KKB Papua Tak Bisa Koar-koar Lagi, Satgas Damai Cartenz Berhasil Sita 'Senjata Propaganda' Mereka
KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya bakal tak bisa koar-koar lagi di media sosial. Satgas Damai Cartenz Berhasil Sita 'Senjata Propaganda' Mereka.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya bakal tak bisa koar-koar lagi di media sosial.
Hal ini lantaran 'senjata propaganda' mereka telah berhasil diamankan Satgas Damai Canrtenz.
Satuan Tugas Damai Cartenz mengamankan berbagai dokumen dan alat propaganda yang selama ini digunakan KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya.
Berbagai dokumen dan alat yang digunakan KKB Papua diamankan di dua lokasi yaitu kampung Yutpul Distrik Kilmid dan sekitar Gunung Wea Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.
Dansatgas Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhan, Minggu mengatakan, dokumen dan peralatan elektronik ditemukan itu diduga digunakan untuk propaganda.
Melansir dari ANTARA, satgas Damai Cartenz yang terdiri dari anggota TNI-Polri itu menemukan berbagai peralatan saat berpatroli ke dua wilayah yang masuk dalam Distrik Kilmid dan Distrik Paro.
Ada 39 barang dan dokumen berupa surat-surat serta alat propaganda diantaranya kamera besar TV, handphone, radio HT, kabel dan lainnya.
“Barang-barang temuan tersebut telah kami amankan dan sudah kami serahkan kepada penyidik Polri untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," jelas Kombes Faizal yang juga menjabat Dirkrimum Polda Papua.
Distrik Paro saat ini sudah ditinggalkan penduduknya yang memilih mengungsi ke Kenyam, ibukota Kabupaten Nduga karena takut terhadap aksi KKB pimpinan Egianus Kogoya.
Baca juga: SOSOK Namia Gwijangge yang Negosiasi dengan KKB Papua untuk Bebaskan Pilot Susi Air, Ini Jejaknya
Misteri Senjata KKB Papua
Sementara itu, setelah foto-foto pilot Susi Air Philip Mark Merthens disandera KKB Papua viral di media sosial, perhatian tertuju pada jenis senjata para penyandera.
Diduga senjata milik KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya itu jenis SS1-V1 dan SS2-V1 buatan PT Pindad (Persero).
Benarkah senjata KKB Papua panyandera pilot Susi Air buatan Pindad?
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menduga hal itu.
"Diduga senjata kiri SS1-V1, kanan SS2-V1 yang dilengkapi pelontar granat. Produksi Pindad," kata Fahmi saat dihubungi, Jumat (17/2/2023).
Setidaknya, menurut Fahmi, ada dua kemungkinan yang membuat KKB menguasai senjata tersebut.
"Bisa hasil rampasan atau tertinggal ketika kontak tembak. Bisa juga diperoleh melalui transaksi ilegal. Entah diselundupkan dari luar negeri, entah dari oknum," ujar Fahmi.
Dugaan yang sama diungkapkan pengamat Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan, Ngasiman Djoyonegoro.
Ngasiman menyebutkan, dua dari sejumlah senjata yang ditenteng KKB mirip SS1-V1 dan SS2-V1 produksi Pindad.
"Beberapa yang sempat saya analisa, senapan serbu Kalashnikov AK 101 buatan Rusia dan senjata serbu Norinco AK 2000 P buatan China. Sisanya M16A1/A2, SS1, SS2, Styer AUG," kata Ngasiman.
"Sumbernya bisa hasil rampasan, pembelian dari oknum TNI-Polri, senjata bekas konflik Ambon, Filipina, dan Papua Nugini," ucap dia lagi.
Sementara itu, Kompas.com telah meminta konfirmasi ke Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Pindad, Sigit Santosa.
"Sebentar kami cek," kata Sigit melalui pesan tertulis.
Namun, saat hendak kembali dikonfirmasi, Sigit belum membalas pesan singkat Kompas.com hingga berita ini diturunkan.
Baca juga: VIDEO Detik-detik Pesawat Susi Air Dibakar KKB Papua Viral, Pilot Masih Hidup, Distrik Paro Kosong
Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

Sebelumnya, Penjabat Bupati Nduga, Namia Gwijangge mengupayakan negosiasi dengan Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua untuk membebaskan Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Merthens.
Adanya upaya negosiasi Namia Gwijangge ini diungkapkan Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri pada Jumat (17/2/2023).
Menurut Kapolda, pihaknya masih menunggu proses negosiasi yang diupayakan Namia Gwijangge sebelum menentukan langkah berikutnya.
Fakhiri menyebut, aparat keamanan akan melakukan operasi penegakan hukum untuk menyelamatkan Kapten Philip setelah usaha negosiasi dianggap gagal.
Ia mengungkapkan, langkah operasi penegakan hukum itu sedang dalam persiapan.
"Saya minta teman-teman sabar dulu, kita setelah mendapat informasi dari masyarakat yang kita kirim, Pak Bupati (Nduga) sedang mengupayakan itu, kalau sudah dikroscek kebenarannya, baru kita bisa lakukan langkah penegakan hukum untuk menyelamatkan pilot, kalau negosiasi itu gagal," ujarnya di Jayapura, Jumat (17/2/2023).
Fakhiri menuturkan, proses negosiasi terus dilakukan, namun hingga saat ini belum ada respons balik dari Egianus Kogoya.
Lebih lanjut, Fakhiri tak berkomentar banyak saat ditanya soal keberadaan KKB pimpinan Egianus Kogoya.
Meski dari hasil pemantauan siber, komunikasi dari kelompok Egianus sudah terpantau, namun keberadaannya masih belum bisa dipastikan karena faktor geografis.
"Di gunung ini tangkapan (sinyal) susah, tangkapannya bisa ke mana-mana tergantung BTS. Saya tidak mau mengatakan dia ada di Habema, Mbua, Tiom, Balingga, tidak," kata Fakhiri.
Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono juga mengungkapkan bahwa Pj Bupati Nduga Namia Gwijangge meminta untuk bernegosiasi dengan KKB yang menyandera pilot Susi Air.
Ia pun mengungkapkan bahwa pihaknya memenuhi permintaan tersebut dan masih menunggu negosiasi antara Namia dengan KKB.
"Ya kita tunggu dulu. Karena dari Bupati minta waktu dia akan nego dulu. Ya sudah kita penuhi permintaan Bupati Nduga," ujar Yudo saat ditemui di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2023).
Yudo mengatakan, saat ini pilot Susi Air tersebut masih disandera oleh KKB.
Menurut dia, foto-foto yang beredar bahwa Philips dibawa oleh KKB itu benar.
"Iya masih itu (ditahan). Ya itu di foto-foto kemarin itu. Masih dibawa mereka," ucap dia.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.