Berita Surabaya

Tanaman Asal Afrika Dibudidayakan Oleh Kampung Batik Okra di Bubutan Surabaya

Guna semakin memantapkan nama Okra sebagai icon kampung, Kampung Batik Okra yang dihuni oleh 580 KK ini melakukan budidaya tanaman okra

Penulis: Zainal Arif | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Zainal Arif
Warga Kampung Batik Okra merawat tanaman di RW 1 Kelurahan/Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, Senin (27/3/2023). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Kampung Batik Okra merupakan sebuah kampung yang terletak di RW 1 Kelurahan/Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya.

Seperti namanya, kampung ini menjadikan batik sebagai icon kampung, karena mayoritas warganya berprofesi sebagai pembatik.

Selain itu, nama Okra sendiri dimaknai warga setempat sebagai (Orang Kranggan).

Guna semakin memantapkan nama Okra sebagai icon kampung, kawasan yang dihuni oleh 580 KK ini melakukan budidaya tanaman okra di area RT 10 RW 1.

Perlu diketahui, okra merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi hingga biji di dalamnya.

Sayur jenis ini, umumnya sangat lunak dan berlendir. Tanaman juga dikenal dengan sebutan 'lady finger' ini dapat tumbuh di negara beriklim tropis.

Selain itu, banyaknya manfaat tanaman ini bagi tubuh menjadi alasan warga Kampung Batik Okra memilih menanam tanaman okra.

Tanaman okra dinilai Ketua RW 1, Ridi Sulaksono memiliki segudang manfaat bagi tubuh. Satu di antaranya untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes.

"Kami menanam tanaman okra ini sudah sejak bulan Juni 2022. Tanaman ini dari Afrika yang identik dengan panas," ujar Ridi kepada SURYA.CO.ID, Senin (27/3/2023).

Ridi mengaku, awalnya tak mempunyai pemahaman mengenai tanaman okra. Namun, ia bersama warganya berusaha dengan segala cara supaya tanaman okra tetap hidup.

"Kalau saat musim hujan seperti sekarang, pertumbuhannya menjadi terhambat. Apabila tidak ditangani dengan benar bisa saja tanaman mati," ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Ridi, ia bersama warganya mendapat pelatihan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mengenai cara membudidayakan tanaman sayuran termasuk tanaman okra.

"Dari pelatihan itu, kami baru menyadari bahwa usia tanaman okra hanya tiga bulan. Itu menjadi jawaban kenapa setelah kami panen beberapa kali tidak tumbuh lagi," ungkapnya.

"Selain itu, kami juga diajari bagaimana menanam berbagai macam sayuran lainnya," imbuhnya.

Saat berkunjung di Kampung Batik Okra ini, kita akan melihat ratusan tanaman okra yang ditanam di pinggiran jalan gang. Setiap dua hari sekali, warga kampung ini memanen buah orka untuk diolah menjadi berbagai macam produk.

"Tanaman okra ini kami olah menjadi minuman sehat, kopi hingga tepung," tandas Ridi.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved