebut baru tiba di Distrik Mugi dalam rangka mengamankan jalur pergeseran pasukan.

Tiba-tiba mendapatkan serangan mendadak oleh sekitar 50 sampai 70 orang KKSB," kata Aidi.

Aidi mengatakan, anggota KKSB yang menyerang anggota TNI tersebut bersenjata campuran.

Mulai senjata standar militer maupun senjata tradisional seperti panah dan tombak.

"Pasukan berusaha melakukan perlawanan sehingga berhasil menguasai keadaan.

Kami berhasil memukul mundur kelompok KKSB sampai menghilang kedalam hutan belantara," kata Aidi.

5. TNI Tak Akan Mundur

Sejumlah pasukan TNI AD melakukan latihan perang di Hutan Baluran, untuk meningkatkan kemampuan dalam menjaga NKRI. (Ahmad Faisol)

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring mengatakam pihaknya tidak akan mundur selangkah pun menghadapi KKB di Distrik Mugi Kabupaten Nduga, Papua pada Kamis (7/3).

Ia juga mengatakan TNI akan terus mendukung Polri dalam upaya penegakan hukum aksi-aksi KKB Papua yang meresahkan masyarakat Papua.

"Kami tidak pernah dan tidak akan pernah mundur selangkah pun dalam menghadapi KKB Papua.

Meskipun beberapa prajurit TNI-Polri telah gugur dalam tugas, namun kami tetap berkomitmen untuk melindungi warga masyarakat Papua dari teror yang dilakukan KKB,” ujar Yosua.

Ia dan seluruh jajaran Kodam XVII/Cenderawasih juga turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya atas gugurnya para prajurit terbaik bangsa.

Sebelumnya Pangdam XVII/Cenderawasi Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring mengatakan, saat ini ada 600 prajurit TNI disiagakan untuk menjaga keamanan proyek pembangunan di Nduga,Papua.

Proyek pembangunan di Nduga sempat terhenti karena aksi penembakan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB). Kejadian itu mengakibatkan sejumlah pekerja dari PT Istaka Karya tewas.

“Pasukan TNI tersebut akan digelar di sepanjang jalur pembangunan Trans Papua Wamena-Mumugu, khususnya dalam pembangunan jembatan. Teknis pelaksanaannya pembangunan akan dilanjutkan oleh satuan zeni konstruksi (zikon) TNI AD, sedangkan tenaga ahli tetap dari PT Istaka Karya dan PT Brantas," ujar Yosua melalui keterangan tertulis yang diterima, Selasa (5/3/2019).  

Yosua mengatakan, pembangunan infrastruktur di Nduga merupakan salah satu program strategis nasional, sama halnya dengan program-program lainnya di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk membuka isolasi daerah, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

 “Negara tidak boleh mundur hanya karena adanya teror dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Negara akan tetap melanjutkan pembagunan sampai selesai, ini demi untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat,” ujarnya.

“Masih ada saudara kita yang mempersenjatai diri secara illegal dan melakukan serangkaian tindakan kekerasan dan merongrong kedaulatan negara. Termasuk mengganggu proses pembangunan di Papua. Itulah sebabnya proses pembangunan tersebut harus diamankan oleh prajurit TNI,” ujar Yosua melanjutkan.

Yosua mengatakan, saat ini warga sudah mulai kembali ke kampung mereka dan menjalani kehidupan sosial dan ekonomi secara normal. 

Yosua menyebut, KKB selalu memutarbalikkan fakta, membuat seakan-akan TNI merupakan pelaku penjahat kemanusiaan.

“Mereka membuat opini bahwa yang dibantai di distrik Yigi pada bulan Desember tahun lalu adalah anggota TNI yang menyamar.

Nyatanya media bisa melihat langsung korban dikembalikan ke keluarga semuanya adalah warga sipil.

Bahkan kita lihat yang sedang viral di media sekarang, keluarga membuat surat terbuka kepada Presiden agar informasi tentang nasib anggota keluarganya yang masih dinyatakan hilang agar segera terungkap,” ujarnya.

KKB Papua Membakar Alat Berat PT Istaka Karya

Kodam XVII Cendrawasih mengungkap kronologi sebenarnya perburuan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) hingga menyebabkan sebuah alat berat PT Istaka Karya dibakar di Nduga, Papua

Kodam XVII Cendrawasih menyebut KKB Papua menggunakan media sosial (medsos) untuk menebar teror dengan isu hoax sebelum melakukan serangan ke Nduga, Papua.

Dilansir dari Kompas.com, hal itu terlihat dari postingan Sabby Sambon yang menyatakan dirinya sebagai juru bicara KKB Papua.

Sabby menyebut saat ini ia berkedudukan di Vanuatu dan menyebarkan isu hoax melalui media sosial bahwa telah terjadi kontak tembak di Nduga antara aparat keamanan TNI/Polri dengan gerombolan KKB dan menimbulkan jatuh korban di pihak aparat keamanan.

Melalui medsos, Sabby menyatakan bahwa KKB telah melancarkan serangan malam pada hari Selasa, 26 Februari 2019 pukul 23.11 WIT 

Sabby menyebut telah terjadi kontak senjata di Distrik Yal Kabupaten Nduga, Papua antara KKB dengan militer dan polisi Indonesia.

Menurutnya, kontak senjata antara KKB dengan militer Indonesia berlanjut hingga pagi, 27 Februari 2019.

Masih menurut Sabby dalam media sosial bahwa insiden itu telah dilaporkan langsung oleh Komandan Operasi TPNPB KODAP III Ndugama Pemne Kogeya dari Wilayah Konflik Perang di Ndugama, dan Komandan Operasi TPNPB KODAP III Ndugama Pemne Kogeya ke Markas Pusat KOMNAS TPNPB bahwa sampai hari Rabu, tanggal 27 Februari 2019 kontak senjata sedang berlangsung.

Lalu pagi ini, pukul 7.30 WIT satu unit helikopter berwarna putih sedang masuk ke Distrik Yal untuk evakuasi korban penembakan anggota militer dan polisi Indonesia.

Selain itu, dalam media sosial yang disebarkan oleh Sabby bahwa KKB juga mengeluarkan ultimatum antara lain bahwa,“Komandan POS dan Anggota menurunkan bendera merah putih dalam waktu dekat, dan warga sipil non Papua cepat meninggalkan wilayah Nduga, sebelum kami melakukan serangan selanjutnya"

Menanggapi kabar tersebut, pihak TNI dan Polri telah melaksanakan pengecekan langsung di lapangan dan menyatakan bahwa info tentang kontak tembak tersebut adalah hoaks dan tidak mendasar.

“Fakta yang sebenarnya adalah bahwa sekitar pukul 14.40 Wit tanggal 26/2/2019 bertempat di Kampung Yal Distrik Yal Kabupaten Nduga, Papua, gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya telah melakukan pembakaran 1 unit eksavator milik PT Istaka Karya yang sudah tidak beroperasi lagi (rusak) yang dilakukan oleh kelompok KKB," ungkap Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi, dalam rilis yang dikirim ke Kompas.com, Kamis (28/2/2019).

“Sebelum melakukan pembakaran eksavator milik PT Istaka Karya, kelompok KSB tersebut melepaskan tembakan sebanyak 2 kali. Dalam aksi tersebut sama sekali tidak terjadi kontak tembak apalagi sampai jatuh korban,” lanjut Aidi.

Menurut Aidi, isu ini sengaja digulirkan oleh gerombolan separatis Nduga untuk menciptakan teror kepada masyarakat.

Karena hasil identifikasi aparat keamanan bahwa gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya di Nduga sudah terjepit dan kekurangan bantuan makanan.

Sebab, hampir seluruh kampung sudah dikuasai oleh aparat keamanan. Pihak KKB selalu menggunakan rakyat sebagai tameng dengan cara mengintimidasi rakyat dan memaksa untuk mengungsi.

“KKB selalu berupaya membentuk opini dengan memutarbalikkan fakta seolah-olah TNI/Polri yang melakukan kejahatan kemanusiaan dengan isu ribuan rakyat mengungsi dan kelaparan di hutan. Padahal kehidupan sosial dan roda perekonomian di Kabupaten Nduga berjalan dengan normal," ujar Aidi.

Menurut Aidi, masyarakat yang kembali ke kampung pasca-pembantaian terhadap puluhan karyawan PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 lalu telah mendapatkan perlindungan dan bantuan bantuan makanan.

Mereka juga menerima layanan kesehatan dari aparat keamanan maupun pemda setempat.

Menanggapi ultimatum oleh KKB di Nduga, Aidi menyatakan bahwa Kabupaten Nduga adalah bagian dari wilayah kedaulatan NKRI sebagaimana daerah lain di seluruh nusantara.

Ia menegaskan, NKRI tidak akan mundur apalagi tunduk hanya karena adanya ultimatum dari kelompok gerombolan separatis.

Pihak TNI/Polri akan memberikan perlindungan keamanan kepada seluruh warga negara Indonesia, termasuk di Nduga.

“Di sisi lain, gerombolan separatis selalu memutarbalikkan fakta bahwa TNI melaksanakan pelanggaran HAM. Namun faktanya gerombolan separatis itulah pelaku pelanggaran HAM berat yang selalu melancarkan teror kepada penduduk sipil. Mereka melakukan serangan kepada siapa saja tampa membedakan yang mana kombatan atau non-kombatan. Karena mereka adalah kelompok liar yang tidak berpendidikan dan tidak mengerti hukum,” katanya.

Aidi mengimbau kepada seluruh warga sipil, terutama di Nduga, agar jangan terlalu takut terhadap ancaman dari gerombolan separatis tersebut.

Sebab, tujuan mereka adalah menciptakan keresahan dan rasa takut kepada masyarakat.

"Namun seluruh warga harus tetap waspada dalam melaksanakan aktivitas dan selalu berkoordinasi dengan aparat keamanan. Warga masyarakat harus aktif untuk menjaga keamanan lingkungan secara swadaya dan memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang kedudukan dan aktivitas gerombolan separatis,” imbaunya.

Ia menambahkan, pemerintah Indonesia akan tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur di Nduga untuk mejamin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali di daerah pedalaman Papua termasuk di Nduga.

TNI akan menambah pasukan untuk mengamankan proses pembangunan tersebut.

Berita Terkini