Pilpres 2024

Siti Atikoh Berkunjung ke Gresik, Bakal Bantu Pengusaha Tahu Lepas dari Kedelai Impor

Istri Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh datang bersilaturahmi dengan warga di Desa Gadingwatu, Kecamatan Menganti, Gresik

Penulis: Wiwit Purwanto | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Willy Abraham
Siti Atikoh saat mengunjungi pengusaha tahu di Menganti, Gresik, Rabu (20/12/2023). 

SURYA.CO.ID, GRESIK - Istri Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh datang bersilaturahmi dengan warga di Desa Gadingwatu, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu (20/12/2023) siang.

Siti Atikoh berdialog dengan pengrajin tahu di desa tersebut.

Sejak pagi, ratusan ibu-ibu sudah menunggu kedatangan Siti Atikoh.

Siti Atikoh melihat secara langsung proses produksi tahu mulai awal hingga siap didistibusikan ke pasar.

Bahkan, Siti Atikoh sempat menggantikan peran pengrajin menyaring kedelai yang sedang proses dimasak.

Dikatakannya, permasalahan utama pengrajin tahu adalah ketersediaan bahan baku. Karena kedelai yang digunakan mayoritas bergantung pada impor.

"Permasalahannya ketergantungan impor masih tinggi. Jika keran impor ditutup, akhirnya mempengaruhi ketersediaan bahan baku. Kondisi ini membuat ketahanan pangan kita masih rentan," ucap Siti Atikoh, Rabu (20/12/2023).

Padahal, tanah Indonesia sangat subur dan kekayaan alamnya sangat luar biasa.

Dulu, di beberapa wilayah masih produksi kedelai seperti Sumbawa dan Bima. Saat ini sudah beralih ke jagung.

Ke depannya, kedelai lokal harus bisa berdaulat. Bisa produksi sendiri. Sehingga, selain bisa menekan biaya produksi, pengrajin tahu di Indonesia tidak lagi bergantung pada impor.

Siti Atikoh menjelaskan, secara teori kedelai akan lebih subur jika ditanam di negara yang mempunyai empat musim.

Sedangkan di wilayah tropis terdapat beberapa kendala seperti kadar air, curah hujan dan cuaca yang panas.

"Ilmu pengetahuan itu kan terus berkembang. Makanya perlu riset dan penelitian. Harapannya, hasil penelitian itu akan menemukan bibit yang unggul sesuai dengan kondisi alam Indonesia," harapnya.

Secara kualitas dan rasa, bibit lokal lebih enak. Hanya saja, kadar airnya lebih tinggi sehingga dapat mempengaruhi masa ketahanan produk tahu. Nah, dengan demikian pentingnya inovasi dan penelitian agar kedelai lokal bisa bersaing dengan produk impor.

"Kalau soal pemasaran sudah sangat bagus, sesuai dengan keseharian orang Jawa biasanya di dapur kurang lengkap kalau belum ada tahu dan tempe," imbuhnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved