Ibadah Haji 2024

Catatan Menjadi Petugas Haji - Ikut Sedih Ketika Bertemu Jemaah yang Alami Demensia

Wanita tua berusia sekira 65 tahun itu kami temukan di jalan raya, cukup jauh dari area Markaziah atau tempat hotelnya menginap

Penulis: M Taufik | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/m taufik
Seorang jamaah haji terpisah dari rombongannya di Tanah Suci karena mengalami demensia. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Banyak cerita selama menjadi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2024.

Termasuk cerita-cerita tentang peristiwa yang dialami jemaah haji ketika menjalankan ibadah di tanah suci.

Dari berbagai peristiwa, salah satu yang sangat teringat adalah bertemu seorang jemaah yang mengalami Demensia.

Wanita tua berusia sekira 65 tahun itu kami temukan di jalan raya, cukup jauh dari area Markaziah atau tempat hotelnya menginap di sekitaran Masjid Nabawi.

Siang, kami dari tim Media Center Haji (MCH) hendak ke Masjid Bir Ali di Madinah untuk meliput persiapan di sana.

Masjid ini merupakan tempat miqot bagi jemaah saat hendak bergeser dari Madinah ke Makkah.

Dalam perjalanan menggunakan mobil, kami melihat ada seorang wanita berjalan kaki di jalan raya.

Di tengah jalan, antara jalur kanan dan kiri di jalur antarkota Madinah.

Melihat pakaian dan tas yang dikenakan, kami menduga itu jemaah Indonesia.

Mobil pun berhenti. Saya dan seorang teman turun dari mobil, mendekati ibu tua itu.

Ternyata benar, dia jemaah haji Indonesia. Terlihat dari gelang yang dikenakan dan tas yang diselempangkan di bahunya.

Ketika saya tanya, ibu itu bilang habis menginap di rumah saudaranya.

Dia berada di jalan untuk mencari bus atau angkutan yang bisa ditumpanginya pulang.

“Mau pulang, ke Magetan,” ujar ibu tersebut sambil menyebut sebuah kampung tempatnya tinggal.

Dari jawaban itu, kami menduga sang ibu mengalami demensia. Dia seolah lupa sedang berada di tanah suci untuk menjalankan ibadah haji.

Saya kemudian mencoba mengingatkan bahwa dia seorang jemaah haji.

“Iya saya mau haji. Tapi dua hari lagi, belum waktunya berangkat kalau sekarang. Makanya mau pulang,” sahut ibu tersebut.

Dua hari ternyata merujuk dari jadwal pergeserannya ke Makkah setelah delapan hari di Madinah.

Ketika itu, dia dan rombongannya sudah sekira lima hari berada di Madinah.

Jawaban itu meyakinkan kami, dia mengalami dimensia. Ibu tersebut kemudian kami ajak naik mobil.

Saya cek datanya dari nomor paspor yang tertera di gelangnya. Dan kemudian kami antarkan ke hotel tempatnya menginap.

Dalam perjalanan di atas mobil, sedikit demi sedikit kami ingatkan bahwa dia adalah jemaah haji yang sedang beribadah di Arab Saudi. Kami bersyukur, sang ibu mulai agak ingat.

Dia sempat membuka semua isi di dalam tas kecil yang dibawanya.

Ada sejumlah uang pecahan rupiah dan riyal dalam amplop, serta beberapa kartu identitas. Sang ibu memang jemaah haji asal Jawa Timur.

Sesampai di hotel, kami serahkan dia ke petugas sektor yang bertanggung jawab terhadap para jemaah yang menginap di hotel-hotel di kawasan itu untuk mendapatkan pelayanan dan penanganan lebih lanjut.

Di kesempatan lain, ada juga jemaah yang beberapa kali tiba-tiba marah-marah, minta pulang.

Ada juga yang meminta keluarganya agar segera menjemput untuk pulang.

Sempat pula ada jemaah yang tiba-tiba membongkar barang-barang di hotelnya.

Termasuk barang jemaah lain yang satu kamar dengan dia, serta berbagai peristiwa lainnya.

Mereka adalah jemaah yang mengalami demensia. Sedih rasanya ketika melihat jemaah-jemaah yang menderitanya.

Penderita demensia sebagian juga sampai harus mendapat perawatan dan penanganan khusus dari petugas psikiatri.

Demensia merupakan salah satu jenis penyakit terbanyak diderita jemaah haji yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah maupun di Mekkah, selain pneumonia atau radang paru.

Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa di KKHI Mekkah Ahmad Andi, demensia ialah kumpulan gejala pada orang berusia di atas 65 tahun karena gangguan otak yang bersifat kronis progresif.

Gangguan tersebut berupa gangguan daya ingat atau memori, dan daya pikir atau mengolah informasi.

Sejumlah pasien terdeteksi demensia ringan sebelum berangkat haji.

Namun, kondisinya memburuk akibat kelelahan dan kurang cairan, situasi baru, dan kurangnya dukungan antaranggota jemaah.

“Ketika di kamar yang sedang tertutup, atau pada momen-momen tertentu, penderita mengira berada di asrama haji atau di tempat tinggal asalnya,” kata Andi.

Faktor pemicunya yakni situasi baru. Penderita demensia mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang, misalnya mencari anak dan istri di kampung.

Saat disorientasi waktu, penderita tak paham waktu pagi, siang, dan malam. Penderita tak mengenali lokasinya berada.

Ada beberapa jenis demensia, di antaranya demensia alzheimer, yakni kemunduran daya ingat dan demensia vaskular akibat gangguan pembuluh darah. Kasus demensia pada anggota jemaah umumnya jenis demensia alzheimer kombinasi gangguan metabolik. (bersambung)

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved