Ramadhan 2023

Ahmad Anas Lc ME, Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya: Esensi Puasa Ramadhan

Sebenarnya memahami esensi ini penting, agar apa yang kita kerjakan sesuai dengan yang Allah maksudkan.

|
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Adrianus Adhi
Surya.co.id
Ahmad Anas Lc ME Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya, saat menjadi narasumber dalam podcast Tribun Jatim Network 

Oleh:

Ahmad Anas Lc ME,
Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya

Sebenarnya memahami esensi ini penting, agar apa yang kita kerjakan sesuai dengan yang Allah maksudkan.

Sebagian orang memahami bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan penyucian diri karena selama selama 11 bulan melakukan dosa, namun setelah Bulan Ramadhan kembali lagi (berbuat kemaksiatan).

Pemahaman seperti ini sebetulnya adalah sebuah masalah, ini kesalahpahaman yang harus kita perbaiki. Jadi sebenarnya kalau kita bicara soal esensi Puasa Ramadhan, sudah disinggung Allah, dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 183.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Ya ayyuhalladzina amanu kutiba 'alaikumus-siyamu kama kutiba 'alallazina ming qablikum la'allakum tattaqun.

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

Disampaikan bahwa, Allah mewajibkan puasa sebagaimana umat-umat sebelumnya tujuannya adalah la'allakum tatakun agar kalian bertaqwa.

Bertaqwa itu kan menjalan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.

Sekarang pertanyaannya, kalau kita amati penggunaan kata tattakun menurut ilmu Nahwu Shorof adalah fi'il mudhorek yang artinya sedang dilakukan dan akan dilakukan, makna mendalamnya sesuatu yang akan berkesinambungan (terus menerus).

Berdasarkan kata tersebut, Allah SWT memerintahkan kita bertakwa itu tidak hanya di Bulan Ramadhan saja, melainkan la'allakum tattakun (bertakwa terus menerus).

Itu mengindikasikan bahwa Allah SWT ingin kita bertakwa secara terus menerus tidak hanya di bulan Ramadhan.

Jadi bisa kita simpulkan, Bulan Ramadhan ini bukan momentum saja. Allah mengiming-iming kita untuk beribadah agar kita diampuni dosanya, kemudian ada malam Lailatul Qadar banyak pahala, itu iming-iming Allah agar kita rajin ibadahnya di Bulan Ramadhan, sehingga kita terbiasa untuk ibadah dan ibadah yang kita lakukan itu bisa kita aplikasikan terus di 11 bulan selanjutnya.

Bulan Ramadhan itu bulan tarbiyah, bulan edukasi.

Istilahnya kalau kita belajar mobil 5 hari kalau kursus, Bulan Ramadhan itu kursusnya. Aplikasi sesungguhnya dari pada Bulan Ramadhan itu setelahnya, mau praktek atau enggak? Kalau enggak mau praktek bisa hilang.

Salah Satu Keutamaan Ramadhan: Lailatul Qadar

Jadi memang benar Al Qur'an turun di Bulan Ramadhan, sebagaimana ayat ke-1 dalam Surat Al Qadar:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

innā anzalnāhu fī lailatil-qadr

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar.”

Lailatul Qadar adalah salah satu kemuliaan atau keistimewaan Bulan Ramadhan.

Yang harus kita pahami, Rasulullah mendapatkan wahyu umur 40 tahun sampai 63 berarti 23 tahun.

Sebagian umat Islam mempertanyakan bagaimana cara Allah menurunkan Al Qur'an di Bulan Ramadhan, padahal kenyataannya turunnya berangsur-angsur selama 23 tahun.

Menurut literatur Kitab Imam Hadad Nashoihuddiniyah, bahwa yang dimaksudkan Al Qur'an turun di Bulan Ramadhan itu turun secara serentak memang benar, tapi turun di Baitul Izzah (langit dunia) kemudian Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril berangsur-angsur selama 23 tahun.


Momen Melatih Hawa Nafsu

Perbedaan manusia dan malaikat terletak pada nafsu.

Dijelaskan dalam Surat An Nahl ayat 50, bahwa malaikat selalu menaati perintah Allah.

يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Arab-Latin: Yakhāfụna rabbahum min fauqihim wa yaf'alụna mā yu`marụn

Artinya: Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).

Berbeda dengan kita manusia yang mana kita ada Nafsu dan Nafsu itu selalu menunjukkan kita, menggiring kita kepada kemaksiatan.

Cobaan manusia terbesar adalah sabar terhadap hawa nafsu, yang menghalangi kita untuk menjalankan perintah Allah, yang menghalangi kita untuk menjauhi larangan Allah, dan sabar terhadap hawa nafsu ketika kita ditimpa musibah.

Bulan Ramadhan menjadi momen yang pas untuk melatih hawa nafsu atau mengontrol hawa nafsu, di samping itu Allah menjanjikan kita dengan pahala yang sangat banyak.

Makanya Malaikat Jibril menyampaikan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah kisah tentang Rasulullah SAW yang tiba-tiba mengucap "amin".

Ketika sahabat bertanya, Rasulullah menjawab bahwa mengaminkan Malaikat Jibril yang mengatakan tentang orang-orang celaka dan merugi.

"Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni" (HR. Ibnu Khuzaimah)

Kenapa Malaikat Jibril sampai bicara seperti itu? Karena saking mudahnya mendapatkan pengampunan dari Allah di Bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan ini adalah kesempatan yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk mensucikan diri.


Bedakan Gugurnya Kewajiban dan Gugurnya Pahala

Selama Puasa Ramadhan, kita harus bisa membedakan antara gugurnya kewajiban dengan gugurnya pahala.

Misalnya ada orang puasa menahan lapar dan haus mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari, tapi tidak bisa menahan hawa nafsunya misalnya melakukan kemaksiatan, tidak mau sholat. Maka tetap puasanya sah, tidak wajib baginya qadha atau mengganti puasa.

Namun masalah gugurnya pahala, itu otoritas Allah, manusia tidak bisa memutuskan itu sendiri.


Prioritaskan Amalan Wajib

Kita harus memperioritaskan ibadah yang wajib dari yang sunnah.

Terkadang ada orang yang selama puasa Ramadhan, malam ibadah nangis-nangis, tahajud, tarawih, witir dan lain sebagainya tapi subuhnya keteteran.

Dikatakan seorang ulama, bahwasanya tetesan keringat yang muncul ketika kita berangkat sholat dzuhur pada bulan Ramadhan lebih besar pahalanya, jauh dari air mata yang kita keluarkan di malam hari ketika sholat sunnah.

Barangsiapa yang mengerjakan ibadah wajib di Bulan Ramadhan maka pahalanya 70 kali lipat dari pada ibadah wajib di hari lainnya.

Dan barangsiapa yang mengerjakan ibadah sunnah di Bulan Ramadhan pahalanya seperti mengerjakan 1 amalan ibadah wajib.

Nggak bisa kita meninggalkan wajib untuk perkara sunnah. Namun kalau bisa kerjakan dua-duanya.


Tetap Semangat di Bulan Puasa Ramadhan

Kita tidak pernah bisa lepas dari kesalahan, ada doa yang bisa kita amalkan agar tetap bisa istiqamah di Bulan Ramadhan.

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍَﻋِﻨِّﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺫِﻛْﺮِﻙَ ﻭَﺷُﻜْﺮِﻙَ ﻭَﺣُﺴْﻦِ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻚَ

Latin: Allohumma a'inni 'Ala Dzikrika wa Syukrika wahusni 'Ibadatika

Artinya: "Ya Allah, bantulah aku supaya aku dapat berzikir kepada-Mu, dan bersyukur kepada-Mu, dan memperelok ibadah kepada-Mu."

Doa ini kita ulang-ulang saja. Kita sibukkan diri kita di Bulan Ramadhan ini dengan sesuatu yang positif, kalau di pesantren ngaji kitab, kenapa nggak tidur saja? Tidur kan pahala.

Tidur itu cobaannya banyak, nggak mungkin tidur seharian di samping kita ada hp, buka-buka aneh. Kalau bisa mengaji atau melakukan ibadah lainnya selain tidur, mengaoa tidak?

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved