Pilpres 2024

PROFIL Desa Wisata Ketapanrame Mojokerto yang Disinggung Gibran saat Debat Cawapres, Ini Keunikannya

Inilah profil desa wisata Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto yang disebut GUbran saat debat cawapres.

Editor: Musahadah
kolase surya.co.id/kompas.com
Desa wisata Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Mojokerto yag disinggung Gibran saat debat cawapres, Minggu (21/1/2024) malam. 

Pemdes menggunakan mesin untuk memusnahkan limbah sampah hingga tidak ada residu.

"Semua warga di Desa Ketapanrame ikut semua program ini atau konsumen. Mereka turut berkontribusi dengan iuran sampah setiap bulan untuk biaya operasional pengolahan sampah ramah lingkungan," ungkapnya.

Biaya iuran sampah di Desa Ketapanrame berbeda-beda, untuk sampah ramah tangga hanya Rp.8 ribu per bulan. Sedangkan, iuran pengolahan sampah untuk skala usaha rumah atau warung sekitar Rp.20 ribu hingga Rp.30 ribu.

Paling banyak jasa pengolahan sampah untuk hotel maupun vila mencapai antara Rp.100 ribu sampai Rp.30 ribu per bulan.

Tentunya, pengolahan sampah ramah lingkungan ini dapat menjadi salah satu sumber pendapatan asli desa.

"Ada beberapa hotel dan vila yang kita kelola sampahnya bisa sampai Rp.50, Rp.100 sampai Rp.300 ribu per bulan. Kalau warga cuma Rp.8 ribu per bulannya," ucap Zainul.

Ditambahkannya, pihaknya juga menggunakan mesin pirolisis untuk mengubah limbah sampah non organik terutama plastik yang tidak terurai menjadi bahan bakar cair. Hasil bahan bakar dari pengolahan mesin pirolisis itu untuk BBM mesin rumput.

"Hasil dari pengolahan limbah sampah menjadi BBM itu terbatas hanya untuk mesin potong rumput, tidak bisa dijualbelikan karena kita belum punya standar atau SNI," terangnya.

Zainul mengakui meski mendapat iuran kelola sampah dari masyarakat ternyata tidak dapat menutup biaya operasional secara keseluruhan.
Operasional pengolahan sampah mencapai Rp.20 juta hingga Rp.30 juta.

"Untuk menutup biaya operasional terkadang tidak cukup dari iuran maupun penjualan hasil sampah non organik. Sehingga nanti kedepannya kita akan Kembangkan pengolahan sampah untuk dijadikan produk berbahan plastik yang bernilai ekonomi lebih," pungkasnya.

Direktur BUMDes Mutiara Welirang Herwanto menambahkan operasional pengolahan sampah di Desa Ketapanrame sudah maksimal hingga nol residu. Bahkan sampah non organik berupa benda plastik yang tidak laku dijual diolah menggunakan mesin pirolisis.

"Hasil pengolahan sampah non organik dari plastik yang tidak laku dijual kita oleh dengan mesin pirolisis, asap dari menyublim jadi cair menjadi bahan bakar itu," paparnya.

Dia mengatakan pengolahan sampah melibatkan masyarakat yang mencapai 60-70 ton per bulan. Program pengolahan sampah itu diikuti serentak oleh sekitar 5.000 jiwa atau 1.900 KK di tiga dusun yakni Dusun Slepi, Dusun Sukorame dan Dusun/ Desa Ketapanrame. Termasuk penginapan hotel dan vila di wilayah Trawas.

"Untuk iuran kelola sampah seluruhnya sekitar Rp. 12 juta. Iya masih minus untuk biaya operasional sekitar Rp.5-10 juta. Sehingga nanti kedepannya kita akan ajukan bantuan anggaran dari Pemdes," tandasnya.

Bupati Sebut Desa Cantik

Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati menyerahkan piagam Desa Cantik ke Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin.
Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati menyerahkan piagam Desa Cantik ke Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin. (surya.co.id/mohammad romadoni)
Sumber: Surya
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved