Berita Surabaya

Praktik Jual-Beli Kursi di Kampus Negeri Jadi Ancaman, Unair, ITS, dan Unesa Utamakan Transparansi

Untuk mencegah terjadinya jual beli bangku kuliah, M Nasih telah mengambil langkah-langkah yang transparan.

Penulis: Zainal Arif | Editor: irwan sy
Surabaya.Tribunnews.com
Rektor Unair, Prof M Nasi. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia telah menetapkan beberapa regulasi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Terdapat tiga jalur masuk yang ditetapkan, yaitu jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), dan jalur Mandiri oleh PTN.

Jalur SNBP merupakan jalur seleksi berdasarkan nilai akademik atau prestasi lain yang ditetapkan oleh perguruan tinggi.

Sementara itu, SNBT yang sedang berlangsung minggu ini adalah jalur seleksi yang didasarkan pada hasil UTBK dengan kemungkinan penambahan kriteria lain sesuai ketentuan dari perguruan tinggi.

Namun, terdapat jalur lain yang memberikan peluang kepada PTN untuk menerima sumbangan dari calon mahasiswa, yaitu Jalur Mandiri.

Melalui jalur ini, keputusan penerimaan seorang calon mahasiswa berada di tangan PTN.

Meskipun diakui atau tidak, jalur ini dibutuhkan oleh perguruan tinggi negeri sebagai salah satu sumber pendanaan operasional.

Menyikapi situasi ini, perguruan tinggi negeri di Surabaya, seperti Universitas Airlangga (UNAIR), Institut Teknologi 10 Nopember (ITS), dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA), bekerja sama untuk mencegah praktik jual beli kursi.

Rektor Universitas Airlangga, Profesor M Nasih, menyatakan bahwa ia ingin memberikan informasi yang seluas-luasnya, terutama terkait nilai yang diperoleh calon mahasiswa baru tahun 2023.

Hal ini bertujuan agar semua pihak mengetahui bahwa seleksi mahasiswa yang diterima, didasarkan sepenuhnya pada nilai atau prestasi masing-masing peserta.

"Karena hal ini seringkali rawan. Misalnya, Fakultas Kedokteran hanya memiliki kuota 90 orang, sementara yang mendaftar ada 2 ribuan. Artinya, ada lebih dari 2.000 orang yang tidak diterima melalui jalur SNBP atau SNBT. Orang tua sering kali bertanya mengapa anak mereka tidak diterima padahal dianggap pintar, bahkan ada yang menyebutkan 'apakah karena kurang bayar?' Ini yang ingin kami hindari," tegas Prof M Nasih kepada wartawan SURYA.co.id di Gedung ACC Kampus C Unair, Senin (8/5/2023).

"Semuanya bisa di cek siapa dan nilainya berapa, karena kami sangat tranparan berkaitan dengan hal itu," tegasnya.

Untuk mencegah terjadinya jual beli bangku kuliah, M Nasih telah mengambil langkah-langkah yang transparan.

Calon mahasiswa diizinkan untuk menanyakan nilai peserta yang berhasil lolos seleksi, apakah nilai tersebut lebih rendah daripada yang tidak lolos.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved