Berita Banyuwangi

9.948 Keluarga Rawan Stunting di Banyuwangi Terima Bansos Ayam dan Telur dari Badan Pangan Nasional

Sebanyak 9.948 keluarga rawan stunting (KRS) di Banyuwangi telah menerima bansos telur dan daging ayam.

Penulis: Haorrahman | Editor: irwan sy
Pemkab Banyuwangi
Penyaluran bantuan sosial (bansos) telur dan daging ayam di Banyuwangi. 

SURYA.co.id | BANYUWANGI - Sebanyak 9.948 keluarga rawan stunting (KRS) di Banyuwangi yang tercatat sebagai penerima bansos Badan Pangan Nasional telah menerima bansos telur dan daging ayam.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengatakan bansos pangan tersebut merupakan program pemerintah pusat dalam upaya percepatan penurunan angka stunting.

Di Banyuwangi sendiri, penyalurannya dilakukan oleh PT Kantor Pos Indonesia dan dimulai sejak 4 Mei 2023 lalu.

“Terima kasih Bapak Presiden terus menggulirkan program untuk mendorong peningkatan taraf kesehatan dan kesejahteraan warga. Program ini semakin melengkapi program-program penurunan stunting yang telah kita lakukan di Banyuwangi. Semoga dengan ini angka stunting bisa terus kita tekan,” ujar Ipuk, Minggu (7/5/2023).

Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Banyuwangi, Henik Setyorini, menambahkan total keluarga di Banyuwangi yang terverifikasi layak menerima bantuan ini ada 9.948 KRS.

“Data itu dari pendataan keluarga tahun 2021 (PK21) yang dilakukan oleh Badan  Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),” kata Henik.

Di Banyuwangi penyaluran bansos ini dilakukan berbasis kecamatan.

Henik menyebut, selama dua hari pendistribusian (4-5 Mei), sudah 7.695 KRS telah menerima bansos telur dan daging.

“Segera kita tuntaskan penyalurannya sesuai target penerima,” tambah Henik.

Untuk penanganan stunting, Pemkab Banyuwangi sendiri mengalokasikan APBD senilai Rp 7 miliar untuk intervensi nutrisi bumil risti dan baduta stunting dari keluarga tidak mampu pada 2023.

Pemkab juga melibatkan pedagang sayur keliling (mlijoan) untuk menyalurkan bantuan makan tambahan bagi balita stunting ataupun ibu hamil resiko tinggi (bumil risti).

"Intervensi ini dilakukan berdasarkan pada data keluarga teridentifikasi stunting yang lengkap by name by address, berikut determinan penyebab hingga jenis intervensi yang bisa dilakukan," urai Henik.

Intervensi maupun monitoring yang dilakukan pemkab di-update secara real time melalui aplikasi Banyuwangi Tanggap Stunting oleh kader dasawisma dan posyandu yang tergabung dalam Tim Pendamping Keluarga (TPK).

Selain itu, Banyuwangi juga mengoptimalkan edukasi dan Konseling Pranikah bagi calon pasangan suami istri.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved