Pilpres 2024

Imbas Jokowi dan Gibran Tak Diakui Kader PDIP Lagi, Diklaim Keluarga PAN, Ini Reaksi Wali Kota Solo

Pernyataan Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun yang menyebut Presiden Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming Raka bukan lagi kader part

Editor: Musahadah
kolase tribunnews
Gibran Rakabuming bereaksi setelah disebut dia dan ayahnya, Presiden Jokowi bukan lagi kader PDIP. 

SURYA.CO.ID - Pernyataan Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun yang menyebut Presiden Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming Raka bukan lagi kader partainya, berbuntut.

Gibran Rakabuming Raka mengaku tak masalah apabila benar-benar dipecat dari partai berlambang banteng moncong putih itu.

 “Ya, udah nggak apa-apa. Nggak apa-apa. Dipecat, ya, nggak apa-apa,” tuturnya di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (23/4/2024), dilansir TribunSolo.com.

Lalu, kemana putra sulung Presiden Jokowi itu akan berlabuh?

Menjawab hal itu, Gibran mengaku belum memiliki niat untuk bergabung dengan partai lain.

Baca juga: Rekam Jejak Komarudin Watubun yang Sebut Presiden Jokowi Tak Lagi Kader PDIP, Gibran Bohong 2 Kali

“Belum ada pembahasan ke situ. Tunggu aja nanti,” ungkapnya.

Sementara itu, mengenai status keanggotan Jokowi di PDIP, Gibran meminta supaya hal itu ditanyakan langsung kepada ayahnya.

“Saya nggak tahu. Tanyakan ke beliau sendiri,” ujar pria berusia 36 tahun tersebut.

Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa Pilpres 2024, PDIP menyebut Jokowi dan Gibran bukan lagi bagian dari mereka.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan (Zulhas), turut mengomentari pernyataan PDIP.

Mengenai status Jokowi dan Gibran yang disebut sudah bukan lagi bagian dari PDIP, Zulhas mengatakan keduanya merupakan keluarga PAN.

"Ya, saya waktu dekat ada agenda mau ke Solo. Jadi, Pak Jokowi-Mas Gibran nggak usah repot-repot lah."

"Kan sudah berkali-kali, keluarga Pak Jokowi keluarga PAN, PAN keluarganya Pak Jokowi," kata Zulhas kepada awak media di kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Selasa.

Atas dasar itu, ia meminta keduanya tak perlu bingung mencari rumah politik selanjutnya.

Zulhas menyebut PAN merupakan rumah bagi Jokowi dan Gibran.

"Jadi sudah jelas. Nggak usah ke sana-ke mari, ngapain. Sudah ada rumahnya, namanya Partai Amanat Nasional," tegasnya.

Sebelumnya, pernyataan Jokowi bukan kader PDIP lagi diungkapkan Komarudin Watubun di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat pada Senin (22/4/2024) dikutip dari YouTube Kompas TV.

Komarudin beralasan sikap politik Jokowi dan Gibran sudah berbeda dengan partainya. 

"Ah orang sudah di sebelah sana bagaimana mau dibilang bagian masih dari PDI Perjuangan, yang benar saja (masih kader PDIP)," kata Komarudin di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (22/4/2024).

Sementara itu, Komarudin juga menyebut Gibran Rakabuming Raka sebagai pembohong. Sebab, Gibran dua kali menyatakan akan setia untuk dengan PDIP.

Baca juga: Sosok Din Syamsuddin yang Sebut Jokowi Intervensi Putusan Sengketa Pilpres di MK, Ini Rekam Jejaknya

"Tentang sikap Mas Gibran saya kira itu terlalu reaktif untuk menanggapi Pak Sekjen. Karena apa yang disampaikan Pak Sekjen itu benar terjadi dan itu benar (Gibran) berbohong, dua kali itu," kata dia.

"Kebetulan yang pertama saya panggil dengan Pak Sekjen di lantai 2 ruang pak sekjen dan waktu itu beliau sendiri (Gibran) yang ngomong, bahwa dia sadar tahun depan bapaknya tidak presiden lagi, 'mau ke mana lagi saya pasti bersandar di PDI Perjuangan'," ujarnya.

Lalu, yang kedua, kata Komarudin, Gibran juga menyatakan akan berada di PDIP saat berada di sekolah partai.

"Itu kan ibu (Mega) tanya Mas Gibran sama Bobby, mau tetap di sini apa berpindah partai? Mas Gibran sendiri maju ke mimbar lalu disampaikan waktu itu tetap bersama PDI Perjuangan," katanya.

Ia menegaskan, status Gibran juga sudah tak lagi jadi kader PDIP.

"Gibran itu sudah bukan kader partai lagi, saya sudah bilang sejak dia ambil putusan itu (jadi cawapres Prabowo)," katanya.

Sebagai informasi, santer beredar kabar bahwa hubungan Jokowi dan Megawati retak selama Pilpres 2024 berlangsung.

Keretakan hubungan keduanya itu dinilai berbagai pihak semakin terlihat ketika putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo Subianto.

Padahal, Gibran adalah kader dari partai berlambang banteng itu.

Hal tersebut semakin terlihat ketika Jokowi sudah tidak pernah hadir dalam acara internal PDIP.

Adapun terakhir kali Jokowi hadir dalam acara PDIP saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP ke-IV yang digelar di JIExpo, Kemayoran, Jakarta pada 29 September 2023 atau 20 hari sebelum proses pendaftaran capres-cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Kemudian, pada saat perayaan Idul Fitri tahun ini, Jokowi dan Megawati juga tidak menggelar pertemuan.

Adapun Jokowi justru menggelar open hous terbuka di Istana Kepresidenan dan Megawati melakukannya di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Namun, Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin sempat menyebut bahwa tidak terjalinnya pertemuan Jokowi dengan Megawati lantaran Presiden memiliki agenda lain yaitu bertemu anak dan cucu.

"Kenapa tahun ini Presiden tidak melakukan kunjungan silaturahmi atau halal bihalal dengan Bu Mega? Jawaban hanya satu, ini soal waktu," katanya.

Ngabalin mengungkapkan biasanya anak dan cucu Jokowi berkumpul saat Lebaran tiba.

Namun, khusus untuk tahun ini, mereka memiliki kesibukan masing-masing sehingga Jokowi yang mengunjungi keluarganya.

"Saya mendengar, dari Bogor, Presiden mengambil keputusan bersama Ibu (Iriana) untuk mendatangi anak, cucu," jelasnya.

Tuding Jokowi Berbohong

Immanuel Ebenezer dan Deddy Sitorus nyaris baku hantam di studio TV. Ini sosok keduanya!
Immanuel Ebenezer dan Deddy Sitorus nyaris baku hantam di studio TV. Ini sosok keduanya! (kolase X)

Sementara itu, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Deddy Sitorus, membandingkan kesalahan dan kebohongan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Megawati Soekarnoputri. 

Deddy mengungkapkan bahwa kebohongan dan kesalahan Jokowi ke Megawati jaug lebih banyak daripada SBY.

Menurut Deddy kesalahan SBY adalah berbohong kepada Megawati ketika hendak mencalonkan diri sebagai presiden untuk Pilpres 2004 bersanding dengan Jusuf Kalla.

Saat itu SBY menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di bawah Presiden Megawati. 

Deddy mengatakan seharusnya SBY berkata jujur seperti Yusril Ihza Mahendra dan Hamzah Haz. 

“Pak SBY itu salahnya dulu bilang tidak nyapres ketika ditanya, tetapi kemudian terbukti dan nyalon, bahkan sudah bikin partai. Jadi kesalahannya hanya itu dan tidak pernah berusaha bersikap ksatria,” kata Deddy dijkutip dari laman Tempo, Sabtu (13/4/2024).

Sementara Jokowi, kata Deddy, memiliki lebih banyak kesalahan dan kebohongan terhadap Megawati dan PDIP.

Deddy mencontohkan Jokowi berbohong dengan mengatakan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, belum layak menjadi cawapres.

Namun ternyata dimajukan dengan mengintervensi Mahkamah Konstitusi (MK).

“Beliau berbohong hingga detik-detik terakhir dan lalu secara vulgar menyatakan akan mengalahkan capres dari PDI Perjuangan,” kata Deddy.

Belum cukup sampai di situ, menurut Deddy, Jokowi juga menyalahgunakan kekuasaan dengan cawe-cawe pemilu dan menggunakan semua instrumen kekuasaan.

Menurut Deddy, kesalahan Jokowi ini jauh lebih besar dan lebih banyak dibandingkan SBY. 

“Sudah tentu derajat ‘kesalahannya’ jauh lebih besar sebab menyangkut merusak kualitas pemilu, etika publik, adab politik dan nilai-nilai demokrasi dan penyalahgunaan kekuasaan,” ujar Deddy.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Disebut Bukan Lagi Kader PDIP, Gibran Mengaku Belum Ada Niat Gabung Partai Lain: Tunggu Aja Nanti

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved