SURYA Kampus

Anak Guru Ngaji Lulus Doktor di 2 Kampus dan Jadi Lulusan Tercepat dengan IPK 4,00, Ini Kisahnya

Seorang anak guru mengaji di Bantul, Yogyakarta, berhasil meraih gelar doktor di 2 universitas sekaligus. Ini kisah lengkapnya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
UGM
Mukhamad Ngainul Malawani, anak guru ngaji yang lulus di 2 kampus sekaligus 

SURYA.CO.ID - Seorang anak guru mengaji di Bantul, Yogyakarta, berhasil meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada (UGM)

Ia dinobatkan sebagai wisudawan dengan predikat lulusan tercepat karena berhasil meraih doktor dalam waktu 2 tahun 8 bulan 17 hari. 

Padahal, masa studi rata-rata jenjang program S3 adalah 4 tahun 9 bulan.

Bukan hanya menjadi lulusan tercepat, ia pun sukses mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4,00.

Anak guru ngaji itu adalah Mukhamad Ngainul Malawani (31).

Ngainul diwisuda di Grha Sabha Pramana, Rabu (24/1/2024) siang. 

Dikutip dari laman resmi UGM, Ngainul mengaku dengan prestasi yang diraih.

Lulus di 2 Universitas

Ia kemudian menceritakan, bahwa sebenarnya juga menyelesaikan pendidikan doktor di kampus lain.

Yakni di University of Paris 1 Panthéon-Sorbonne, Paris, Prancis. 

“Sebenarnya saya ambil kuliah di dua tempat. Di UGM terdaftar Januari 2021."

"Di Perancis compulsory course telah selesai pada tahun pertama, jadi tinggal melanjutkan riset."

"Karena tahun 2021 juga masih suasana pandemi, kuliah di UGM pun semua dijalankan online tanpa harus saya pulang ke Indonesia,” katanya.

Dosen di Fakultas Geografi UGM sejak tahun 2018 ini bercerita, lulus S1 Geografi Lingkungan UGM tahun 2014.

Selanjutnya melanjutkan pendidikan S2 Magister Geografi UGM Lulus 2017.

Kemudian karena diterima menjadi tenaga pendidik di UGM, ia pun melanjutkan studi di Prancis November 2019.

“Di sana saya mengambil program join supervision, agar dapat dibimbing oleh supervisor dari Prancis dan Indonesia,” kenangnya.

Beruntung bagi Ngainul, adanya kerja sama UGM dengan Univ Paris 1 Panthéon-Sorbonne lalu dilanjutkan kerja sama Fakultas Geografi UGM dengan Ecole Doctorale Geographie de Paris yang salah satunya adalah terkait pembukaan program double degree untuk jenjang doktor.  

“Kebetulan saya jadi mahasiswa di sana dan terjalinnya hubungan baik yang sudah sangat lama antar kedua institusi, maka MoU dan Agreement dicoba untuk dijalankan,” jelasnya.

Dalam menjalankan kuliah di dua kampus yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, Ngainul mengaku sempat mengalami kesulitan saat perkuliahan di awal, namun berkat bimbingan dari dua mentornya, ia pun bisa menyelesaikan pendidikan S3 dengan tepat waktu.

“Berkat supervisi Prof. Franck Lavigne dan Dr. Danang Sri Hadmoko, riset saya cepat selesai. Selain dukungan akademis, para supervisor juga memberikan dukungan finansial riset karena penelitian dilakukan di Lombok,” paparnya.

Lahir dari Keluarga Sederhana

Ngainul lahir dan besar di Palbapang, Bantul, Yogyakarta.

Ayah dan Ibunya menjadi guru mengaji di kampungnya. 

Selain itu, keluarganya juga ikut beternak dan bertani.

“Kedua orang tua saya guru ngaji di kampung. Ada surau kecil di samping rumah. Banyak anak-anak yang belajar di tempat kami ketika sore dan malam hari,” kenangnya.

Berhasil Berkat Didikan Orang Tua

Didikan orang tua yang begitu kuat dalam hal agama dan terbiasa hidup sederhana selalu memotivasi dirinya untuk bisa menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Ngainul bersyukur berkat bimbingan dan doa dari kedua orang tua lah, akhirnya ia bisa menyelesaikan pendidikan S3 sekarang ini.

Disamping itu, Ngainul juga mengaku dukungan keluarga kecilnya juga selalu memberi dukungan padanya meski istri dan anaknya tidak bisa mendampingi dirinya selama studi di Perancis.

“Saya berkeluarga sejak 2017. Anak pertama lahir 2019, sebulan sebelum saya berangkat ke Prancis. Keluarga saya tidak ikut saya selama studi, kecuali saat ujian pendadaran saja mereka hadir ke Perancis,” katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved