Kebakaran Tewaskan 2 Lansia di Surabaya
Perilaku Ganjil 2 Lansia yang Tewas di Peristia Kebakaran, Pernah Bakar Rumahnya Sendiri Tahun 2008
Diketahui, kedua orang tersebut pernah membakar rumahnya sendiri pada 2008 silam.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: irwan sy
SURYA.co.id, SURABAYA - Sosok dua orang kakak adik lanjut usia (lansia) yang tewas dalam insiden kebakaran rumah di Jalan Kertajaya Indah Timur Surabaya, Selasa (14/11/2023) dini hari, ternyata memiliki perilaku tak biasa.
Diketahui, kedua orang tersebut pernah membakar rumahnya sendiri pada 2008 silam.
Rumah yang dibakar oleh keduanya merupakan rumah pribadi milik kakak adik tersebut, lokasinya di Kanginan, Gubeng, Surabaya.
Kemudian, setelah rumah mereka terbakar dan tak lagi dapat ditinggali, keduanya lantas berpindah tempat tinggal di rumah milik ayahanda mereka di Jalan Kertajaya Indah Timur Surabaya, hingga saat ini.
Kapolsek Mulyorejo Polrestabes Surabaya Kompol Sugeng Rianto mengatakan, informasi mengenai rekam jejak perbuatan korban pernah membakar rumah sendiri pada tahun 2008, diperolehnya dari keterangan kerabat dari korban.
"Soal ada pengalaman kedua korban pernah membakar rumah sendiri di Gubeng, itu dari saudara sambungnya," ujarnya.
Bahkan, korban pada tahun 2012 pernah menjalani perawatan kejiwaan di RSAL.
"Sehingga, dapat disimpulkan sementara bahwa kedua korban memiliki riwayat gangguan kesehatan mental dan pernah menjalani intervensi penanganan psikis di salah satu rumah sakit (RS). Memang sebelumnya pernah mencoba membakar rumah, namun di lokasi berbeda. Informasi dari saudara sambungnya. Pada tahun 2012 keduanya pernah dirawat di RSAL. Perawatan psikisnya. Informasinya seperti itu, dari saudaranya (riwayat gangguan kejiwaan atau depresi)," pungkasnya.
Sementara itu, seorang sekuriti perumahan Suatman mengatakan, keduanya cenderung memiliki sikap pendiam.
Bahkan hampir tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar atau para tetangga di sisi kanan kiri atau depan rumah.
Aktivitas keduanya yang diketahui oleh warga permukiman sekitar rumah, saat keduanya bergantian berjalan kaki keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan bahan pokok di sebuah minimarket.
Biasanya kalau berpapasan dengan warga yang lain, mereka menyapa sekadarnya, lalu kembali berjalan melenggang pergi melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
"Ya kalau sudah masuk ya di dalam terus. Enggak pernah keluar. Kalau kegiatan warga, jarang. Gak ada. Gak pernah keluar. Tapi kalau ada tagihan iuran keamanan, beliau balik. Apapun peraturan di sini selalu ikut," ungkap kakek tiga cucu itu, saat ditemui TribunJatim.com disela bertugas dekat lokasi.
Ia tak menampik kedua korban itu hampir tidak pernah mengikuti kegiatan sosial lingkungan permukiman tersebut.
Namun, anehnya, mereka selalu rajin untuk membayar iuran keamanan, kebersihan, atau kegiatan sosial warga secara tepat waktu, bahkan tak segan memberikan dalam jumlah berlebih.
"Kalau kegiatan warga, jarang. Gak ada. Gak pernah keluar. Tapi kalau ada tagihan iuran keamanan, beliau balik. Apapun peraturan di sini selalu ikut. Kalau iuran tetap memberi, baik juga. Tiap bulan Rp300 ribu. Iya secara lingkungan sosial keorganisasian, tetap berpartisipasi," ungkapnya.
Mengenai asal muasal uang yang selama ini digunakan oleh kedua kakak adik tersebut memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk untuk membayar iuran bulanan dalam jumlah nominal lebih.
Ia mengaku tak mengetahui pekerjaan kedua korban, karena selama tinggal di rumah tersebut dengan cara tertutup.
Ia menduga selama ini, kedua kakak adik tersebut hidup mengandalkan uang tabungan pemberian orangtuanya yang telah meninggal sejak beberapa tahun lalu.
"Enggak tahu dari mana. Tapi masih bisa makan setiap hari, bisa bayar iuran tiap bulan. Mungkin waktu meninggal ayahnya itu, masih punya tabungan banyak. Mungkin punya simpan, mungkin. Bisa belanja. (Sangat mungkin untuk hidup sederhana) iya betul," katanya.
Bahkan, Suatman mengaku, dirinya sempat berpapasan dengan si adik korban yang sedang berjalan kaki untuk berbelanja, sekitar pukul 09.00 WIB, pada Senin (13/11/2023).
Ia tak menyangka, bahwa pertemuannya dengan si adik korban pada pagi hari itu, menjadi pertemuan terakhir kali, karena pada dini harinya, si adik dan kakaknya tewas dalam kebakaran rumah.
"Kemarin ya sehat ketemu saya menyapa. Hari senin kemarin, waktu belanja jam 09.00 WIB. Iya pertemuan terakhir, menyapa. Enggak pernah curhat. Kalau menyapa ya sudah; mari pak, iya belanja," pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.