Hari Santri Nasional 2023

Momentum Hari Santri, Gus Anwar Sadad Jelaskan Bagaimana Santri Telah Menunjukkan Kiprahnya

Dalam konsep bernegara, menurutnya, para santri memberikan pemikiran untuk berbagai bidang kemajuan bangsa.

Dokumentasi Anwar Sadad/istimewa
Ketua DPD Gerindra Jatim, Anwar Sadad berbincang dengan Wakil Konjen Australia di Surabaya Anthony Clark, di sela acara Apel Hari Santri Nasional di Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu (22/10/2023). 

SURYA.CO.ID, KOTA SURABAYA - Ketua DPD Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad mengungkapkan peran santri di masa kini telah menjadi tulang punggung di berbagai bidang. Pada momentum Hari Santri 2023, pria yang akrab disapa Gus Sadad ini berharap peran santri bisa semakin luas.

"Para santri telah menunjukkan kiprahnya, Bukan hanya di lembaga pendidikan tetapi juga merupakan lembaga pemerintahan dan berbagai lembaga lainnya," kata Gus Sadad di Surabaya, Minggu (22/10/2023).

Dalam konsep bernegara, menurutnya, para santri memberikan pemikiran untuk berbagai bidang kemajuan bangsa. Arahnya, pada konsep universal yang berkeadilan.

"Bahkan para santri juga berkontribusi besar di dalam membuat policy atau kebijakan yang memiliki titik tekan pada bagaimana nilai-nilai agama universal itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," kata Gus Sadad yang juga Dewan Pakar Ikatan Alumni Santri Pondok Pesantren Sidogiri (IASS) ini.

Menurut peraih doktor politik Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini, agama terinternalisasi di dalam proses-proses bernegara secara alamiah. Namun hal ini tidak dalam konteks berhadap-hadapan atau dipahami sebagai suatu identitas tersendiri.

"Tetapi praktik agama yang bersumber dari nilai-nilai ajaran agama itu telah dianggap dipahami sebagai bagian dari nilai-nilai universal yang dijalankan dalam kehidupan berbangsa," kata Gus Sadad.

Karenanya, hal ini selaiknya mendapatkan apresiasi. Ke depan peran santri selaiknya untuk diperkuat. "Ini adalah keberhasilan yang luar biasa. Sepanjang 78 tahun kemerdekaan ini bahwa peran para santri pada dekade terakhir semakin menunjukkan kekuatannya," kata Wakil Ketua DPRD Jatim ini.

Menurutnya, pandangan seperti ini dengan serta-merta mengikis satu teori sosiologi yang bertahan lama tentang pembelahan bangsa Indonesia atau orang-orang Jawa. Mengutip konteks teori Clifford James Geertz, di mana klasifikasi masyarakat yang didasarkan pada priyayi, santri, atau abangan,

"Menurut saya, batas-batasnya juga sekarang sudah semakin hilang. Kenapa? Karena pada dasarnya tidak ada lagi identitas priyayi, identitas santri, identitas abangan, karena mereka lebur dalam suatu pandangan-pandangan universal," kata Gus Sadad.

"Itu mendapatkan basis ajarannya dari agama. Misalnya, soal keadilan, soal kesetaraan, soal solidaritas, soal bagaimana menemukan kesetiakawanan dan lain sebagainya," jelasnya kembali.

Semua nilai-nilai ini digali dalam konteks santri yang bersumber utama dalam agama Islam adalah Al-Quran dan tentu Hadis Nabi. Termasuk, dalam hal politik.

"Praktik politik yang ada di bangsa Indonesia sehari-hari ini adalah yang boleh dikatakan memiliki pijakan kuat dari ajaran agama itu. Menurut saya salah satu yang harus kita apresiasi dari keberhasilan santri di era modern," tandasnya.

Sadad juga mengusulkan, pemerintah pusat perlu mewadahi secara khusus peran santri melalui sebuah kementerian. Hal ini pernah dilakukan di masa lalu.

"Sebagai santri, saya berharap ada kementerian yang khusus mengatur hubungan pemerintah dengan alim ulama. Sebagaimana dulu di masa awal kemerdekaan dibentuk kementerian penghubung alim ulama," kata Sadad. *****

 

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved