Rian Mahendra Ambil Hikmah Kasus Bus Masuk ke Sungai di Tegal, Ungkap Budaya Buruk Sopir dan Kru
Tenaga Ahli PO Kencana, Rian Mahendra, begitu prihatin dengan insiden bus masuk ke sungai di Tegal. Ungkap Budaya Buruk Sopir dan Kru.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Tenaga Ahli PO Kencana, Rian Mahendra, begitu prihatin dengan insiden bus masuk ke sungai di Tegal baru-baru ini.
Rian mengatakan insiden ini bisa menjadi hikmah yang bisa diambil oleh semuah Perusahaan Otobus (PO).
Ia mengajak agar sopir dan crew bus meninggalkan 'budaya buruk' yang selama ini terjadi.
Rian awalnya mengucapkan belasungkawa atas insiden tersebut yang menelan korban jiwa.
"Kami juga ikut berduka cita untuk korban yang meninggal dunia," ucap pria yang akrab disapa Rian ini, melansir dari GridOto.com.
"Pokoknya sedih lah kalau ada kecelakaan apapun itu bentuknya, apalagi di bidang transportasi yang kita geluti. Tapi ini juga menjadi pelajaran ya," imbuhnya.
Rian mengatakan, kasus bus masuk jurang di wisata Guci harus menjadi momen bagi para PO untuk meninggalkan 'budaya buruk' yang selama ini terjadi di lapangan.
Budaya yang dimaksud adalah kebiasaan sopir ataupun kru untuk meninggalkan bus ketika masih ada penumpang di dalamnya.
"Memang ini budaya, ketika mesin dinyalakan untuk menunggu penumpang itu enggak ada sopir, kernet atau kru, kadang mereka tinggal untuk ngopi atau makan," ucap Rian.
Baca juga: Rian Mahendra Bela Mati-matian Sopir Tersangka Bus Masuk Sungai, Jawab Ini Saat Ada yang Nyinyir
"Kalau saya sih lebih ke jaga-jaga ya, tapi saat mesin menyala untuk nunggu penumpang itu paling tidak harus ada sopir atau kru di sekitar bus entah itu di sebelah pintu atau di manapun yang kira-kira gampang untuk mereka masuk ke ruang kendali," imbuhnya.
Memang, tidak adanya sopir dan kernet di area bus saat terjadi kecelakaan menjadi salah satu alasan mengapa pihak kepolisian menetapkan mereka sebagai tersangka dalam kasus kecelakaan bus masuk jurang di Guci.
Pihak kepolisian mengatakan, kejadian nahas ini tidak akan terjadi apabila ada salah satu anggota kru di belakang kemudi yang bisa melakukan pengereman saat bus mulai menggelinding ke arah jurang.
Meski demikian, Rian sendiri enggan menjatuhkan seluruh kesalahan kepada pihak sopir dan kru karena dalam pikiran mereka, meninggalkan bus saat menunggu penumpang naik adalah hal yang biasa dilakukan.
"Tapi 'biasanya aman' itu juga tidak bisa (jadi pedoman) karena kami harus menjaga supaya hal-hal seperti ini tidak terjadi, tetap harus ada kru di dalam bus untuk jaga-jaga," tegasnya.
Tidak hanya kru, Rian pun berharap agar para penumpang juga bisa lebih memperhatikan perilaku dan keselamatan di dalam bus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.