Berita Surabaya

PLN NP Dorong Energi Terbarukan di Tengah Tantangan Perubahan Iklim

PLN Nusantara Power (PLN NP) mengambil sejumlah langkah antisipasi dalam menghadapi ancaman krisis iklim yang semakin nyata.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
ist
PLN Nusantara Power menjadikan ancaman perubahan iklim sebagai tantangan untuk mendorong pengembangan pembangkit-pembangkit baru berbasis enregi baru terbarukan, seperti pengembangan PLTS terapung. 

SURYA.co.id | SURABAYA - PLN Nusantara Power (PLN NP) mengambil sejumlah langkah antisipasi dalam menghadapi ancaman krisis iklim yang semakin nyata.

Bukan sekedar menyiapkan mitigasi risiko, Subholding PLN ini bahkan menjadikan tantangan tersebut sebagai peluang untuk mendorong pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan.

Direktur Keuangan PLN Nusantara Power, Dwi Hartono, mengatakan, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberikan peringatan kepada dunia adanya ancaman krisis iklim yang semakin nyata.

"Data terbaru menunjukkan dalam 12 bulan terakhir suhu global rata-rata meningkat 1,63 derajat Celsius dibandingkan dengan rata-rata pra-industri," kata Dwi Hartono, Kamis (27/6/2024).

Peningkatan suhu ini memicu berbagai bencana, seperti gelombang panas, curah hujan ekstrem, kekeringan, berkurangnya lapisan es, dan percepatan suhu permukaan air laut.

Tidak dapat dipungkiri, fenomena perubahan iklim telah membawa pengaruh bagi dunia usaha.

"Pengaruh tersebut juga dirasakan dalam bisnis pembangkitan listrik," ujar Dwi.

Perubahan iklim membawa tantangan dan peluang bagi perusahaan.

Di satu sisi, kondisi ini mendorong pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT), namun di sisi lain perubahan iklim juga menghambat produksi listrik dan operasional pembangkit.

"Perubahan iklim seperti dua sisi mata uang bagi PLN Nusantara Power. Ketika terjadi kemarau berkepanjangan, operasional PLTA terganggu karena kurangnya sumber daya air. Namun, di saat yang sama, kemarau panjang dan langit cerah meningkatkan produksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya  kami," ungkap Dwi Hartono.

Sebaliknya, saat musim hujan berkepanjangan, produksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) meningkat karena pasokan air yang melimpah.

Namun, hujan terus-menerus dapat menghambat operasional pembangkit lain karena gangguan pasokan bahan bakar seperti batu bara dan BBM.

Dwi Hartono menceritakan dampak perubahan iklim berupa bencana kekeringan panjang di Sulawesi Selatan tahun lalu yang berimbas pada produktivitas PLTA di wilayah tersebut.

Produksi PLTA 800 MW turun hingga 75 persen dan hanya mampu mengoperasikan 200 MW.

PLN NP  telah mengambil langkah-langkah untuk menekan dampak perubahan iklim terhadap bisnis pembangkit listrik.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved