Berita Surabaya

OJK Terus Agresif Lakukan Edukasi untuk Kurangi Jarak Antara Inklusi dan Literasi Keuangan

Literasi dan inklusi keuangan di Indonesia masih belum seimbang, gap atau kesenjangan di antara keduanya sangat tinggi.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
sri handi lestari/surya.co.id
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto didampingi Kepala OJK Regional 4 Giri Triboto saat membuka kegiatan Journalist Class Angkatan 5 di Surabaya, didampingi Kepala OJK Regional 4 Giri Triboto, Senin (8/5/2023). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Literasi dan inklusi keuangan di Indonesia masih belum seimbang.

Gap atau kesenjangan di antara keduanya sangat tinggi.

"Secara nasional di tahun 2022, literasi keuangan masih mencapai 49,68 persen. Sementara inklusi keuangan mencapai 85,10 persen. Masih ada gap meski menurun dibanding tahun 2019," kata Agus Sugiarto, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute, saat membuka kegiatan Journalist Class Angkatan 5, di Surabaya, Senin (8/5/2023).

Data itu merupakan hasil dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022.

Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, keyakinan yang mempengaruhi sikap, dan perilaku keuangan seseorang untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan.

Sementara, inklusi keuangan adalah ketersediaan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan produk dan/atau layanan jasa keuangan di lembaga keuangan formal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Deputi Direktur Manajemen Strategis EPK dan Kemitraan Daerah OJK Kantor Regional 4, Ismirani Saputri, menyebutkan gap antara literasi dengan inklusi ini seperti mengendarai motor.

"Banyak yang bisa mengendarai motor dalam hal ini inklusi, apakah mengantongi SIM (Surat Izin Mengemudi), itu adalah literasi," kata Ismirani dalam kesempatan yang sama.

Banyak masyarakat Indonesia yang sudah memiliki rekening bank dan lainnya, tapi penahannya masih kurang.

Banyak memanfaatkan produk keuangan, tapi masih kurang memahaminya.

"Untuk itu OJK terus agresif melakukan edukasi terkait literasi keuangan. Karena tugas kami saat ini adalah mengatur, mengawasi dan melindungi. Edukasi termasuk dari upaya kami dalam melindungi masyarakat untuk memahami tentang industri jasa keuangan baik bank maupun non bank hingga pasar modal," jelas Ismirani.

Saat ini, OJK sedang melakukan pengaturan, pengawasan dan melindungi lebih dari 2.000 lembaga jasa keuangan dan aset keuangan masyarakat sebanyak Rp 5.000 triliun lebih.

Sementara untuk di Jawa Timur (Jatim) Kepala OJK Regional 4, Giri Triboto, mengatakan, gap antara literasi dan inklusi juga masih ada.

"Namun dibandingkan dengan nasional, literasi dan inklusi keuangan sudah melebihi nasional," jelas Giri.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved