Lirik Sholawat

Siapa KH Muhammad Zaini Abdul Ghani yang Dikenal Sebagai Abah Guru Sekumpul? Berikut Sosoknya

KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah seorang ulama dan guru terkenal serta dihormati di Martapura, Kalimantan Selatan.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
kolase Instagram @guru.sekumpul
Sosok Muhammad Zaini Abdul Ghani 

SURYA.co.id - Nama KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani dikenal umat Islam di Indonesia sebagai sosok alim.

Sebagian orang mengenal KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani sebagai sosok di balik bacaan Sholawat Ali al-Qodri.

Siapa sosok Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang dikenal dengan panggilan Abah Guru Sekumpul sebenarnya?

Biodata dan Profil KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani

Mengutip buku Moderasi Beragama Para Sufi oleh Dr. Abrar M. Daud faza, M.A, KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah seorang ulama dan guru terkenal serta dihormati di Martapura, Kalimantan Selatan.

KH. Muhammad Zaini Abdul menjadi salah satu pemimpin majelis sholawat yang sangat terenal.

Tumbuh dari keluarga penganut Islam yang kuat, KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani putra pasangan Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Senam dengan Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin.

KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan keturunan ulama besar ke-8 yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.

Sosok KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani juga dikenal dengan panggilan guru "ijai" atau Abah Guru Sekumpul.

Masih melansir sumber yang sama, disebutkan KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani lahir pada Rabu, 11 Februari 1942 M atau 27 Muharram 1361 H di Desa Tunggul Irang Saberangan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Saat dilahirkan, Abah Guru Sekumpul diberi nama Qusyairi, namun karena sering sakit kemudian namanya diganti menjadi Muhammad Zaini Abdul Ghani.

Berikut silsilah keluarganya: Muhammad Zaini adalah putra dari Abdul Ghani, cucu dari Abdul Manaf, buyut dari Muhammad Seman, cicit dari Muhammad Sa’ad, canggah dari Abdullah, buyut dari Mufti Muhammad Khalid, cicit dari al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin, dan canggah dari Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.

Perjalan Hidup Abah Guru Sekumpul

KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani memiliki kontribusi besar dalam membentuk masyarakat yang religius dan berbudaya di Kalimantan Selatan.

Tak hanya itu, Abah Guru Sekumpul juga aktif dalam bimbingan spiritual dan sosial di lingkungan masyarakat.

Ketika masih kecil, Abah Guru Sekumpul berada di lingkungan yang penuh kasih sayang oleh keluarganya.

Beliau diajarkan tentang kedisiplinan dalam pendidikan tauhid, akhlak, dan membaca Al-Quran.

Abah Guru Sekumpul juga mendapat bimbingan dari pamannya, Syekh Seman Mulia yang peduli pada pendidikannya.

Ia didorong oleh pamannya untuk belajar dari tokoh-tokoh Islam terkanal seperti al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang ahli dalam bidang hadis dan tafsir.

Mengutip laman kompas, setelah menjalani perjalanan belajar agama dan pendidikan lainnya, Abah Guru Sekumpul diberi amanah untuk mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Kalimantan Selatan.

Beliau direkomendasikan oleh K.H. Abdul Qadir Hasan, K.H. Sya’rani Arif, dan K.H. Salim Ma’ruf, membawa Abah Guru Sekumpul menjadi pengajar di pondok pesantren tersebut.

Beberapa tahun kemudian, Abah Guru Sekumpul memutuskan untuk berhenti dan memulai kegiatan dakwah dengan membuka pengajian di rumahnya di Keraton Martapura, Kalimantan Selatan.

Awalnya, pengajian ini diselenggarakan untuk mendukung pembelajaran para santri di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Kalimantan Selatan, dengan fokus pada pengulangan kitab-kitab Ilmu Alat seperti Nahwu dan Saraf.

Namun, seiring berjalannya waktu, jemaah yang menghadiri pengajian semakin beragam, tidak hanya dari kalangan santri, melainkan juga masyarakat umum.

Pengajian pun berkembang pesat dengan penambahan kitab-kitab yang lebih bervariasi, meliputi fikih, tasawuf, tafsir, dan hadis.

Pada saat itu, Abah Guru Sekumpul juga memulai penyebaran Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karya al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.

Selain itu, pengajiannya semakin memperkaya diri dengan menyelipkan lantunan syair atau kasidah yang memuji Nabi Muhammad.

Mengingat pengajian di Keraton Martapura sudah tidak dapat menampung lagi jumlah jemaah yang datang, Abah Guru Sekumpul mengambil inisiatif untuk beralih ke lokasi pengajian yang baru.

Tepatnya, sekitar tahun 1980-an, Abah Guru Sekumpul memilih wilayah Sungai Kacang sebagai tempat rumah dan pengajian barunya.

Komplek rumah Abah Guru Sekumpul yang baru ini diberi nama "Komplek Ar-Raudhah," yang terinspirasi dari nama Ar-Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah.

Beberapa karya tulis abah Guru Sekumpul antara lain yaitu: (1) Risalah Mubarakah, (2) Manaqib Asy-Syaikh Asy- Sayyid Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiral- al-Hasani as-Samman al-Madani, (3) Ar-Risalah An-Nuraniyyah fi Syarh Tawassulat as- Sammaniyat, (4) Nubdzah Min Manaqib al-Imam Masyhur bi al-Ustadzal al-A'zham Muhammad bin Ali Ba'lawi, (5) al-Imdad fi Awrad Ahl al- Widad.

Meninggal Dunia

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Abah Guru Sekumpul dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura karena sakit ginjal.

Abah Guru Sekumpul meninggal dunia pada 10 Agustus 2005 di usia 63 tahun.

Makam Abah Guru Sekumpul berada di kompleks pemakaman keluarga dekat dengan Musala Ar Raudhah, Kalimantan Selatan.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved