Berita Viral

Sosok Khoirul Adib, Marbot Masjid di Semarang Dapat Beasiswa di Kampus Ternama AS: Sosok Berprestasi

Inilah sosok Khoirul Adib, marbot masjid yang mendapatkan beasiswa di sebuah kampus ternama di Amerika Serikat. Ternyata, sosok berprestasi

|
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
KOLASE Dokumentasi Kemenag
Khoirul Adib, marbot masjid di Semarang yang dapat beasiswa di kampus ternama Amerika 

SURYA.CO.ID - Inilah sosok Khoirul Adib, marbot masjid yang mendapatkan beasiswa di sebuah kampus ternama di Amerika Serikat.

Khoirul Adib menyita perhatian warganet setelah kisah hidupnya terungkap dan viral di media sosial. 

Mahasiswa semester 5 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang ini tampak bahagia ketika dinyatakan lolos seleksi MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) Kemenag dan mendapatkan beasiswa kuliah di Negeri Paman Sam, Amerika. 

Progam tersebut merupakan implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka. 

Adib mengaku, ia tak percaya bisa mendapatkan kesempatan tersebut. Mengingat, dirinya hanya berasal dari desa paling ujung selatan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. 

Menurut Adib, bisa kuliah di Semarang saja sudah luar biasa.

"Kuliah di Semarang bagi orang desa seperti saya sudah luar biasa, apalagi bisa belajar di jurusan teknologi," ujar dikutip dari laman Kemenag, Senin (21/8/2023).

Kendati begitu, Adib tak menampik jika bercita-cita kuliah di luar negeri. Namun, cita-cita tersebut sering ia pendam, karena mimpi itu terlalu tinggi baginya.

Jadi marbot masjid

Adib adalah marbot di sebuah masjid di Semarang. Selama ini ia tinggal di masjid, dan turut memakmurkannya dalam beragam giat keagamaan dan sosial.

Namun saat ini, Adib harus sering melakukan perjalnanan Semarang-Tuban yang berjarak 280 kilometer sekali jalan, sebab ia harus merawat ibunya yang sakit.

Beruntung sudah ada jalan tol, sehingga jarak tempuh bus makin pendek, berkisar 5-6 jam.

Dapat info MOSMA dari teman

Adib mendengar info MOSMA dari teman-temannya di kampus.

Dia lalu mencari informasi di media online dan mendapati penjelasan bahwa MOSMA merupakan program kerja sama Kementerian Agama dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang memberi beasiswa kuliah di luar negeri.

Perjuangan daftar MOSMA

Adib merasa ini menjadi peluang baginya untuk merengkuh asa. Semua proses dilengkapi untuk memastikan dia bisa mendaftar.

"Saya tertarik untuk mempelajari dan mendaftar. Lika-liku perjalanannya saya lalui untuk bisa ikut mendaftar program tersebut," kata Adib.

"Ini bukan semata tentang mimpi saya, tapi juga harapan orang tua," tambah dia.

Pendaftaran MOSMA dibuka dari 15 Juni sampai 5 Juli 2023. Total ada 451 pendaftar, memacu Khoirul untuk bersiap menyongsong persaingan.

Dari hasil seleksi administrasi, terpilih 192 peserta yang masuk tahap seleksi. Dan, nama Khoirul Adib tercantum dalam pengumumannya.

Adib tergabung dalam kelompok S1 beserta 106 peserta lainnya. Ada 78 peserta untuk jenjang S2 dan 7 mahasiswa untuk jenjang S3.

Tahap wawancara dilakukan secara daring pada 13-14 Juli 2023, hal itu memudahkan Adib untuk tetap bisa sambil merawat ibunya.

Sebab, dia tidak harus pergi ke Jakarta. Selain aspek psikologis dan akademik, Adib juga harus mempersiapkan kemampuannya berbahasa Inggris karena dia ambil pilihan ke Amerika.

"Semua tahapan saya lalui dan pada saat pengumuman, 18 Juli 2023, ternyata nama saya dinyatakan lolos untuk bisa mengikuti program MOSMA Student Exchange di kampus ternama Amerika Serikat, Rochester Institute Of Technolgy," ujarnya.

"Berita baik ini disambut oleh keluarga. Orangtua saya bangga melihat anaknya bisa mewujudkan cita-citanya. Terima kasih Menteri Agama Gus Yaqut Cholil Qoumas. Terima kasih Kementerian Agama," sambung Adib.

Berita bahagia semakin lengkap. Sebab, Adib juga lolos seleksi dan menjuarai kompetisi riset teknologi di Korea Selatan.

"Alhamdulillah, sebelum ke Amerika, saya bisa ikut kompetisi riset internasional di Korea Selatan. Alhamdulillah, saya mendapat medali perak," ceritanya.

Ibunya meninggal jelang keberangkatan ke Amerika

Di tengah rasa bahagia akan prestasi di Korea Selatan dan peluang kuliah di Amerika, mahasiswa kelahiran 2002 mendapat kabar duka.

Ibu yang sangat disayangi dan selama ini dirawatnya wafat.

Duka makin dalam karena saat itu Adib masih berada di Korea Selatan. Sehingga, dia tidak bisa mengurus jenazah ibunya hingga dimakamkan.

"Namun saya tetap kuat dan harus meneruskan perjuangan ibu, agar bisa menjadi orang bermanfaat untuk semua orang," tegas dia.

Adib mengenang, dia sebenarnya juga mendapat tawaran untuk diterima kuliah satu semester di Columbia University, salah satu Ivy League Universities di Amerika Serikat (salah satu universitas top di AS).

Namun tidak sempat menindaklanjuti pendaftarannya, karena sampai penutupan dia harus merawat ibunya yang sakit keras.

Ibunya sempat membaik sehingga dia bisa ikut kompetisi riset di Korea Selatan. Namun, Allah sudah menetapkan batas usia sang bunda.

"Batal masuk Columbia University, saya alhamdulillah diterima di Rochester Institute of Technology, salah satu universitas bergengsi juga di AS," ucapnya penuh syukur.

Negeri Paman Sam yang selama ini ada di angan mulai terbayang. Meski hanya 6 bulan, kesempatan kuliah di sana tidak boleh disia-siakan.

Adib mencoba mempersiapkan segala sesuatunya, sesuai kemampuannya, sembari menunggu jadwal keberangkatan.

"MOSMA Kemenag ini merupakan langkah awal bagi saya untuk bisa terbang dan terus tholabul ilmi di berbagai negara, dan terus berupaya menemukan sesuatu yang baru. Mari kita buktikan bahwa anak desa juga bisa," tukasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved