Sound Horeg Kerap Diputar Semalaman, LK PBNU di Jombang Sebut Membahayakan Kesehatan Telinga

Masalahnya, gangguan pendengaran bukan penyakit yang langsung terasa. Efeknya bertahap, seringkali tanpa disadari hingga sudah terlambat

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
Istimewa Instagram Darul Ulum Official
KONTROVERSI SOUND HOREG - KH M Zulfikar As’ad atau Gus Ufik, Ketua Lembaga Kesehatan (LK) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjelaskan bahaya paparan getaran sound horeg untuk kesehatan telinga. 

“LK PBNU siap untuk melakukan edukasi dan advokasi terkait persoalan ini. Kita perlu bicara bukan hanya dari sisi agama atau estetika, tetapi juga dari sisi medis dan dampaknya terhadap kualitas hidup masyarakat,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan ini. 

Paparan suara 100 desibel ke atas bahkan tidak aman lebih dari 15 menit. Dalam praktiknya, hajatan dengan sound horeg bisa berlangsung berjam-jam, bahkan semalaman. 

Ini ibarat menabung kerusakan yang suatu saat akan memunculkan ‘bunga penyakit’ dalam bentuk gangguan pendengaran.

Gus Ufik menutup pernyataannya dengan satu pesan kunci, kebijakan bisa dibuat, tetapi jika masyarakat belum memahami dampaknya, kebisingan akan tetap menjadi musuh dalam selimut.

“Kalau masyarakat, terutama penyedia dan pengguna sound system, bisa sadar bahwa yang mereka lakukan itu bisa membahayakan telinga orang lain, maka pengendalian akan jauh lebih mudah dilakukan. Bukan dengan marah-marah, tetapi dengan paham,” pungkasnya. ****

 

Sumber: Surya
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved