Berita Lamongan

Festival Kupatan Menjuluk di Desa Sedayulawas Lamongan, Tradisi Lokal Yang Sarat Kebersamaan

Prosesi makan bersama di tempat terbuka itu mirip tradisi Nyadran atau bersih desa, tetapi ini dilakukan warga Sedayulawas

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Deddy Humana
surya/hanif manshuri
Bupati Lamongan, Yuhronur Efenfi memberi semangat kepada puluhan warga yang berlomba merangkai ketupat saat menghadiri Festival Kupatan di Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Jumat (28/4/2023). 

SURYA.CO.ID, LAMONGAN - Dalam tradisi lokal, Lebaran setelah sebulan berpuasa Ramadhan tidak hanya pada momen 1 Syawal atau Idul Fitri, tetapi juga ada yang disebut Kupatan atau Lebaran Ketupat. Asal katanya Ngaku Lepat (Mengaku Salah, Red), Kupat atau ketupat menjadi makanan utama yang dinikmati bersama berbagai jenis masakan yang disesuaikan tradisi daerah masing-masing.

Biasanya ketupat dari beras yang dimasak, dicampur dengan sayur lodeh atau opor ayam, ada pula di beberapa daerah yang memadukannya dengan ayam bumbu rujak, ayam bumbu rujak atau sup iga.

Khazanah masakan lokal menjadi begitu menonjol saat Kupatan, dan menjadi perayaan bersama untuk menandai kehidupan baru yang fitri dan menjauh dari kesalahan (lepat).

Tradisi ini juga masih banyak ditemukan di Lamongan. Jumat (28/4/2023) ini, warga Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan juga memiliki cara unik dalam menikmati ketupat sepekan setelah Idul Fitri 1444 Hijriyah.

Tradisi Lebaran Ketupat kali ini, masyarakat Brondong di pesisir pantai Utara tersebut merayakannya dengan menggelar festival skala desa yang diusung di atas ketinggian Gunung Menjuluk. Tradisi Kupatan Menjuluk digelar turun temurun dan dilakukan pada tanggal 7 Syawal.

Lokasi yang dipilih adalah Gunung Menjuluk yang sebenarnya sebuah bukit yang berada di ujung Selatan Desa Sedayulawas. Saat warga merayakan lebaran ketupat, mereka berbondong-bondong menuju ke Gunung Menjuluk untuk menikmati kupat, lepet dan lauk pauknya.

Ketupat, lepet dan sayurnya dibawa oleh warga desa dan panitia dengan beragam ukuran dan modelnya. Makanan yang dibuat setahun sekali itu dibawa ke Gunung Menjuluk sebagai tempat menikmati bersama sajian kupat dan lepet.

Prosesi makan bersama di tempat terbuka itu mirip tradisi Nyadran atau bersih desa, tetapi ini dilakukan warga Sedayulawas di momen Lebaran Ketupat.

Tradisi kupatan di bukit ini menjadi acara rutin setiap tahun. Menurut Kades Sedayulawas, Heni Firawati, tahun ini Lebaran Ketupat dinilai sangat istimewa. "Karena Bapak Bupati Lamongan (Yuhronur Efendi) berkenan hadir menemui warga dan turut merayakan lebaran ketupat yang digelar gunung. Ini sangat membanggakan, " kata Heni.

Festival Kupatan Menjuluk merupakan acara tahunan yang digelar turun temurun. Disajikan dan disantap bersama di atas gunung. Selain itu lebaran lokal ini menjadi meriah dan punh canda karena juga diadakan acara merangkai selongsong ketupat secara massal yang melibatkan warga desa.

Pembuatan selongsong ketupat ini menjadi pemandangan yang berbeda dan sangat menarik. Karena warga yang mengikutinya seperti berlomba membuat selongsong ketupat paling cepat, malah sampai bercanda diselingi gelak tawa.

Bupati Yuhronur mengapresiasi warga Sedayulawas yang tetap merawat dan melestarikan tradisi desa. Ia menyebut, nilai filosofisnya adalah agar kebersamaan tetap terpupuk dan terjalin di antara sesama warga.

“Festival Kupatan Menjuluk ini sudah bertahun-tahun diadakan warga. Saya sudah mendengar lama, luar biasa. Terus rawat dan lestarikan," ujar Yuhronur.

Yuhronur juga berharap tradisi ini bisa dirawat dan dikemas masyarakat sebagai daya tarik wisata milik desa. Melalui berbagai festival, bupati yang disapa Kaji Yes itu berharap akan meningkatkan potensi pariwisata lokal yang bisa meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.

“Ke depan bisa dilaksanakan lebih meriah lagi, Kami akan terus mendukung upaya masyarakat dalam meningkatkan pariwisata yang mengedepankan kearifan lokal," katanya.

Festival Ketupat di Gunung Menjuluk juga terbukti menghidupkan aktivitas masyarakat desa karena ada puluhan stand yang menyajikan aneka makanan ketupat dan lomba menganyam ketupat.

"Ide-ide cemerlang harus selalu diwujudkan oleh warga Sedayulawas Brondong. Masyarakat Brondong, Blimbing, Paciran dan Waru cukup mampu dan tidak pernah kering inovasi serta ide-ide spektakuler," tandasnya. *****

Sumber: Surya
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved