Berita Viral
Perjalanan OM Lorenza Orkes Dangdut Jadul Sukoharjo Yang Viral, Wayahe Wong Lawas Tampil
Lagu-lagu yang mereka nikmati pun umumnya berasal dari era 1970-an hingga 1980-an, seperti karya-karya Rhoma Irama, Elvy Sukaesih
Penulis: Wiwit Purwanto | Editor: Wiwit Purwanto
SURYA.CO.ID – Perjalanan OM Lorenza orkes dangdut jadul asal Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah, kini tengah viral.
Media sosial banyak meramaikan, bahkan antusiasme masyarakat berjoget dan bernyanyi bersama diiringi musik dangdut lawas.
Lagu andalan ‘Tambal Ban’ pun laris setiap kali tampil.
Fenomena ini tidak hanya sekadar tren, tetapi juga menjadi bentuk nostalgia yang menghadirkan kembali kejayaan dangdut klasik di tengah arus musik modern.
Hal yang membuatnya semakin menarik adalah gaya berpakaian nyentrik dengan nuansa jadul.
Banyak dari mereka mengenakan kemeja rapi yang dimasukkan ke dalam celana, dilengkapi aksesori seperti kacamata hitam, topi, dan kalung yang semakin memperkuat kesan retro.
Lagu-lagu yang mereka nikmati pun umumnya berasal dari era 1970-an hingga 1980-an, seperti karya-karya Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, dan penyanyi dangdut legendaris lainnya.
Tidak hanya sekadar penampilan, cara mereka berjoget pun mengikuti gaya lama, dengan gerakan santai namun tetap energik, menciptakan suasana yang penuh keceriaan dan kebersamaan.
Mereka menikmati lagu dengan berjoget santai dan tetap tertib, menunjukkan bahwa euforia ini bukan hanya sekadar kesenangan sesaat, tetapi juga bentuk apresiasi terhadap budaya musik dangdut tempo dulu.
Fenomena ini dipopulerkan oleh Orkes Melayu (OM) Lorenza dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, yang berhasil menghidupkan kembali musik dangdut retro di tengah dominasi dangdut koplo saat ini.
Dengan aransemen khas dan penyajian yang autentik, OM Lorenza sukses membawa nuansa klasik yang mengundang berbagai kalangan untuk ikut serta menikmati irama dangdut lawas.
Menurut laporan Tribun Solo, OM Lorenza berasal dari Kampung Ngemul, RT 002 RW 001, Sidorejo, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo.
Meski mengusung dangdut klasik era 1970-an hingga 1980-an, orkes ini tidak hanya digemari oleh kalangan tua, tetapi juga menarik perhatian anak-anak muda.
Hal ini menunjukkan bahwa musik dangdut lawas masih memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menyatukan berbagai generasi.
Kepopuleran OM Lorenza di media sosial menjadi bukti bahwa dangdut klasik tetap relevan dan memiliki tempat di hati masyarakat.
Antusiasme ini juga menjadi pengingat bahwa musik dangdut tidak hanya berkembang dalam bentuk koplo atau remix modern, tetapi juga tetap memiliki akar kuat dalam tradisi dan gaya yang lebih klasik.
Sudah Ada Sejak 2007
Manajer OM Lorenza, Murjiyanto, mengungkapkan orkes ini sudah ada sejak awal 2007.
"OM Lorenza didirikan oleh Budi Aeromax. Setelah lama vakum, nama OM Lorenza diberikan kepada saya pada tahun 2012," ungkapnya, saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (5/2/2025).
Saat itu, genre yang dibawakan ialah musik dangdut koplo yang populer di berbagai panggung hiburan.
Tetapi, persaingan yang ketat membuat perjalanan OM Lorenza tidak mudah.
Murjiyanto menceritakan, saat itu banyak seniman kehilangan pekerjaan akibat pembatasan sosial yang ada.
Lalu OM Lorenza dengan sekitar 15 personel mulai merekam dan mengunggah penampilan mereka di media sosial, meskipun hanya dilakukan di teras rumah.
"Awalnya hanya iseng, kami main musik, direkam, lalu diunggah ke sosial media.
Ternyata banyak yang suka dan menyarankan agar kami lebih serius mengembangkan konsep ini," kenang Murjiyanto.
Sejak saat itu, OM Lorenza beralih ke genre dangdut retro murni, tanpa unsur koplo.
Keputusan ini justru membuat mereka semakin diminati masyarakat.
"Kami bawakan lagu-lagu tahun 1970-an sampai 1980-an, seperti karya Wiwiek Sumbogo, Ida Laila, dan Latif M."
"Bahkan ada beberapa lagu yang sulit ditemukan di Google atau YouTube, saya tahu dari teman saya yang punya kaset lawas," jelasnya.
Gaya musik dangdut retro yang dibawakan Om Lorenza rupanya bisa diterima dengan baik.
Banyak penggemar OM Lorenza yang datang ke pertunjukan dengan pakaian khas era 1970-an.
Murjiyanto menegaskan konsep pakaian jadul ini bukan bagian dari strategi mereka, melainkan inisiatif dari para penonton sendiri.
"Mungkin karena lagu-lagu yang kami bawakan berasal dari era tersebut, penonton jadi ikut terbawa suasana dengan mengenakan pakaian jadul.
Ini justru semakin menguatkan karakter OM Lorenza," tambahnya
Dengan konsepnya yang unik dan nuansa nostalgia yang kuat, OM Lorenza terus berkembang dan menjadi bagian dari kebangkitan dangdut retro di Indonesia.
Viral nya OM Lorenza, 90 titik di wilayah Jawa Tengah sudah menantinya.
Murjiyanto menambahkan, harga Grup Musik OM Lorenza sendiri bermacam-macam sesuai dengan jarak tempuhnya, di Solo Raya ia membanderol harga Rp 5,5 Juta.
Setiap kali manggung dengan durasi 3-4 jam, Om Lorenza bisa membawakan sebanyak 20-25 lagu jadul.
Perjalanan OM Lorenza
Wayahe Wong Lawas Tampil
Orkes Dangdut Jadul Sukoharjo
surabaya.tribunnews.com
Rekam Jejak Yuda Heru Dokter Hewan yang Praktik Sekretom Ilegal untuk Manusia, Ternyata Dosen Juga |
![]() |
---|
Rekam Jejak Ahmad Sahroni yang Ditantang Debat Salsa Erwina, Dijuluki Crazy Rich Tanjung Priok |
![]() |
---|
Tabiat Rohmat alias RS, Ahli IT di Balik Kasus Penculikan Bos Bank Plat Merah, Pekerjaan Misterius |
![]() |
---|
Imbas Tanggapi Soal Ijazah Jokowi, Rektor UGM Ova Emilia Kena Sentil Mahfud MD: Sudah Cukup |
![]() |
---|
Rekam Jejak Gus Irfan yang Disebut Berpeluang Jadi Menteri Haji dan Umrah, Cucu Pendiri NU |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.