Yevgeny Prigozhin Bos Wagner Group Disebut Ada Hubungan Dengan Indonesia, Ini Kata Kemenlu RI

Bos Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, semakin jadi sorotan setelah batal mengkudeta militer Rusia. Disebut ada hubungan dengan Indonesia.

kolase Kompas.com
Yevgeny Prigozhin, Bos Wagner Group yang Disebut Ada Hubungan Dengan Indonesia. Simak penjelasan Kemenlu RI. 

SURYA.co.id - Bos Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, semakin jadi sorotan setelah batal mengkudeta militer Rusia.

Yevgeny Prigozhin oleh FBI disebut punya hubungan dengan Indonesia.

Hal ini tampak dalam rilis daftar pencarian orang (DPO) yang diterbitkan FBI belum lama ini.

Melalui laman fbi.gov, Prigozhin masuk DPO FBI lantaran ia diduga terlibat dalam upaya untuk menipu AS.

Prigozhin diduga melakukan hal itu dengan cara merusak, menghalangi, dan mengalahkan fungsi sah Komisi Pemilihan Federal, Departemen Kehakiman, dan Departemen Luar Negeri AS.

FBI juga menyertakan informasi bahwa Prigozhin bisa berbicara bahasa Rusia dan memiliki hubungan dengan beberapa negara termasuk Indonesia.

Menanggapi info tersebut, Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah mengatakan pihaknya tidak mempunyai informasi soal kaitan antara Prigozhin dengan Indonesia.

Kemungkinan, menurutnya, Polri yang memiliki informasi soal Prigozhin yang masuk DPO FBI tersebut.

"Mungkin kepolisian ada informasi melalui komunikasi dengan FBI sebagai sesama penegak hukum," katanya, melansir dari Kompas.com, Minggu (2/7/2023).

Baca juga: NASIB Yevgeny Prigozhin Bos Wagner Group Usai Batal Kudeta Militer Rusia, Kini Jadi Burona FBI

Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Sandi Nugroho dan Karo Penmas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan belum memberikan respons terkait hal di atas.

Sebelumnya, nasib Yevgeny Prigozhin bos Wagner Group setelah batal kudeta militer Rusia ternyata cukup mengejutkan.

Ia kini malah jadi buronan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) FBI atau Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (AS).

Dalam file PDF dari laman fbi.gov, pencarian Yevgeny Prigozhin tidak terkait dengan pemberontakan Wagner terhadap kepemimpinan militer Rusia.

FBI menyatakan, Yevgeny Prigozhin dicari terkait dengan konspirasi untuk menipu AS. File PDF yang dibuat FBI menuliskan sejumlah informasi mengenai Yevgeny Prigozhin, termasuk nama, tempat tanggal lahir, kewarganegaraan, warna mata, ras, dan rambut.

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Bos Pasukan Wagner Yevgeny Prigozhin Masuk DPO FBI, Kasus Apa?'.

Berikut ciri-ciri Yevgeny Prigozhin sesuai file PDF yang disebarkan FBI:

Nama lain: Yevgeny

Tempat dan tanggal lahir: Rusia, 1 Juni 1961

Rambut: Botak

Jenis kelamin: Laki-laki

Kebangsaan: Rusia

Mata: Coklat

Ras: Putih

FBI menawarkan hadiah hingga 250.000 dollar AS atau sekitar Rp 3,7 miliar atas informasi yang mengarah pada penangkapan Yevgeny Prigozhin.

"Prigozhin berbicara bahasa Rusia dan memiliki hubungan dengan Rusia, Indonesia, dan Qatar," tulis file PDF FBI, tanpa menjelaskan detail relasi bos Wagner tersebut dengan Indonesia.

Lebih lanjut, FBI memberikan peringatan mengenai Yevgeny Prigozhin sebagai berikut:

"Yevgeny Prigozhin dicari oleh FBI atas dugaan keterlibatannya dalam konspirasi untuk menipu Amerika Serikat dengan merusak, menghalangi, dan menggagalkan fungsi sah Komisi Pemilihan Federal, Kementerian Kehakiman Amerika Serikat, dan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.

Ini terjadi di Washington D.C., dari awal tahun 2014 hingga 16 Februari 2018."

FBI mengatakan, Yevgeny Prigozhin merupakan penyandang dana utama Internet Research Agency (IRA) yang berbasis di St Petersburg, Rusia.

"Dia diduga mengawasi dan menyetujui operasi campur tangan politik dan pemilu di Amerika Serikat yang meliputi pembelian ruang server, pembuatan ratusan persona online fiktif, dan penggunaan identitas curian warga Amerika Serikat."

Tindakan tersebut, lanjut FBI, diduga dilakukan untuk menjangkau sejumlah besar warga Amerika Serikat dengan tujuan mengganggu sistem politik Amerika Serikat, termasuk Pemilu Presiden 2016.

"Pada 16 Februari 2018, surat perintah penangkapan federal dikeluarkan untuk Yevgeny Prigozhin di Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Columbia setelah dia didakwa dengan konspirasi untuk menipu Amerika Serikat."

Tegaskan Tujuan Pemberontakan Wagner

Sebelumnya, Yevgeny Prigozhin menyampaikan komentar publik pertamanya setelah meluncurkan pemberontakan bersenjata yang gagal melawan kepemimpinan militer Rusia akhir pekan lalu.

Pada Senin (26/6/2023), dia mengunggah pesan audio berdurasi 11 menit di akun Telegram.

Prigozhin menjelaskan kembali tujuan pemberontakan Wagner yang dia luncurkan di Rusia.

"Kami tidak bertujuan menggulingkan rezim yang ada dan pemerintah yang dipilih secara sah," kata dia dalam pesan audio tersebut.

Sebaliknya, Prigozhin menyebut tindakannya sebagai "pawai menuju keadilan" yang dipicu oleh serangan mematikan terhadap anak buahnya yang memakai pakaian terkait militer Rusia.

"Kami memulai pawai kami karena ketidakadilan," kata bos Wagner, sebagaimana dikutip dari AFP.

Dia sebelumnya mengeklaim bahwa militer Rusia telah menyerang kamp pasukan Wagner dengan rudal dan kemudian helikopter, menewaskan sekitar 30 orangnya.

Rusia telah membantah menyerang kamp yang dihuni tentara bayaran tersebut.

Pasukan Wagner menghentikan pemberontakan pada Sabtu (24/6/2023) malam, berdasarkan kesepakatan yang ditengahi oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko.

Prigozhin tidak memberikan rincian tentang keberadaannya saat ini atau rencananya pada masa depan.

Terakhir, dia mendapatkan tawaran untuk pergi ke Belarus.

Dalam pesan audio, Prigozhin turut menyinggung kontribusi yang diberikan Presiden Belarus Alexander Lukashenko.

Menurut dia, Lukashenkotelah mengusulkan cara-cara di mana kelompok tentara bayaran Wagner Rusia dapat terus beroperasi.

"Lukashenko mengulurkan tangannya dan menawarkan solusi untuk kelanjutan pekerjaan perusahaan militer swasta Wagner di yurisdiksi hukum," kata Prigozhin.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved