Berita Entertainment

Petugas Kolam Renang Disorot Soal Kematian Anak Tamara Tyasmara, Respon saat YA Tenggelamkan Dante

Petugas kolam renang kini jadi sorotan terkait kematian anak Tamara Tyasmara. Ini Responnya saat Yudha Arfandi Tenggelamkan Dante.

kolase Kompas.com
Kekasih Tamara Tyasmara dan rekaman CCTV saat Dante ditenggelamkan. Petugas Kolam Renang Disorot Soal Kematian Anak Tamara Tyasmara. 

SURYA.co.id - Beredarnya rekaman CCTV saat kekasih Tamara Tyasmara, Yudha Arfandi, menenggelamkan Raden Adante Khalif Pramudityo alias Dante ternyata berbuntut panjang.

Kini, ada pihak lain yang jadi sorotan yakni petugas kolam renang tempat Dante dihabisi.

Sorotan tersebut datang dari Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel.

Reza menyoroti sikap petugas kolam renang yang tak merespon sama sekali ketika Yudha menenggelamkan Dante.

Baca juga: Sosok Reza Indragiri Pakar yang Beber Motif dan Muslihat YA Kekasih Tamara Tyasmara Tega Bunuh Dante

Terbukti kata Reza, bermenit-menit, dari total rekaman CCTV 2 jam 1 menit, Dante ditenggelamkan berulang kali.

Tapi tak ada satupun petugas kolam renang yang datang untuk mencegah aksi YA tersebut.

"Namun tidak ada respon kegentingan dari pihak kolam renang untuk menolong Dante," kata Reza kepada WartaKotalive.com, Sabtu (10/2/2024).

Karenanya menurut Reza, CCTV memang sebaiknya tidak diletakkan di tempat tersembunyi, jika tujuannya untuk mencegah kejahatan.

"CCTV harus diperlihatkan agar calon kriminal tahu bahwa ia diawasi sehingga--setidaknya--urung beraksi di lokasi tersebut," ujar Reza.

Juga, menurut Reza, CCTV hanyalah salah satu subsistem keamanan.

Di samping CCTV, katanya perlu disiagakan tim reaksi cepat yang terus-menerus memantau area yang dicakup oleh CCTV.

"Dengan kelengkapan sistem sedemikian, baru bisa diharapkan bahwa gelagat situasi kritis akan dapat dicegat selekas mungkin begitu terpantau lewat CCTV. Baik kritis berupa kecelakaan (anak terpleset lalu tenggelam di kolam renang, misalnya) atau pun kejahatan," paparnya.

"Nah, nasib malang Dante boleh jadi turut disebabkan oleh posisi CCTV yang tersembunyi dan tidak adanya subsistem yang siaga memonitor tangkapan visual CCTV," tambah Reza.

Baca juga: Inilah Motif YA Kekasih Tamara Tyasmara Tega Tenggelamkan Dante hingga 12 Kali, Pakar: Ada 2 Hal

Kelemahan itulah, menurutnya yang mungkin berhasil dibaca oleh tersangka pelaku.

"Dia tidak melihat ada CCTV di lokasi dan berasumsi tidak ada yang mengawasi tindak-tanduknya. Tersangka menyimpulkan demikian setelah beberapa kali mempelajari lokasi. Jika benar begitu, inilah pertanda adanya perencanaan di balik dugaan pembunuhan terhadap Dante," ujar Reza.

Pada sisi lain, menurut Reza CCTV juga punya kelemahan.

"Studi menyimpulkan, CCTV jitu untuk menangkal kejahatan properti semisal pencurian. CCTV kurang ampuh mencegah kejahatan kekerasan. Pasalnya, kejahatan kekerasan kerap bersifat impulsif dan terjadi seketika di lokasi tanpa pemikiran atau pun perencanaan sebelumnya," kata Reza.

Ungkap Motif Pelaku

Selain itu, menurut Reza, secara umum dua kemungkinan motif pembunuhan dalam setiap kasus pidana, yaitu emosional dan instrumental.

Menurut Reza, motif emosional akan jadi relevan jika pembunuhan tersebut berkaitan dengan amarah, sakit hati, dendam, atau pun cemburu.

"Dan sebagainya yang berkaitan dengan perasaan negatif si pelaku," ucap Reza dikutip dari Kompas.com, dikutip Sabtu (10/2/2023).

Adapun motif instrumental itu biasanya tak ada sangkut pautnya dengan suasana hati pelaku.

Biasanya, pelaku ingin mendapatkan manfaat tertentu dari hasil kejahatan tersebut.

"Entah untuk mendapatkan popularitas, harta, apapun yang sifatnya mendatangkan keuntungan tertentu bagi si pelaku," tutur Reza.

Secara hitung-hitungan di atas kertas, salah satu atau kombinasi dua motif itu bisa saja bergelayut di kepala pelaku.

Reza pun menyoroti narasi yang beredar di masyarakat bahwa pelaku dekat dengan anak tersebut sehingga bisa menangkal adanya tuduhan pembunuhan atas kematian Dante.

"Karena kasus ini pidana, sudah tak sepatutnya kita percaya terhadap penilaian apalagi klaim sedemikian rupa," kata Reza.

Pasalnya, orang dewasa yang melakukan viktimisasi terhadap anak itu biasaya tidak sungguh-sungguh membangun kepercayaan.

Menurut dia, pelaku biasanya memiliki tipu muslihat atau kepentingan di balik kejahatannya.

"Jadi, membangun kepercayan atau relasi hanya sebuah cara untuk membuka akses pelaku agar bisa mendekati diri si calon korban, dalam hal ini anaknya," kata Reza.

"Sekaligus membangun kepercayaan dari pihak yang seharusnya melindungi anak itu atau caregivernya (pengasuhnya)," kata dia lagi.

12 Kali Tenggelamkan Dante

Seperti diketahui, YA ditetapkan sebagai tersangka kasus kematian Dante.

Dalam rekaman CCTV yang beredar, terlihat detik-detik Dante tenggelam di kolam renang di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu (27/1/2024).

Awalnya, terlihat Dante sedang berada di pinggir kolam yang sepi.

Di dekatnya, ada seorang anak perempuan berbaju pink dan YA yang berada di belakang Dante.

YA terlihat mendekati Dante yang sedang berpegangan di pembatas kolam.

Namun, tak lama YA mendekati Dante dan diduga menenggelamkan korban karena sempat terlihat memantau situasi terlebih dahulu.

Saat itu, Dante terlihat tak muncul ke permukaan air dalam beberapa menit yang hanya dilihat YA.

Sementara anak berbaju pink sempat berada di sekitar mereka.

Ia sempat menengok ke arah YA dan Dante.

Bahkan saat Dante berusaha berenang, anak perempuan itu terlihat naik ke tepi kolam.

Ia lantas duduk dan melihat YA menaikkan tubuh Dante yang sudah terlihat lemas ke pinggir kolam renang.

YA pun terlihat seolah-olah memberikan bantuan kepada Dante hingga rekaman CCTV tersebut berakhir.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved