Berita Banyuwangi
Melihat Dari Dekat Manuskrip Lontar Yusuf di Museum Blambangan Banyuwangi
Museum Blambangan Banyuwangi menyimpan beberapa jenis barang peninggalan zaman dulu. Salah satunya manuskrip kuno Lontar Yusuf.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Museum Blambangan Banyuwangi menyimpan beberapa jenis barang peninggalan zaman dulu. Salah satunya manuskrip kuno Lontar Yusuf. Manuskrip ini diyakini sudah ada sejak abad ke-11.
Manuskrip itu ditulis di daun lontar dengan tulisan Arab Pegon. Inti dari naskah tersebut adalah kisah hidup Nabi Yusuf.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Choliqul Ridho menjelaskan, manuskrip Lontar Yusuf berisi tembang Asmaradana di bagian pengantar. Tembang itu mengisahkan fase kehidupan asmara Nabi Yusuf.
"Ini kerap digunakan untuk Mocoan Lontar Yusuf di Banyuwangi," kata Ridho.
Mocoan Lontar Yusuf merupakan tradisi masyarakat suku Osing Banyuwangi. Tradisi itu dilakukan dengan membaca naskah yang ada dalam manuskrip Lontar Yusuf.
Soal sejak kapan manuskrip itu ada, pihaknya tak bisa memastikan. Namun banyak pihak menduga, manuskrip itu telah ada sejak abad ke-11, atau sejak kebudayaan Islam masuk ke Pulau Jawa.
Arkeolog sekaligus Kuratur Museum Blambangan, Bayu Ari Wibowo menjelaskan, serat dalam manuskrip Lontar Yusuf berisi tembang macapat yang menggambarkan kehidupan pasangan baru. Gambaran yang dapat dipahami, yakni kisah pasangan yang bahagia.
Naskah Lontar Yusuf yang dipakai oleh suku Osing memiliki 12 pupuh, dengan 593 bait dan 4.366 larik. Naskah ditulis dengan huruf arab pegon.
"Dalam naskah itu terdapat beberapa jenis pupuh, antara lain kasmaran, durma, sinom, dan pangkur. Setiap tembang punya arti masing-masing," kata dia.
Pupuh kasmaran menggambarkan soal jatuh hati. Sementara pupuh sinom lebih banyak menggambarkan soal masa muda seseorang. Sementara pupuh durmo berarti mendarmabaktikan kehidupan. Terakhir, pupuh pangkur memiliki arti waktu untuk kembali.
Menurutnya, pembacaan naskah Lontar Yusuf masih terus lestari hingga kini. Warga Suku Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah rutin menggelar pembacaan Lontar Yusuf setiap waktu tertentu.
"Dan tidak cuma di Desa Kemiren, tapi juga di Desa Alasmalang, Desa Mundoluko, dan Desa Tamansuruh," tambahnya.
Puncak Hari Kearsipan di Banyuwangi, ANRI Buru Arsip Kemaritiman Tanah Air ke Penjuru Dunia |
![]() |
---|
Hari Kearsipan Nasional di Banyuwangi Dimeriahkan Pameran Arsip Bersejarah, Ribuan Arsiparis Hadir |
![]() |
---|
Oknum Guru Honorer SD di Banyuwangi Bikin Siswanya Hamil, Orangtua Korban Curiga Hal Ini |
![]() |
---|
Resmi Dibuka, Festival Ini Tampilkan Kekayaan Literasi Banyuwangi |
![]() |
---|
Hari Kedua Pencarian Nelayan Tenggelam Akibat Tabrakan Kapal di Banyuwangi, Tim SAR Terkendala Cuaca |
![]() |
---|