Berita Viral

Rejeki Nomplok Pasutri Penjual Buah yang Tinggal di Gerobak Dagangan, Dapat Rumah dari Mensos Risma

Pak Puji dan Ibu Jun, pasutri penjual buah yang viral tinggal di gerobak dagangannya baru saja mendapat rejeki nomplok.

kolase TikTok
Pasutri Penjual Buah yang Tinggal di Gerobak Dagangan. Kini dapat rejeki nomplok. 

SURYA.co.id - Pak Puji dan Ibu Jun, pasutri penjual buah yang viral tinggal di gerobak dagangannya baru saja mendapat rejeki nomplok.

Mereka mendapat bantuan dari Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.

Diketahui, kisah Pak Puji dan Ibu Jun viral setelah diunggah oleh akun TikTok @donnyrapu, Minggu (21/4/2024).

Dalam unggahan video tersebut, Pak Puji dan Ibu Jun terlihat masih berjualan salak hingga malam hari.

Mereka mengaku tinggal di gerobak yang dipakainya untuk berjualan buah.

Baca juga: Kisah Pilu Kakek Penjual Cilor di Mojokerto, Termenung Gara-gara Gerobak Terbakar usai Salat Jumat

Gerobak tersebut dibeli dengan harga Rp 200.000.

"Ini kita emang pake gerobak pemulung, tapi kita sehari-hari jualan di Induk, Kramat Jati, berdua aja jalan kaki," ujar Pak Puji, dikutip dari TikTok @donnyrapu.

Dalam gerobak itu tampak baju dan tempat tidur untuk keduanya.

"Iya (tidur) di gerobak, pinggir jalan. Gak punya kontrakan," ujar Pak Puji.

Pria lanjut usia itu juga mengaku memiliki seorang anak yang sudah berumah tangga, namun ia tidak tega untuk menyusahkannnya.

"Udah gede, udah rumah tangga, kan gak enak," ujarnya lagi.

Ia juga mengaku berencana ingin mengontrak rumah namun terkendala dengan biaya.

Sambil membungkus salak pondoh yang diborong oleh pengunggah, Pak Puji mengaku dirinya menolak keras untuk mengemis.

"Gak mau (ngemis) diajarin mbak saya lebih baik tangan di atas daripada di bawah," katanya.

Sementara itu, Ibu Jun mengaku dirinya tidak cape setiap hari keliling bersama suaminya untuk berjualan.

Baca juga: 3 Cerita Viral Berangkat Haji Naik Sepeda Motor, Ada Penjual Cilok Asal Jember Jatim

Keduanya pun semangat membagikan salak pondoh yang diborong itu kepada warga sekitar.

Di unggahan terbarunya Selasa (23/4/2024), Donny Ramadhan pun kembali menemui pasutri tersebut.

Kali ini, Pak Puji dan Ibu Jun berjualan jambu merah dan pepaya.

Pak Puji mengaku kini telah mendapatkan rumah bantuan dari Menteri Sosial.

"Kami udah dapet rumah tapi di daerah Cipayung dari Menteri Sosial, satu rumah gede, kemarin ada yang survei 4 orang," ujarnya.

Pak Puji pun mengaku akan segera pindah malam ini dan dijemput oleh pihak yang memberikan bantuan.

Sementara itu, salah satu penjual minuman sekitar yang mengenal pasutri itu memang menyebut keduanya tinggal di gerobak.

"Gak ada (rumah) emang tinggal di gerobak aja. Dia emang jualan sama tinggal di gerobak," ujarnya.

Donny Ramadhan pun menitipkan rezeki sebesar Rp 5 juta dari dr Richard.

Sebelumnya, nasib serupa juga dialami Sukadi (49).

Gerobak dorongnya menjadi tempat tinggalnya selama merantau di Yogyakarta

Saat ditemui oleh Tribun Jogja, Sukadi sedang beristirahat di pinggir jalan sisi selatan Stadion Kridosono. Ia sedang mengistirahatkan kakinya dengan wajahnya yang tampak lelah.

Kali ini Ia tidak sendiri, Sukadi ditemani istrinya Romlah (46) beserta anaknya Pujib (23) dan cucunya, Rina (9).

Baca juga: Niat Foya-foya Beli Tas Mewah di Luar Negeri, 3 Wanita Indonesia Malah Nyaris Terjebak Demonstrasi

Keluarga ini sedang beristirahat setelah seharian mencari rongsokan keliling kota. Sukadi mengatakan, hari itu sedang sepi karena pengepul rongsokannya sedang libur jelang Lebaran.

"Ya beberapa hari kedepan cuma begini saja, dipinggir jalan menunggu kalau ada yang memberi makan," ujar Sukadi kepada Tribun Jogja, Sabtu (2/7/2016).

Setiap harinya, sejak pukul tujuh pagi, Sukadi mencari rongsokan dari Pasar Beringharjo menuju Umbulharjo, Stadion Mandala Krida, hingga kembali ke Beringharjo melalui Stadion Kridosono.

Selama di Yogyakarta, Sukadi tinggal di dalam gerobaknya yang diparkir di timur Pasar Beringharjo. Gerobak berukuran panjang 1,5 meter dan lebar tidak satu meter berisikan baju-baju untuk hidup sehari-hari.

Selama 20 tahun tinggal di gerobak, Ia berpindah-pindah tempat berteduh.

Sebelum menetap di emperan Pasar Beringharjo, Sukadi pernah tinggal di Terminal bis lama Umbulharjo dan bak sampah di daerah Bausasran, Danurejan, Yogyakarta.

Diakuinya, Ia tidak mempunyai apa-apa lagi selain gerobak sehingga Ia menarik sendiri gerobak dari kampung halamannya di Tegalrejo, Magelang.

"Banyak yang tidak percaya kalau saya narik sendiri gerobak dari Magelang, ya padahal cuma pakai gerobak saya bisa membawa cucu saya ke Yogyakarta," ujar Sukadi.

Ia mengaku merantau ke Yogyakarta untuk mengais rezeki. Istri dan keempat anaknya menjadi buruh tani di Magelang, namun saat Ramadan istri dan satu anaknya ikut membantu Sukadi mengais rongsokan untuk dijual kembali.

Sehari-hari Ia mendapat upah Rp 40 ribu. Uang tersebut hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Baca juga: AKHIR Kasus Jukir Tak Terima Ditegur Parkir Gratis di Minimarket, Sempat Dibawa Polisi, Kini Damai

Karena statusnya sebagai manusia gerobak, tidak jarang dirinya menjadi incaran dari satpol PP. Sudah berkali-kali Sukadi harus kejar-kejaran dengan petugas hingga menjadi warga binaan di panti sosial.

Foto gerobak Sampah milik M. Nur Cahyo yang hilang dicuri
Foto gerobak Sampah milik M. Nur Cahyo yang hilang dicuri (Foto Istimewa)

Ia mengaku jengah dengan hal tersebut lantaran seusai ditampung, Ia tidak pernah mendapatkan solusi untuk bekerja dari petugas yang menampungnya.

"Ya sudah sering kalau sampai ditampung di panti cuma ya abis itu dilepas lagi dan tidak mendapat solusi apa-apa, karena itu saya kembali mengais rongsokan lagi," ungkapnya.

Ia mengaku tidak mempunyai keahlian apapun selain mengumpulkan rongsokan. Pekerjaan yang digelutinya selama bertahun-tahun tersebut adalah cara tercepat mendapatkan uang baginya.

Menjelang waktu Lebaran, Sukadi dan keluarga berencana akan mudik ke kampung halamannya, Magelang. Ya, mereka akan pulang dengan menarik gerobak.

"Nanti ya cucu saya yang didalam gerobak, nanti kita jalan kaki bersama sampai ke rumah," ucapnya.

Ia sudah terbiasa berjalan kaki dengan gerobak pulang pergi Magelang-Yogyakarta sehingga Ia tidak merasa terlalu berat. Terlebih ada kehadiran cucunya yang bisa meringankan bebannya menarik gerobak.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved