Berita Viral

Kisah Ai Iip Apipah Anak TKW Jualan Keripik Kaca demi Uang Jajan, Kini Jadi Jutawan di Usia 25 Tahun

Inilah kisah Ai Iip Apipah, seorang anak tenaga kerja wanita (TKW) yang kini jadi jutawan di usia 25 tahun. 

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
YOUTUBE
Ai Iip Apipah, anak TWK jualan keripik kaca demi uang jajan. Kini ia jadi jutawan 

SURYA.CO.ID - Kisah inspiratif datang dari Ai Iip Apipah, seorang anak tenaga kerja wanita (TKW) yang kini jadi jutawan di usia 25 tahun. 

Berada di posisi saat ini tidaklah mudah bagi wanita yang akrab disapa Ai ini. 

Sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), Ai harus berjualan keripik kaca untuk menambah uang jajan, karena kondisi ekonomi orang tuanya yang kekurangan.

Ibu Ai sempat bekerja sebagai TWK, sedang ayahnya hanya peternak ayam.

Ide jualan keripik kaca ini, lantaran ibu Ai yang andal mengolah berbagai camilan. Ia kemudian berinsiatif membawa camilan buatan ibunya Ai ke sekolah.

Teman sekelas Ai pun mencicipi. Tak disangka, banyak yang menyukai keripik kaca buatan ibu Ai.

Keesokan harinya, Ai kembali membawa satu kantong plastik kresek berisi beberapa bungkus keripik kaca. 

Lagi-lagi keripik kaca itu laris manis.

Uang yang dihasilkan dari jualan hari pertama, langsung diputar oleh Ai untuk meneruskan jualan keripik kaca.

Namun, laris manisnya Ai berjualan, harus menghadapi tantangan.

Ketika itu guru dan beberapa teman kelasnya keberatan dengan aktivitas Ai berjualan. 

Ia mengaku, kerap menangis karena banyak tantangan yang dihadapi selama berjualan.

"Guru bilang, jangan jajan seblak lagi nanti sakit perut. Di situ saya down karena saya pikir saya sedang jualan," kata Ai, dikutip dari YouTube Naik Kelas.

Kantin sekolah juga enggan menerima barang dagangan Ai. Pada kondisi itu, Ai mengambil jeda beberapa waktu.

Dia libur berjualan, karena ingin memulihkan semangat yang sempat terguncang.

Lambat laun, Ai kembali bangkit. Pesanan keripik kaca produksinya semakin laris.

Bahkan, produk Ai sudah berhasil menembus pasar di luar Ciamis, Jawa Barat. Ini terjadi ketika teman sekelasnya membawa keripik kaca produksi Ai ke Madura, dan Bandung.

Pundi-pundi rupiah Ai dari hasil jualan keripik kaca semakin tebal.

Dia pun mendirikan pabrik keripik kaca yang diberi nama Beledag Jagara.

"Tidak nyangka bisa punya pabrik karena cuma jualan beledag (keripik kaca) karyawan dari belasan sekarang sudah 52 orang, alhamdulillah," ungkapnya.

Langkahnya menjadi juragan keripik kaca kembali mendapat ujian. Kala itu pembayaran dari distributor dan pengepul keripik kaca mengalami keterlambatan.

Modal yang dimiliki Ai seluruhnya dihabiskan untuk produksi dan penjualan.

Belum lagi ketika harga gas LPG non subsidi mengalami kenaikan. Ai tidak bisa segera menaikan harga keripik.

Mau tidak mau, ia harus menanggung kerugian dalam beberapa waktu.

"Rp200 juta rugi, karena pengeluaran naik sedangkan saya enggak mungkin langsung naikin harga. Tapi pelan-pelan karena pesanan dan penjualan terus naik, di situ saya mulai menaikan harga," cerita Ai.

Dia menuturkan, jika bukan karena pertolongan Yang Maha Kuasa, dan dukungan dari keluarga, dalam waktu tujuh bulan sejak beroperasi, pabrik Ai bisa bangkrut karena tidak ada perputaran uang untuk produksi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved