Berita Viral
Kisah Ruslan Penjual Nasi Bungkus di Sidoarjo, Tak Malu Meski Bergelar Sarjana Kampus Yogyakarta
Muhammad Ruslan terus mengayuh sepeda tuanya di antara hiruk pikuk Perumahan Delta Sari, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim).
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Muhammad Ruslan terus mengayuh sepeda tuanya di antara hiruk pikuk Perumahan Delta Sari, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim).
Di atas sepeda tua itu terdapat keranjang usang berisi nasi bungkus dagangannya.
Kegiatan itu yang setiap hari dilakoni Ruslan.
Sejak pukul 07.00 WIB atau 08.00 WIB, ia mulai menjajakan 10-15 bungkus nasi dagangannya.
Ia berjualan hingga siang hari.
"Kalau hujan begini, biasanya tidak semuanya habis. Kadang saya bagi-bagikan ke ojol, biar tidak mubazir," tutur dia.
Alumnus Institut Wangsa Manggala Yogyakarta, yang kini dikenal sebagai Universitas Mercu Buana Yogyakarta ini sudah melakoni pekerjaan sebagai penjual nasi bungkus sejak beberapa tahun silam.
"Saya dulu kuliah di Jogja," ucap dia, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.
Setelah lulus pada 1989, Ruslan kembali ke Medan, kampung halamannya.
Namun, nasib berkata lain.
Baca juga: Perjuangan Iman Mantan Sekuriti Banting Setir Jadi Penjual Burger, Akhirnya Dapat Rezeki Nomplok
Setahun menganggur, Ruslan kemudian mengikuti kakak ipar ke Jakarta untuk bekerja di bidang perkayuan.
Tahun berganti, dan pada 2005, langkah hidupnya membawa Ruslan ke Surabaya.
Dia mendapatkan pekerjaan di sebuah gudang di kawasan kolam renang Delta Sari.
Namun, pekerjaan itu harus dilepaskan setelah ia mengalami kecelakaan motor.
"Ya, sekarang kalau susah seperti ini, cari kerja sudah usia, jarang yang nerima. Jadi sudah malu kalau mau balik ke Medan," ungkap dia dengan mata sendu.
Kini, mudik hanya menjadi agenda tahunan saat lebaran ke rumah mertuanya di Kutoharjo, Solo.
Risiko Rugi
Di balik kesederhanaan hidupnya, terselip cerita perjuangan sebuah keluarga.
Awalnya, Ruslan membeli nasi bungkus dari orang lain untuk dijual.
Namun, risiko kerugian saat dagangan tidak habis membuat istrinya berinisiatif untuk memasak sendiri.
"Saya jualan ini ya untuk mencukupi keluarga. Sekarang istri saya yang masak, dan saya selingi jualan kopi-kopian," kata dia sambil tersenyum tipis.
Tunggak Bayar SPP
Dengan penghasilan yang tidak menentu, Ruslan harus pintar mengatur keuangan.
Biaya kos Rp 550 ribu ditambah tagihan listrik dan air yang total mencapai Rp 700 ribu-Rp 800 ribu per bulan, harus dia tutupi dari hasil berjualan.
Belum lagi biaya sekolah anaknya yang kadang tertunggak.
Namun, di tengah kesulitan hidupnya, Ruslan justru menyimpan pesan bijak untuk generasi muda.
"Ya pesan buat anak muda, ya mumpung masih sehat, masih bugar, melanglang buanalah, cari kerja yang enak."
"Banggakan kedua orang tua kalau masih ada," sebut dia.
===
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.
Klik di sini untuk untuk bergabung
Profil Dony Oskaria yang Berpeluang Jadi Menteri BUMN Ad Interim, Ternyata Paman Nagita Slavina |
![]() |
---|
Perjuangan Said, Kepsek SLB Rela Antar Jemput Siswa Pakai Tosa Setiap Hari agar Tetap Bisa Sekolah |
![]() |
---|
Rekam Jejak 4 Pejabat yang Diberhentikan Prabowo Subianto, Ada Erick Thohir hingga Hasan Nasbi |
![]() |
---|
Gelagat Wali Kota Prabumulih saat Berdamai dengan Kepsek dan Satpam SMPN 1, Beri Perintah Ini: Wajib |
![]() |
---|
Kisah Pilu Haikal dan Haezar Kakak Beradik Terpaksa Bergantian Pakai Seragam dan Sepatu Demi Sekolah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.