Berita Ponorogo

Bencana Tanah Gerak Terjadi di Wates Ponorogo, BPBD: Kalau Hujan, Warga Harus Segera Mengungsi

Bencana tanah gerak kembali menghantui Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jumat (3/2/2023).

Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Pramita Kusumaningrum
Tanah gerak di Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jumat (3/2/2023). 

SURYA.CO.ID, PONOROGO - Bencana tanah gerak kembali menghantui Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo. Tepatnya di Dukuh Krahan Kulon, RT 01 RW 03, Desa Wates.

“Sejak Juni 2022 lalu sudah ada retakan. Waktu itu (Juni 2022), kurang lebih ada pergeseran tanah sebesar 5 centimeter,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo, Henry Indra Wardhana, Jumat (3/2/2023).

Kemudian, pada Desember kembali ada pergerakan. Lalu pada Januari 2024, ada retak dan bergerak di Desa Wates, Kecamatan Slahung.

“Kami sudah mengecek kembali. Dalamnya retakan sudah menjadi 1,5 meter. Lalu panjangnya 20 meter,” kata Henry kepada SURYA.CO.ID ketika ditemui di kantor BPBD Ponorogo.

Menurut Henry, retakan itu di area persawahan Desa Wates. Selain itu, di jalur utama jalan Desa Wates.

Saat tim meninjau lokasi, Hendy menjelaskan, jika alur retakan berdampak pada tiga rumah warga.

“Untuk yang tiga rumah itu sudah dikosongkan oleh penghuni. Itu setelah kami melakukan survei dan keterangan pemerintah desa,” terang mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPUPKP) itu.

Jika nanti terjadi longsor juga mengancam 4 rumah yang lain. Hasil itu sesuai dengan foto satelit yang telah dilakukan oleh BPBD Ponorogo.

“Kalau hujan turun. Kami sudah mengimbau pemilik 4 rumah untuk mengungsi sementara bagi penghuni. Jaga-jaga kalau memang terjadi longsor. Jangan sampai ada korban jiwa,” urainya.

Laporan masuk pada Juni 2022 lalu, lanjut Henry, BPBD telah melakukan pemantauan dan mitigasi kepada warga di Desa Wates.

Selain jalan, juga ada area persawahan. Henry menyebut, jika daerah persawahan ini yang agak kesulitan. Pasalnya area persawahan tidak mungkin jika tidak ditanami.

“khawatir ada air masuk dalam retakan. Tetapi kalau tidak ditanami, warga bakal kerja apa. Kami koordinasi dengan desa,” terangnya.

Sementara salah satu warga Desa Wates, Henik Lia mengatakan, jika dengan adanya tanah retak itu menjadikan dia sedikit kesulitan untuk ke dukuh lain. Sehingga dia harus berputar.

“Daripada saya kenapa-kenapa. Ya mending mutar saja. Walaupun agak sedikit jauh. Ya dulu pernah juga retak,” pungkasnya.

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved