SD Negeri di Magetan Kosong, Akibat Tak Dapat Satu Pun Murid Baru Tahun Ini

Fenomena kekurangan peserta didik baru terjadi di sejumlah SD negeri di Kabupaten Magetan, Jatim. Bahkan ada SD yang tidak memiliki murid aktif.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Febrianto Ramadani
KOSONG - Kondisi salah satu ruang kelas di SDN Jomblang Kecamatan Takeran, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, yang menjadi perhatian utama karena dalam beberapa tahun terakhir nyaris tidak memiliki murid aktif, Jumat (18/7/2025). Pada tahun ini, sekolah tersebut kembali tidak mendapatkan murid baru. 

SURYA.CO.ID, MAGETAN - Fenomena kekurangan peserta didik baru terjadi di sejumlah Sekolah Dasar (SD) negeri di Kabupaten Magetan, Jawa Timur (Jatim). 

Sebanyak 3 SD negeri dilaporkan tidak mendapatkan murid baru pada tahun ini. 

Sekolah tersebut adalah SDN Bangsri 1 di Kecamatan Ngariboyo, SDN Mojorejo 2 di Kecamatan Kawedanan dan SDN Jomblang di Kecamatan Takeran. 

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dindikpora) Magetan, Irawan mengungkapkan, dari 3 sekolah itu, SDN Jomblang menjadi perhatian utama, karena dalam beberapa tahun terakhir nyaris tidak memiliki murid aktif.

“Sudah beberapa tahun SDN Jomblang hanya punya satu siswa. Tahun ini murid itu pun mengajukan pindah, jadi praktis tidak ada siswa yang tersisa,” ujar Irawan, Jumat (18/7/2025).

Dirinya menambahkan, akibat tidak adanya siswa baru maupun siswa aktif di kelas bawah, SDN Jomblang tidak bisa menyelenggarakan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ini. 

"Berbeda dengan SDN Mojorejo 2 dan SDN Bangsri 1 yang masih memiliki siswa kelas 2, sehingga MPLS tetap dilaksanakan meski tanpa kehadiran siswa baru," imbuhnya

Secara umum, lanjut Irawan, Penerimaan Murid Baru tahun ajaran 2025/2026 di jenjang SD masih mencatatkan total 4.353 siswa, yang tersebar di 385 satuan pendidikan dan 395 rombongan belajar. 

Di tingkat SMP, tercatat 5.286 siswa diterima di 39 sekolah negeri, dengan total 165 rombongan belajar.

Meski angka tinggi, banyak sekolah gagal memenuhi kapasitas rombel secara ideal. 

Hanya sekitar 25 SD dan 8 SMP negeri yang mencapai jumlah maksimal dalam satu rombongan belajar.

“Kapasitas rombel tiap sekolah tidak sama, tergantung kondisi dan daya tampungnya. Yang jadi kendala adalah sebaran siswa yang tidak merata,” lanjut Irawan.

Menanggapi situasi ini, Dindikpora Magetan menjalin komunikasi intensif dengan kepala sekolah serta tokoh masyarakat di wilayah terdampak. Tujuannya untuk mencari solusi jangka panjang agar sekolah tetap bisa eksis.

“Kami ajak sekolah berbenah. Harus lebih terbuka terhadap kebutuhan masyarakat, salah satunya lewat penguatan kegiatan ekstrakurikuler agar menarik minat orang tua dan siswa,” tuturnya.

Langkah-langkah tersebut, diharapkan dapat menghindarkan sekolah-sekolah dari risiko penutupan, sekaligus mengembalikan kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan dasar negeri.

"Khususnya sekolah di wilayah-wilayah yang mengalami penurunan jumlah siswa secara drastis," tandas Irawan.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved