SURYA Kampus
Sosok Arbania Fitriani Wisudawan Tercepat S3 UGM yang Lulus IPK 4, Penelitian Sempat Diragukan
Inilah sosok Arbania Fitriani, mahasiswi Program Studi S3 Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan. Lulus dengan IPK sempurna
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Arbania Fitriani, mahasiswi Program Studi S3 Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan, berhasil menyelesaikan studi dengan kurun waktu 2 tahun 6 bulan 23 hari.
Dia juga lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4.00.
Dengan prestasi tersebut, dirinya mendapat predikat sebagai lulusan terbaik dan tercepat.
Di balik keberhasilan itu, ternyata Arfi-sapaan akrabnya, harus berjuang mati-matian untuk menyelesaikan studi.
Pasalnya, ia bukan hanya sekadar kuliah saja, melainkan punya kesibukan lain sebagai Direktur Stellar HR Consulting, dan juga dosen di Universitas Esa Unggul.
Tak hanya itu, ia pun menjadi certified hypnotherapist, yang basis keilmuannya di psikologi
"Selama kuliah, saya ini menjalani triple job sebagai Direktur, Dosen, dan Terapis Psikologi. Apalagi selama studi S3 saya nggak pernah cuti,” katanya.
Meski sibuk dengan pekerjaan dan profesinya sebagai psikolog, Arfi mengaku tidak mengganggu jadwal kuliahnya.
“Pokoknya, kesibukan kerja bukan halangan untuk kita lulus cepat,” katanya sumringah.
Sempat Diprediksi Molor
Di balik semua itu, Arfi mengaku, dosen pengujinya sempat memprediksi dirinya lulus lebih lama karena penelitian yang dianggap tidak cocok dengan program doktor.
Namun. hal itu tidak menyurutkan langkahnya sama sekali.
Justru, ia membuktikan bahwa ia mampu menyelesaikan studinya dengan waktu tercepat.
Disertasi yang dipilihnya, membangun model mengenai “Prediktor Keterikatan Kerja”.
Topik ini bermula dari peraturan Menteri BUMN Dahlan Iskan saat itu, yang mewajibkan setiap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengukur keterikatan kerja dari karyawannya.
Keterikatan kerja ini dipercaya ketika itu muncul para pegawai BUMN ini bisa memberikan pelayanan publik.
Topik disertasi yang dinilai kompleks ini menguji 14 koefisien jalur dan 15 variabel, yang menghasilkan 9 hipotesis, serta membahas bagaimana membangun faktor-faktor prediktor keterikatan, khususnya dalam konteks pasca pandemi sehingga bisa menjadi rekomendasi kebijakan bagi BUMN nanti.
Segala upaya dan kerja kerasnya tersebut pun berbuah manis, ketika dosen pengujinya memuji bahwa hasil disertasinya dianggap dapat menjadi 2 disertasi dengan tema yang kompleks seperti itu.
“Dua tahun lima bulan saya yudisium. Ujian sidang tertutup itu dua tahun lima bulan,” jelasnya.
Soal tips bisa menyelesaikan kuliah dan disertasi lebih cepat, Arfi menuturkan dirinya ia menyiapkan proposal penelitiannya sejak jauh hari dan berkonsultasi dengan profesor-profesor setahun sebelum memasuki perkuliahan.
“Jadi saat saya masuk kuliah proposalnya sudah siap,” katanya.
Apa yang dilakukannya ini ternyata membawanya bisa mengambil sidang proposal saat dudu di bangku semester 2.
Tak hanya itu, menurutnya penting pula untuk menjalin komunikasi dan bersikap sopan dengan para promotor, karena promotor tersebut yang sangat membantu kecepatan lulus mahasiswa.
Ia pun menambahkan bahwa pencapaiannya sekarang ini dapat diraih karena disiplin diri yang baik dan cara pikir bahwa studi yang ia lakukan saat ini merupakan bagian dari ibadah.
Menurutnya, dengan menjadikan hal yang dilakukan sebagai ibadah, akan ada keinginan untuk memberikan yang terbaik untuk Tuhan.“Jadi dengan adanya kita menjadikan ini ibadah, segala sesuatu dimudahkan jalannya,” pungkasnya.
Usai menyandang gelar doktor, Arfi mengaku akan menekuni dan keahliannya di bidang psikologi industri dan psikometri.
Apalagi dari hasil disertasinya menemukan bahwa terdapat perbedaan sistem kerja sebelum dan pasca pandemi, sehingga akan ada prediktor keterikatan kerja yang baru yang perlu diperhatikan oleh organisasi.
Ia menemukan, bahwa faktor teknologi merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses kerja, karena dengan berkat dukungan teknologi dapat membantu kerja dari karyawan atau pegawai di BUMN, terlebih untuk menunjang performa kerja mereka.
Selain itu, takbahnya, motivasi pelayanan publik juga perlu diperhatikan, karena banyak pekerja yang melakukan pekerjaannya melalui remote working, serta harus adanya kepemimpinan atau self leadership yang mendorong disiplin diri untuk dapat bekerja dengan baik.
SURYA Kampus
Arbania Fitriani
SURYA.co.id
berita viral
Doktor
Universitas Gadjah Mada (UGM)
surabaya.tribunnews.com
Untag Surabaya Kukuhkan 1.654 Wisudawan, Jadi Role Model Kampus Bebas Kekerasan |
![]() |
---|
Universitas Terbuka Surabaya Gelar Orientasi Studi Mahasiswa Baru 2025 |
![]() |
---|
Sosok Kayla Didrika, Mahasiswi UGM Jadi Lulusan Tercepat Meski Sibuk Organisasi dan Kepanitiaan |
![]() |
---|
Maba UC Surabaya Belajar Empati Sosial Lewat Selling Day, Pilah Sampah dan Food Surplus |
![]() |
---|
Pakar Hukum UMSurabaya : Driver Ojol Tewas Dilindas Rantis Brimob Termasuk Extrajudicial Killing |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.