TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
Ternyata Ini Efek Jangka Panjang Gas Air Mata Terhadap Korban Tragedi Kanjuruhan
Efek gas air mata kedaluwarsa menjadi sorotan sehubungan temuan adanya gas air mata kadaluarsa yang digunakan polisi di tragedi Kanjuruhan oleh Komnas
Penulis: Zainal Arif | Editor: Rahadian Bagus
SURYA.CO.ID | SURABAYA - Efek gas air mata kedaluwarsa menjadi sorotan sehubungan temuan adanya gas air mata kadaluarsa yang digunakan polisi di tragedi Kanjuruhan oleh Komnas HAM.
Akan tetapi jika ditarik ke belakang, gas air mata kadaluarsa justru mengurangi kadar kimia dan efektivitasnya.
Sehingga, ketika ditembakkan, gas air mata tersebut tak akan berfungsi secara optimal.
Gas air mata yang kadaluarsa justru tak akan memberi efek yang separah gas yang tidak kadaluarsa. Karena, kadar kimianya sudah berkurang dan kemampuannya pun menurun.
Gas air mata yang tidak kadaluarsa, apabila ditembakkan akan mengeluarkan partikel-partikel chlorobenzaimalonontrile (CS) seperti serbuk bedak.
Kandungan gas air mata sangat beragam, tidak hanya CS ada juga chloroacetophenone malononitrile (CN), senyawa bromoacetone dan oleoresin capsicum (OC).
Baca juga: LIPUTAN KHUSUS: Korban Tragedi Kanjuruhan Berjuang Sembuh dari Hilang Ingatan dan Kelumpuhan
Untuk jenis CN sering digunakan pada 1950, namun, setelahnya CS lebih sering digunakan karena aman.
Saat ditembakkan dari atas, partikel-partikel seperti serbuk bedak atau CS itu akan melepaskan partikel lain yang lebih kecil yang kemudian berdampak pada tubuh.
Apabila terhirup dapat menyebabkan batuk, sesak, dan lain sebagainya. Kemudian apabila terkena mata bisa menyebabkan mata terasa perih hingga berwarna merah.
Penggunaan gas air mata kadaluarsa untuk membubarkan kerumunan massa yang berpotensi ricuh ini sebenarnya tidak hanya di Indonesia tapi juga banyak negara lainnya.
Gas air mata kerap digunakan di berbagai negara sebagai agen untuk mengontrol massa.
Pada dosis normal, gas air mata tidak memberikan efek mematikan. Namun, pada dosis yang tinggi gas air mata dapat menyebabkan sesak napas hingga kematian.
Sementara untuk sifatnya, gas air mata ini memiliki sifat iritan yang dapat memicu inflamasi.
Semua membran mukosa yang tertempel pada gas air mata menumbuhkan reaksi radang akut. Mulai rasa pedih, gatal, hingga terbakar ketika terkena mata.