Berita Surabaya

KISAH PILU Wanita Surabaya Tewas Bersimbah Darah Setengah Tak Berbusana Setelah 4 Kali Dijahati

Kisah pilu dialami, Pasri (52), wanita yang tewas dengan kondisi leher nyaris putus dan setengah telanjang di rumahnya, Jalan Simo Gunung Barat T

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Musahadah
kolase surya/luhur pambudi
Suharsono, suami Parsi, wanita yang tewas dengan kondisi leher nyaris putus setengah telanjang di Surabaya. 

"3 anggota keluarga itu, suami dan 2 anak korban. 3 orang tetangga salah satunya pemilik kos," ujarnya di Mapolrestabes Surabaya, Jumat (3/2/2023). 

Mengenai hasil visum terhadap korban. Fakih menerangkan, penyebab meninggalnya korban disebabkan kehabisan darah, akibat luka sayatan di bagian leher korban.

"Ada luka lebam juga di mata korban. Namun penyebab meninggalnya korban karena luka sayatan di leher," pungkasnya. 

Anak Korban Histeris

Anton (23), anak kedua dari Pasri (52), histeris saat mengetahui ibunya tewas mengenaskan. 

Rencana pemuda kurus, berbadan tegap, berkulit putih itu, untuk menghadiahi sang ibunda dengan uang gajiannya bulan Februari ini, kandas. 

Kabar duka itu mengganggu kerja lemburnya, di pabrik kawasan Tandes, Surabaya, Kamis malam.

Sekitar pukul 21.20 WIB, Anton pulang ke rumahnya.

Tak seorang diri. Pria berkaus abu-abu itu, tiba dengan dibonceng oleh salah seorang anggota Tim Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya yang berpakaian sipil. 

Mereka sengaja mengantar Anton untuk melihat lokasi kontrakan yang menjadi tempat ibundanya dihabisi pelaku. 

Dengan cekatan beberapa anggota kepolisian lain membuka sejenak tali batas polisi yang bergelayutan di beberapa sudut depan pintu kontrakan korban. 

Lalu Anton membuka gembok berbahan besi stainless pengunci pintu rumah setinggi 3,5 meter berbahan kayu triplek tersebut. 

Anton yang semula tampan tegap berjalan perlahan setengah membungkuk lalu tubuhnya jatuh memeluk kain di dekat kasur area depan kamar, seraya menjerit lirih. 

Tangis si bungsu Anton pecah. Samar-samar teriakan dalam tangisnya itu menyeruak keluar dari ventilasi sisi depan rumah kontrakan tersebut. 

Namun, lensa kamera awak media yang telah standby dari halaman teras depan rumah, terhalang oleh permukaan pintu rumah tersebut. 

Beriringan dengan Anton yang memasuki rumahnya untuk melihat sejenak sisa dan jejak kondisi ruang bekas ibundanya dihabisi pelaku.

Beberapa anggota kepolisian di belakang si Anton malah menutup pintu tersebut. 

"Kami antar aja ke rumah, kasihan barusan kerja belum tahu (kondisi rumah dan ibunya)," ujar seorang anggota kepolisian yang enggak disebutkan namanya, kepada awak media. 

Selama membiarkan Anton melihat kondisi rumahnya di dalam. Anggota kepolisian tersebut berujar, bahwa malang nian nasib Anton. 

Si bungsu tersebut baru saja memperoleh gaji bulan ini yang akan menjadi hadiah untuk sang ibundanya sepulang bekerja lembur nanti. 

"Padahal baru gajian, maksudnya mau dikasih ke ibunya tadi. Ini anak paling kesayangan," pungkasnya. 

Sekitar 10 menit lamanya, Anton melepas rindu sejenak di sela hancurnya perasaan meratapi sang ibunda meninggal dengan cara tragis, di dalam rumahnya. 

Lalu, ia lantas keluar dari rumah diikuti oleh semua anggota kepolisian tersebut untuk kembali mengantarkan Anton ke Mapolsek Suko Manunggal, untuk menjalani pemeriksaan demi proses penyelidikan kasus tersebut. 

Suharsono sudah tinggal menyewa kontrakan tersebut, bersama istri dan kedua anaknya itu sejak 30 tahun lalu. 

Setelah sang anak pertama perempuan menikah dengan suaminya, lalu memilih indekos terpisah di kawasan kecamatan lain, sejak setahun lalu. 

Kini di dalam rumah, Suharsono hanya tinggal bersama Pasri, istrinya dan anak keduanya, Anton (23) yang bekerja sebagai karyawan pabrik.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved