Saat Santri Tebuireng dan Siswa SMA se-Jombang Diajak Berkarya Melalui Film

SURYA.CO.ID, JOMBANG - DPD Jatim Perempuan Indonesia Maju Pondok Pesantren Tebuireng mengajak santri dan Siswa SMA se-Jombang belajar membuat film dalam kegiatan Film Clinic & Talkshow.

Kegiatan Film Klinic & Talkshow bersama rumah produksi Tebuireng, Gabungan Organisasi Wanita Indonesia dan Independen Film Surabaya bertajuk 'Membangun Peradaban dengan Keberagaman' yang berlangsung di gedung aula lantai 3, KH. M Yusuf Hasyim, Ponpes Tebuireng, Jombang, Rabu (24/5/2023).

Ketua DPD Jatim Perempuan Indonesia Maju, Iis Hendro Gunawan mengatakan kegiatan film Clinic ini adalah kolaborasi dengan yayasan pondok pesantren Tebuireng untuk mewadahi santri maupun siswa SMA untuk pengembangan bakat dan minat dalam dunia perfilman.

Sasaran Film Clinic ini adalah santri Ponpes Tebuireng yang berasal dari berbagai wilayah Nusantara dan siswa SMA/ SMK se-Jombang.

"Kenapa acara ini ada jadi kita harus memiliki cara pandang yang rasional, nusantara terhadap pondok pesantren karena ini kan wadah pendidikan dan miniatur Indonesia itu ada disini, ada santri dan siswa SMA/SMK se-Jombang," jelasnya.

Ia tak menyangka antusiasme santri dan para siswa begitu besar mereka juga berinteraksi secara aktif dengan narasumber hingga diskusi tanya jawab dalam acara film Clinic dan Talkshow tersebut.

Tiga narasumber yakni Fauzan Abdillah Ketua Infis Surabaya CEO figuratif Picture, pengajar dan praktisi film, Ali Mustajib DOP & editing, Momos Retake DOP Maksi.

"Kita pilih Jombang menjadi tempat penyelenggaraan film Clinic karena tidak hanya wadah bakat santri dan siswa, melainkan juga disini ada Ponpes Tebuireng sekaligus ingin memperkenalkan suasana Tebuireng yang sangat humanis ke masyarakat," ungkapnya.

Iis sapaan akrabnya mengungkapkan santri dan siswa dapat mengimplementasikan ilmu dari film Clinic ini untuk mengembangkan bakat dan minat di dunia perfilman.

Tak hanya itu pengalaman yang diperoleh juga dapat dimanfaatkan mereka untuk menyampaikan pemikiran, narasi dan gagasan maupun tokoh dalam bentuk digital melalui film.

"Santri dan siswa sangat antusias karena banyak sekali yang bisa dilakukan dalam film itu produksi film juga banyak melibatkan banyak pihak, sehingga di film Clinic mereka bisa mencari jawaban kesulitan yang dihadapi dan ide kreatif dalam pembuatan film," bebernya.

Adapun output film Clinic nantinya panitia akan membuat group di media sosial yang dapat diakses santri dan anak sekolah di Jombang untuk mewadahi bakat dan minat dalam produksi film.

Mereka bisa diskusi tanya jawab dalam teknis pembuatan film meliputi dari pra produksi, produksi, post produksi dan lain-lain.

"Doain dong kita tidak hanya berhenti di film Clinic tapi ini nanti setelah mereka belajar membuat karya Pitching judul dan mereka akan membuat sebagus mungkin suara hatinya melalui film yang akan kita kompetisi-kan," ucap Iis.

Film Clinic di Tebuireng ini juga turut mendukung perfilman Indonesia memunculkan generasi penerus dalam dunia film.

"Salah satu itu, yang kedua mendukung tentang pemanfaatan digitalisasi secara positif di lingkungan pondok pesantren dan siswa sekolah pembelajaran berbasis teknologi melalui film," terangnya.

Salah satu santri, Imaniar (19) santri asal Penajam Paser Kalimantan Timur mengaku acara Film Clinic sangat bermanfaat untuk meningkatkan skill terkait perfilman.

"Yang saya dapat dari Film Clinic menambah pengalaman dan meningkatkan kemampuan yang nantinya bisa dimanfaatkan bisa nanti di dunia kerja atau lainnya," pungkasnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA