Rian Mahendra Ambil Hikmah Kasus Bus Masuk ke Sungai di Tegal, Ungkap Budaya Buruk Sopir dan Kru

Tenaga Ahli PO Kencana, Rian Mahendra, begitu prihatin dengan insiden bus masuk ke sungai di Tegal. Ungkap Budaya Buruk Sopir dan Kru.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
instagram
Rian Mahendra. Rian Mahendra begitu prihatin dengan insiden bus masuk ke sungai di Tegal. Ungkap Budaya Buruk Sopir dan Kru. 

SURYA.co.id - Tenaga Ahli PO Kencana, Rian Mahendra, begitu prihatin dengan insiden bus masuk ke sungai di Tegal baru-baru ini.

Rian mengatakan insiden ini bisa menjadi hikmah yang bisa diambil oleh semuah Perusahaan Otobus (PO).

Ia mengajak agar sopir dan crew bus meninggalkan 'budaya buruk' yang selama ini terjadi.

Rian awalnya mengucapkan belasungkawa atas insiden tersebut yang menelan korban jiwa.

"Kami juga ikut berduka cita untuk korban yang meninggal dunia," ucap pria yang akrab disapa Rian ini, melansir dari GridOto.com.

"Pokoknya sedih lah kalau ada kecelakaan apapun itu bentuknya, apalagi di bidang transportasi yang kita geluti. Tapi ini juga menjadi pelajaran ya," imbuhnya.

Rian mengatakan, kasus bus masuk jurang di wisata Guci harus menjadi momen bagi para PO untuk meninggalkan 'budaya buruk' yang selama ini terjadi di lapangan.

Budaya yang dimaksud adalah kebiasaan sopir ataupun kru untuk meninggalkan bus ketika masih ada penumpang di dalamnya.

"Memang ini budaya, ketika mesin dinyalakan untuk menunggu penumpang itu enggak ada sopir, kernet atau kru, kadang mereka tinggal untuk ngopi atau makan," ucap Rian.

Baca juga: Rian Mahendra Bela Mati-matian Sopir Tersangka Bus Masuk Sungai, Jawab Ini Saat Ada yang Nyinyir

"Kalau saya sih lebih ke jaga-jaga ya, tapi saat mesin menyala untuk nunggu penumpang itu paling tidak harus ada sopir atau kru di sekitar bus entah itu di sebelah pintu atau di manapun yang kira-kira gampang untuk mereka masuk ke ruang kendali," imbuhnya.

Memang, tidak adanya sopir dan kernet di area bus saat terjadi kecelakaan menjadi salah satu alasan mengapa pihak kepolisian menetapkan mereka sebagai tersangka dalam kasus kecelakaan bus masuk jurang di Guci.

Pihak kepolisian mengatakan, kejadian nahas ini tidak akan terjadi apabila ada salah satu anggota kru di belakang kemudi yang bisa melakukan pengereman saat bus mulai menggelinding ke arah jurang.

Meski demikian, Rian sendiri enggan menjatuhkan seluruh kesalahan kepada pihak sopir dan kru karena dalam pikiran mereka, meninggalkan bus saat menunggu penumpang naik adalah hal yang biasa dilakukan.

"Tapi 'biasanya aman' itu juga tidak bisa (jadi pedoman) karena kami harus menjaga supaya hal-hal seperti ini tidak terjadi, tetap harus ada kru di dalam bus untuk jaga-jaga," tegasnya.

Tidak hanya kru, Rian pun berharap agar para penumpang juga bisa lebih memperhatikan perilaku dan keselamatan di dalam bus.

"Kalau sistem dari pabrikan bus-nya sih sudah aman lah, tapi lebih ke kesadaran diri kru dan penumpangnya juga (ditingkatkan)," tukas Rian.

"Saat mereka melihat ada temannya atau siapa yang mereka kenal main-main di ruang kabin, mereka sebisa mungkin ditegur penumpang lainnya supaya enggak ada kejadian seperti ini lagi," tambahnya.

Terakhir, ia meningatkan bahwa keselamatan dalam perjalanan menjadi tanggung jawab semua pihak. 

"Saya enggak mau menyalahkan musibah ini ke kelalaian atau keteledoran salah satu pihak, tapi paling tidak kita bisa meminimalisir itu agar bisa lebih aman lagi dalam pengoperasian armada bus," ucap Rian.

"Jadi ini semua menjadi perhatian kita bersama juga, baik itu dari penumpang, perusahaan atau PO, dan kru yang bertugas," tutupnya.

Analisis Rian Mahendra

Sebelumnya, Rian Mahendra juga sempat membeberkan analisisnya terkait penyebab bus masuk ke Sungai di Tegal.

Rian mengaku tak setuju jika si sopir dijadikan tersangka.

Pasalnya, Rian meyakini ada orang yang melepas rem tangan, sehingga bus meluncur masuk ke jurang.

"Jujur saya pihak orang yang menentang drivernya dijadikan tersangka, dan orang yang masih yakin handremnya ada yang naekin (melepas)," tulis Rian dalam postingan di akun Instagram pribadinya @rianmahendra83, Sabtu (13/5/2023).

Dalam caption postingan tersebut, Rian juga menjabarkan empat poin yang membuatnya yakin bahwa kejadian nahas itu memang disebabkan oleh orang yang merilis rem tangan bus.

Poin pertama, Rian menilai belum pernah ada kejadian dimana rem tangan sudah on, tapi bus tetap meluncur tanpa hambatan.

"Belum pernah ada kejadian handrem on kok bus menggelinding, kecuali ada yang mengendurkan sistem angin servo atau chamber. Kalau ada driver-driver bus dan truk yang pernah mengalami handrem hidup (tapi) ban masih gelindig, coba komen di kolom komentar," tulis pria yang akrab disapa mas Boy ini.

Poin kedua, Tenaga Ahli PO Kencana ini menyebut jika memang ada dugaan selang rem bocor, harusnya ban bus otomatis terkunci dan bukan meluncur seperti kejadian di Guci, Tegal, minggu lalu.

"Andai selang-selang (rem) jebol pun ban malah mengunci, bukan menggelinding pelan tanpa ada daya pengereman sama sekali," tulisnya.

"Gue dulu HR 121 (armada bus PO Haryanto) remnya mengunci di turunan Bawen, jauh lebih curam kemiringannya dibanding area parkir Guci, ditarik derek aja gak kuat, apalagi bus itu yang katanya diisi 36 orang, harus mengendurkan servo dulu baru bus bisa diderek," lanjutnya.

Pada poin kedua, pria yang kerap dijuluki 'calo terkuat di bumi' ini juga menyoroti laju bus yang sangat lancar seperti rem tangannya dilepas.

"Melihat dari gaya gelindinya bus di video kemarin gua masih yakin itu handremnya dilepas. Andai ada pihak yang yakin itu handrem masih hidup (on), berarti dia mau menyalahkan sistem Hino?," tulisnya.

"Bus gelinding di area parkir polanya sudah sesuai kadar kemiringan jalan, gelindingnya bus pun tanpa daya dorong dan daya henti sedikitpun," tambahnya.

Poin ketiga, Rian mengaku tak melihat adanya kesalahan yang dilakukan sopir bus dan kru lainnya.

Menurut kacamata Rian, apa yang dilakukan sopir dan kru untuk turun sambil menunggu penumpang penuh adalah hal lumrah.

"Crew sudah parkir di area yang ditentukan. Kondisi kecuraman juga sedikit menurun, dan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh pengemudi-pengemudi lain, ngopi atau keluar bus sambil menunggu penumpang penuh," tulisnya.

"Dia (sopir) sudah ganjal ban juga, masih di area bus juga, terus lalainya dimana? Buat saya dia enggak layak dijadikan tersangka," lanjutnya.

Terakhir, Rian meminta pihak kepolisian untuk menelusuri rekaman suaara yang beredar di media sosial.

Buat yang belum tahu, rekaman suara yang dimaksud adalah kesaksian dari seorang juru parkir yang menyebut ada anak kecil melepas rem tangan. 

"Jadi menurut saya pribadi, tolong pihak-pihak kepolisian bisa menelusuri dulu rekaman suara yang ada di TKP tersebut," tulisnya.

"Dan maaf saya bukan mau mengevaluasi kerjaannya KNKT, saya yakin mereka orang yang jauh lebih kompeten dalam mencari kronologi atau malfungsi pada bus," sambungnya.

"Agar semua pihak berhati-hati karena ada dua pihak yang berpotensi menjadi kambing hitam. 1 driver, 2 Hino," tutupnya.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved