Berita Tulungagung

Harga Daging Ayam di Pasar Ngemplak Tulungagung Masih Tinggi, Pedagang Mengeluh Omzetnya Turun

Harga daging ayam broiler di Pasar Ngemplak Kabupaten Tulungagung, kini mencapai Rp 34.000 per kilogram. Omzet pedagang turun lebih dari 50 persen

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
Penjual daging ayam di Pasar Ngemplak Tulungagung, Rabu (17/5/2023). 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Harga daging ayam broiler di Pasar Ngemplak Kabupaten Tulungagung, kini mencapai Rp 34.000 per kilogram.

Harga tersebut tergolong tinggi, karena dalam kondisi normal satu kilogram daging ayam rata-rata Rp 28.000 hingga Rp 30.000.

Hal ini membuat para pedagang mengalami penurunan omzet lebih dari 50 persen.

“Kebanyakan yang beli eceran untuk konsumsi sendiri memilih beralih ke lauk lain. Mereka gak jadi beli ayam, mungkin diganti ikan laut,” ungkap salah satu pedagang, Sulastri, Rabu (17/5/2023).

Menurut Sulastri, di saat menjelang lebaran harga memang lebih dari Rp 30.000.

Namun, saat itu jumlah pembeli masih banyak meski ada kendala stok barang yang sulit didapat.

Selepas lebaran harga sempat kembali normal, namun satu minggu terakhir harga terus naik hingga tembus Rp 34.000 per kilogram.

“Pedagang juga tidak berani stok banyak, karena kalau tidak laku kualitas daging sudah turun. Pembeli juga tidak mau daging beku,” ujar Sulastri.

Dalam kondisi normal, harga ayam hidup dari kandang sekitar Rp 18.000 per kilogram atau paling mahal Rp 20.000 per kilogram.

Dikurangi upah potong, pengurangan berat bulu dan jeroan, maka harga yang dianggap menguntungkan ada di Rp 28.000 per kilogram hingga Rp 30.000.

Dengan harga tersebut, para konsumen tidak keberatan dan pedagang masih meraup untung.

Tapi saat ini, harga dari kandang tembus Rp 23.000 per kilogram.

Dengan harga kandang segitu, pedagang menjual kembali sekurangnya di harga Rp 33.000 per kilogram.

“Yang paling banyak diambil bagian dada, jadi kami sudah ambil bagian kepala karena sulit dijual. Kalau ceker sama sayap masih ada yang beli,” terang Sulastri.

Biasanya di saat harga bersahabat, setiap hari Sulastri sekurangnya bisa 30 ekor ayam.

Bahkan di saat ramai menjual 50 ekor hingga 75 ekor per hari pun bisa dilakukan. Namun, kini ia menjual 20 ekor ayam per hari pun cukup kesulitan.

Pedagang lain, Didik Tri Cahyono mengungkapkan saat menjelang lebaran harga tembus Rp 40.000 per kilogram.

Saat itu permintaan tinggi sehingga penjualan pun laris. Namun selepas kupatan harga tidak kunjung turun.

“Dari kandang memang sudah Rp 23.000. Kalau jualnya kurang dari Rp 33.000 kami merugi,” ungkap Didik.

Menurut Didik, harga yang sama-sama menguntungkan pedagang dan konsumen maksimal Rp 30.000 per kilogram.

Jika lebih tinggi, maka konsumen untuk konsumsi sendiri akan lari.

Konsumen yang tersisa hanya dari warung dan rumah makan.

“Pelanggan pemilik warung juga kasihan, karena mereka tidak bisa menaikkan harga per porsi. Padahal harga ayamnya sudah naik tinggi,” ucap Didik.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved