Berita Blitar

Bermain Sepak Bola Usai Mengaji, Bocah 11 Tahun di Blitar Melukai Temannya dengan Sabit

terkuak kalau kejadian itu hanya terjadi spontan atau tidak ada penyebab lain kecuali diawali saling ejek

Penulis: M Taufik | Editor: Deddy Humana
surya/imam taufiq
Bocah korban pembacokan oleh sesama bocah dijenguk di RSUD Ngudi Waluya, Wlingi, Kabupaten Blitar, Minggu (12/3/2023). 

SURYA.CO.ID, BLITAR - Ini bukan pertandingan sepak bola di Indonesia yang beberapa waktu lalu berujung tragedi, melainkan hanya permainan sepak bola anak-anak kampung di Blitar tetapi juga berakhir dengan satu bocah luka parah.

Penyebabnya, salah satu bocah yang ikut bermain mengalami luka berdarah di lengannya akibat disabet sabit oleh sesama temannya usai bermain sepak bola, Kamis (9/3/2023) sore lalu.

Penganiayaan dengan senjata tajam (sajam) itu terjadi karena spontan oleh GA (11) terhadap temannya, NA (14) setelah bermain sepak bola bersama anak-anak lain di lapangan Desa/Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.

Mereka bermain sepak bola di halaman sebuah pesantren di desa itu. Dan mereka baru selesai mengaji bersama di pesantren itu kemudian bermain bola bersama-sama. Meski kasus itu terkait kenakalan anak-anak, namun orangtua korban tidak terima dan melapor ke Polres Blitar.

"Sampai saat ini kami masih melakukan pemeriksaan dan belum melakukan tindakan pengamanan. Yang kami amankan baru senilah sabit dan baju koko korban," kata AKP Tika Puspitasari, Kasat Reskrim Polres Blitar, Minggu (12/3/2023).

Dari pemeriksaan saksi-saksi, terkuak kalau kejadian itu hanya terjadi spontan atau tidak ada penyebab lain kecuali diawali saling ejek saat bermain sepak bola. Kejadian itu baru dilaporkan orangtua korban, Jumat (10/3/2023) setelah menyadari luka bacok yang dialami anaknya cukup lebar dan dalam.

Bahkan korban harus dijahit cukup banyak. Sampai Minggu (12/3/2023) siang, korban masih dirawat di RSUD Ngudi Waluya, Wlingi, untuk menjalani pemulihan. "Benar, memang dilaporkan orangtua korban sendiri," ungkapnya.

Awalnya, mereka bersama teman-teman lainnya yang satu kampung bermain sepak bola usai mengaji bersama di sebuah pesantren di kampungnya. Sehingga mereka bermain bola masih memakain baju koko dan sebagian mengenakan sarung.

Mereka memang tidak langsung pulang usai mengaji bersama melainkan bermain bola sambil menanti waktu Maghrib. Tidak diketahui pemicunya, kecuali saling ledek sesama bocah saat bermain.

Tetapi tidak cukup saling ledek, anak-anak itu diduga tidak bisa mengontrol diri hingga mengejek denga menyebut nama bapak mereka. Mungkin tidak terima nama bapaknya dibawa-bawa, GA mendadak lari keluar halaman pesantren lalu masuk ke arah dapur.

Tidak disangka, ia datang kembali dengan menenteng sabit dan langsung menyerang korban NA. Akibatnya, korban langsung ambruk dengan tangan bersimbah darah. Permainan sepak bola langsung buyar sendiri karena anak-anak lain kaget dan panik. Dan meski tidak ada gas air mata, GA ikut menangis ketakutan melihat temannya terluka. *****

Sumber: Surya
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved