Tak Bagi Dividen Tunai di RUPST 2025, PT Suparma: Sisa Laba Dipakai Modal Tingkatkan Kapasitas Mesin

PT Suparma Tbk mengumumkan tidak membagikan deviden tunai kepada para pemegang sahamnya

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
Suparma
TAMBAH MODAL - Barli Leoponco, Direktur Suparma (ketiga dari kiri) bersama jajaran direksi dan komisaris saat public expose usai RUPST 2025 yang digelar secara daring di Surabaya. Dalam RUPST 2025 ini, Suparma tidak membagikan deviden tunai kepada pemegang saham, tapi menggunakan sisa laba bersih untuk memperkuat struktur permodalan Suparma dan untuk investasi yang sebagian besar bertujuan untuk peningkatan kapasitas mesin kertas. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Produsen kertas PT Suparma Tbk mengumumkan tidak membagikan deviden tunai kepada para pemegang sahamnya dalam laporannya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2024, Selasa (10/6/2025).

"Setelah dikurangi pembentukan dana cadangan wajib sebesar Rp 20 miliar, sisa laba bersih tahun berjalan 2024 digunakan untuk memperkuat struktur permodalan Suparma dan untuk investasi yang sebagian besar bertujuan untuk peningkatan kapasitas mesin kertas Suparma," kata Barli Leoponco, Direktur Suparma, saat public expose usai RUPST 2025 yang digelar secara daring di Surabaya.

Lebih lanjut Barli menjelaskan, pada tahun 2023, Suparma menganggarkan belanja modal setara dengan USD 10 juta untuk proyek investasi steam boiler baru.

Hingga akhir tahun 2024, jumlah realisasi anggaran steam boiler yang baru mencapai Rp 129,5 miliar atau setara USD 8,2 juta.

"Suparma menggunakan internal kasnya untuk mendanai keseluruhan proyek tersebut (self financing). Steam boiler ini telah berproduksi komersial pada Januari 2025," jelas Barli.

Steam boiler yang baru akan lebih ramah lingkungan karena ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar ±22 persen atau sekitar 58 persen lebih rendah dibandingkan steam boiler Suparma yang sudah ada.

Sisanya akan memanfaatkan ±60 persen sludge dan ±18 persen limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.

Selain itu, di tahun 2024, Suparma juga menganggarkan belanja modal setara USD 21,4 juta untuk proyek investasi PM (Paper Machine) 11.

"Anggaran tersebut sudah mencakup mesin kertas utama beserta perlengkapannya, suku cadang, bangunan dan prasarananya. PM 11 tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas  terpasang sebesar 27.000 MT," ungkap Barli.

Pada 6 Februari 2025 Suparma telah menandatangani kontrak pembelian mesin utama PM 11 dengan supplier mesin kertas dari Finlandia senilai EUR 6,35 juta.

Suparma berencana menggunakan internal kas sebesar USD 5 juta untuk mendanai proyek tersebut, sedangkan sisanya sebesar USD 16,4 juta akan didanai oleh bank rekanan Suparma dalam bentuk fasilitas kredit investasi.

Sementara itu terkait kinerja Januari 2025 hingga April 2025, Barli menjelaskan, penjualan Suparma mencapai Rp 837,8 miliar atau setara dengan 27,9 persen dari target penjualan bersih Suparma tahun 2025 yang sebesar Rp 3.000 miliar.

"Kuantitas penjualan kertas Suparma sebesar 69.595 MT atau setara dengan 26,9 persen dari target kuantitas penjualan produk kertas tahun 2025 yang sebesar 258.600 MT," terang Barli.

Sedangkan untuk hasil produksi kertas Suparma pada periode empat bulan tahun 2025 sebesar 72.475 MT atau setara dengan 32,1 persen dari target produksi kertas tahun 2025 yang sebesar 225.800 MT.

Target penjualan akhir tahun yang mencapai Rp 3.000 miliar itu, tumbuh dari realisasi penjualan di tahun 2024 yang mencapai Rp 2.729,6 miliar.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved