PWI Ngawi Bongkar Lima Makam Diduga Palsu, 15 Tahun Diklaim Dari Wali Lima Dan Dianggap Menyesatkan

Ketua RT setempat, Agus Supriyanto menuturkan, sejak 15 tahun terakhir banyak peziarah dari luar daerah.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Deddy Humana
surya/Febrianto Ramadani (Febrianto)
Suasana pembongkaran 5 makam Wali Lima yang dianggap palsu dilakukan Perjuangan Wali Songo Indonesia (PWI), Desa Guyung, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, Minggu pagi (12/1/2025). 


SURYA.CO.ID, NGAWI - Sekelompok warga yang mengatasnamakan Perjuangan Wali Songo Indonesia (PWI) membongkar paksa lima makam yang diduga palsu, Minggu pagi (12/1/2025). Selama ini makam yang disebut wali lima di Ngawi itu diduga palsu.

Lima makam tersebut berlokasi di Desa Guyung, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, dan selama ini sering didatangi sejumlah peziarah dari berbagai daerah.

Menurut warga setempat, Sunarsih, makam tersebut sengaja dibuat oleh seorang kiai sekaligus tokoh masyarakat di samping mushala pada tahun 2009.

Makam tersebut, lanjut Sunarsih, diklaim sebagai peninggalan leluhur di daerah tersebut. Tak jarang sejumlah orang dari luar daerah datang untuk berziarah ke makam tersebut.

“Banyak peziarah dari luar daerah berziarah wali setiap Jumat Pahing. Rutinan di situ, percaya tidak percaya, makam sudah ada kalau sudah dari sananya,” ujarnya.

Pembongkaran makam mendapat pengawalan ketat dari petugas TNI dan Polri. Warga setempat hanya melihat, dan tidak bisa berbuat banyak.

Ketua RT setempat, Agus Supriyanto menuturkan, sejak 15 tahun terakhir banyak peziarah dari luar daerah.

Sebelum dibangun makam, lahan milik Arifin (40) warga setempat itu semula adalah tempat pembuatan batu bata. “Kalau dibongkar ya rela aja, dulu tempat itu untuk mencetak batu bata,” pungkasnya.

Sementara Ketua Harian PWI, Budi Cahyono mengungkapkan, makam wali lima itu dibongkar karena dianggap palsu dan menyesatkan budaya.

Dengan menggunakan alat seadanya, mereka membongkar paksa kelima makam itu hanya dalam 30 menit. Dan setiap makam sepanjang masing-masing 2 meter itu, sudah rata tanah.

“Makam itu yang jelas palsu tidak ada jasadnya karena yang membangun juga gurunya. Makanya kita bongkar agar tidak menyesatkan sejarah. Pembongkaran makam dilakukan melalui serangkaian pertemuan antara PWI dan warga setempat,” tandasnya. ****

 

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved