DETIK-DETIK Sopir Taksi Online Tewas Dibunuh Oknum Densus 88 Terekam CCTV, Gerak-gerik Disorot

Rekaman CCTV di rumah warga merekam detik-detik sopir taksi online sebelum tewas dibunuh oknum Densus 88, Senin (23/1/2023) pagi. Gerak-gerik disorot.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
KOLASE TRIBUNNEWS Dwi Putra Kesuma/KOMPAS.com M Chaerul Halim
Jenazah sopir taksi online yang ditemukan tewas di Jalan Nusantara, RT 006 RW 015, Perumahan Bukit Cengkeh 1, Tugu, Cimanggis, Depok dievakuasi Polres Metro Depok 

SURYA.CO.ID - Rekaman kamera pengawas alias CCTV di rumah warga merekam detik-detik sopir taksi online sebelum tewas dibunuh oknum Densus 88, Senin (23/1/2023) pagi. 

Aline, warga Perumahan Bukit Cengkeh I, Cimanggis, Kota Depok sekaligus pemilik rekaman CCTV mengatakan, korban terlihat melintas di depan rumahnya yang berada di Jalan Palangkaraya, sekira pukul 04.20 WIB.

Dalam rekaman CCTV, korban tampak seorang diri di dalam mobil. Aline pun menduga, korban masih baik-baik saja saat melintas di depan rumahnya.

“Kalau di dalam mobil itu kelihatannya cuma dia (korban) doang, jadi dia itu nyetirnya pelan, kondisi mobil kaca dibuka, dan siku tangan korban keluar dari jendela mobil,” ujar Aline, dikutip dari TribunJakarta.

“Jadi CCTV nya persis nyorot kursi sopir. Korban itu nyetir, kacanya dibuka, dan siku tangannya keluar dari jendela mobil."

"Nyetirnya pelan, kalau saya lihat sih kayaknya biasa saja belum ada penusukan disitu, gak kaya habis ditusuk juga, dan disitu juga dia belum klakson-klakson."

“CCTV saya nangkap suara juga kan, dan gak ada suara klakson (di dalam rekaman CCTV),” imbuh Aline lagi. 

Diduga, korban baru berteriak meminta tolong dan membunyikan klakson setelah melintasi rumah Aline.

Pasalnya, rumah Aline berada di Jalan Palangkaraya sebelum Masjid Al Ikhwan, sementara korban diketahui baru berteriak dan meminta tolong setelah melewati masjid tersebut.

Pengakuan pihak keamanan perumahan

Sebelumnya, seorang petugas keamanan Perumahan Bukit Cengkeh I, Endang menjelaskan kronologi kejadian. 

Saat itu, dirinya berjaga di Jalan Palangkaraya.

Tiba-tiba korban datang mengemudikan mobilnya dari arah Perumahan Bukit Cengkeh II, dan melintas persis di depannya.

Setibanya di depan Masjid Al Ikhwan, korban sempat belok ke arah kanan. Namun berselang sekira 10 menit kemudian, korban kembali datang.

Saat kembali melintas di depannya, Endang mengatakan korban memacu mobil lnya dalam kecepatan tinggi.

“Saya kira itu orang mungkin lagi ada orderan itu minta buru-buru, soalnya kencang banget,” jelasnya pada wartawan di lokasi kejadian, Selasa (24/1/2023) lalu.

Bunyikan klakson berulang

Beberapa meter melewati Masjid Al Ikhwan, korban nampak membunyikan klakson mobilnya secara terus menerus.

Hal itu disaksikan langsung oleh Endang dan beberapa Jemaah Masjid Al Ikhwan yang hendak menunaikan ibadah salat subuh.

Bahkan, beberapa jemaah menyaksikan ada bercak darah di mobil yang dikendarai korban.

“Orang yang ke masjid itu lihat mobilnya sudah banyak darah, di kaca. Itu yang mau ke masjid, dia bilang banyak darahnya,” bebernya.

Mendapati hal tersebut, Endang pun mencoba menyusul korban untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Beberapa ratus meter menyusuri jalan yang dilalui korban, Endang mendapati banyak darah yang menetes di aspal.

Bahkan, ia sempat terkejut ketika mendapati seekor kucing mati terlindas mobil korban, di depan rumah salah seorang warga.

Akhirnya ia pun menemukan mobil korban sudah berhenti di dekat pintu gerbang bagian belakang perumahan tersebut.

Namun, alangkah terkejutnya Endang mendapati bahwa ada sesosok pria yang terkapar bersimbah darah persis di samping kanan mobil tersebut, yang ternyata itu adalah korban.

“Iya itu dia, saya lihat dia (korban) sudah tergeletak. Kondisi pintu mobil tertutup semua,” ucap Endang.

Menyaksikan sosok manusia yang dalam kondisi sakaratul maut, Endang pun tak bisa melakukan apa-apa.

Ia terdiam dan ketakutan, sementara warga makin banyak yang berdatangan ke lokasi penemuan korban.

Selang beberapa menit kemudian, korban nampak tak bergerak, dan ternyata sudah meninggal dunia.

“Iya pada takut gak ada yang berani (menolong korban), karena kondisinya begitu kan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Endang mengatakan warga pun melaporkan peristiwa ini ke pihak kepolisian, yang langsung datang menggelar olah tempat kejadian perkara.

Sementara itu, Kapolres Metro Depok, Kombes Pol Ahmad Fuady, mengatakan bahwa diduga kuat korban tewas akibat dibunuh.

“Hari ini saya mendatangi TKP diduga terjadi pembunuhan, menurut keterangan saksi-saksi ditemukan seorang pria sedang mengemudi kendaraan dan laki-laki tersebut sudah meninggal dunia,” ujar Ahmad Fuady pada Senin (23/1/2023) lalu.

Ia mengatakan, pihaknya sudah mengamankan sejumlah barang bukti dan memeriksa saksi di lokasi kejadian.

“Kami dari jajaran Polres Metro Depok melakukan olah TKP. Kami menemukan sejumlah barang bukti, sudah memeriksa saksi, selanjutnya kita proses,” ungkapnya.

Ahmad Fuady berujar hasil pemeriksaan sementara, didapati banyak luka sayat diduga akibat senjata tajam di tubuh korban.

“Kalau luka kami masih menunggu hasil visum ya, tetapi secara sekilas luka nyata yang di TKP ada sayatan benda tajam di bagian tubuh karena banyak sekali sayatan benda-benda tajam,” pungkasnya.

Sosok pembunuh sopir taksi online

Setelah dilakukan penyelidikan awal oleh jajaran Polres Metro Depok, kasus tersebut kemudian dilimpahkan ke Polda Metro Jaya.

Penyelidikan kemudian dilanjutkan oleh penyidik Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

Setelah dua pekan sejak peristiwa itu terjadi, kepolisian akhirnya mengungkapkan sosok pelaku pembunuhan tersebut kepada keluarga korban.

Penyidik sudah melakukan pemeriksaan dan pelaku sudah ditahan.

"Tadi kami sudah ke Subdit Resmob, pada prinsipnya kami baru mengetahui bahwa pelaku merupakan oknum daripada kepolisian itu sendiri," ujar Kuasa Hukum keluarga korban Jundri R Berutu saat ditemui di depan Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, dikutip dari Kompas.com, Selasa (7/2/2023).

Jundri mengungkapkan, berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh penyidik, pelaku berinisial Bripda HS.

Pelaku merupakan anggota dari Satuan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.

"Tadi kami sudah tanyakan ke penyidik, informasinya pelaku masih aktif sebagai anggota Polri yang disebut adalah dari Densus 88, inisial HS," ungkap Jundri.

Temuan barang bukti

Identitas pembunuh Sony sudah terendus oleh saksi yang berada di tempat kejadian perkara (TKP) saat itu.

Saksi sempat melihat pisau berlogo satuan Densus 88 Antiteror ketika Polres Metro Depok menggelar olah TKP.

Saksi yang enggan ditulis identitasnya itu mengungkapkan, pisau itu memiliki ukuran tak lebih dari sejengkal orang dewasa. Gagangnya hitam dan terdapat gerigi di sisi tumpulnya.

Adapun logo itu terletak di gagangnya. Logo itu berbentuk lingkaran. Di dalam lingkaran tertulis, "Datasemen Khusus 88 Antiteror" dengan warna latar belakang merah.

Sementara, pada bagian tengah lingkaran terdapat gambar burung hantu dengan latar belakang kuning.

"Iya, itu saya lihat di pisaunya ada logo Densus," ujar saksi tersebut, beberapa waktu lalu.

Senada dengan saksi, petugas sekuriti setempat bernama Endang mengatakan, ada dua pisau kecil yang didapatkan polisi dari lokasi kejadian. Salah satu pisau itu ditemukan di dalam mobil korban.

"Ada pisau juga di jok tengah, kecil. Ukurannya kecil (sembari menunjukkan ukuran sejari)," kata Endang.

Tersangka sudah ditahan

Polda Metro Jaya pun telah menetapkan Bripda HS sebagai tersangka kasus pembunuhan Sony. Bripda HS telah ditahan di ruang tahanan (Rutan) Mapolda Metro Jaya untuk proses penyidikan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko menjelaskan, pelaku diduga kuat melakukan pembunuhan dengan maksud menguasai kendaraan korban.

"Pelaku sudah ditetapkan tersangka dan kemudian dilakukan penahanan pada saat itu juga," ujar Trunoyudo

Dugaan motif pembunuhan

Bripda HS diduga membunuh Sony karena kesulitan ekonomi. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, Bripda HS mengaku hendak mengambil mobil milik korban.

"Tentunya kami harus bisa melihat apa yang terjadi secara perilaku. Dalam satuan saya membenarkan apa yang telah disampaikan oleh tim pengacaranya. Yaitu ingin memiliki harta milik korban," ujar Trunoyudo, Selasa.

Menurut Trunoyudo, Bripda HS melakukan tindakan tersebut lantaran sedang mengalami kesulitan ekonomi. Meski begitu, penyidik masih akan mendalami secara saintifik kasus pembunuhan tersebut.

"Mengapa perilakunya, perilakunya sejauh ini masalah ekonomi secara pribadinya, sehingga ini terjadi. Namun, proses penyidikan tetap berjalan. Kapolda Metro Jaya selalu menekankan scientific crime investigation," ungkap Trunoyudo.

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved