Berita Situbondo

Medsos Jadi Penyelamat Kerajinan Limbah Kayu Situbondo, Terus Berinovasi Meski Tembus 7 Negara

Ternyata medsos menjadi kunci terselamatkannya bisnis ini, sehingga alumni Pondok Nurul Jadid ini bersemangat memasarkan

Penulis: Izi Hartono | Editor: Deddy Humana
surya/izi hartono
Berbagai kerajinan dari limbah kayu di Situbondo sudah mendapat tempat di pasar mancanegara. 

SURYA.CO.ID, SITUBONDO - Jatuh bangun sektor ekonomi kreatif selama pandemi Covid-19 tahun 2021-2022 lalu, menjadi cerita pahit bagi para pelaku usaha kerajian di Kabupaten Situbondo. Salah satunya dialami pengusaha kerajinan limbah kayu, Homaidi, warga Desa/ Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, yang sekarang kembali merangkaki kebangkitannya.

Akibat pandemi yang memutus kontak dengan para user, Homaini mengaku nyaris tidak dapat mengirim hasil kerajinannya ke sejumlah negara yang menjadi mitranya. Ada tujuh negara yang rutin menerima hasil kerajinan di gerainya, seperti Jerman, Kanada, Prancis, Jepang, Amerika, Slovenia dan Australia.

Selama masa vakum, pengusaha kerajinan sovenir, alat rumah tangga, restoran serta dekorasi berbahan baku limbah kayu jati ini harus memutar otak. Itu karena hasil produksinya menumpuk alias dan tidak terjual.

Sebenarnya peluang ekspor tetap ada selama pandemi itu, namun ada aturan yang sangat ketat. Karena ia Homaidi mulai melirik pemasaran secara online dengan memanfaatkan media sosial (medsos).

Ternyata medsos menjadi kunci terselamatkannya bisnis ini, sehingga alumni Pondok Nurul Jadid ini bersemangat memasarkan hasil produksinya secara online. "Hasilnya pun cukup mengembirakan dan keberlangsungan usaha yang saya tekuni sejak tahun 1998 lalu tetap eksis," kisah Homaidi, Selasa (31/1/2023).

Dengan melibatkan 40 orang pekerja, usaha kerajinan milik Homaidi bisa kembali bergerak dan selalu memenuhi target pengiriman setiap enam bulan sekali ke tujuh negara tersebut. Meski omzetnya tidak sebesar sebelum pandemi, namun metode penjualan online cukup berhasil.

Hasil kerajinan karya anak desa ini tidak hanya diminati pembeli mancanegara tetapi juga disukai para pejabat di Situbondo dan Jawa Timur. Seperti Kapolres, Dandim dan Kajari serta Istri Pangdam V Brawijaya menyukai kerajian olahan limbah kayu tersebut.

Salah seorang perajin limbah kayu, Muhammad Haris, mengaku sudah dua tahun bekeja di gerai milik Homaidi. Menurutnya, dalam sehari ia dan rekan-rekannya mampu menyelesaikan 50 buah kerajinan sesuai pesanan. "Untuk saya sendiri, sehari bisa satu sampai dua kerajinan dalam satu jam," ujar Haris.

Selama memproduksi kerajinan untuk pemesan, Haris mengaku tidak mengalami kesulitan, baik cara membuatnya sampai penyelesaiannya. "Kalau komplain pasti ada, tetapi itu semua bisa diselesaikan," kata pemuda berusia 23 tahun ini.

Ia berharap, rumah produksi tempatnya bekerj berkembang terus dan semakin baik ke depannya. Karena memang sejauh ini rumah produksi milik Homaidi memang berangsur pulih. Seluruh hasil kerajinan nantinya akan dikirim ke luar negeri. "Yang sekarang banyak diminati adalah topi dari kayu, selain piring tempat buah dan pernak-pernik lainnya," kata Homaidi.

Untuk memenuhi permintaan pasar, Homaidi terus berinovasi agar pemesan tidak bosan. Baik dari bentuk, ukuran, unsur artistik, sampai fungsionalnya. Namun ia enggan membuka kartu saat ditanya berapa modal awal ketika kali pertama membuka usaha itu. *****

Sumber: Surya
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved