TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
Dua Balita Anak Korban Tragedi Kanjuruhan Terus Menanyakan Ibunya
Dua balita di Kota Malang, yaitu Devan (1,5) dan Yusril (4), tak tahu ibunya bernama Radina Astrida Lutfitasari (21) sudah meninggal
SURYA.CO.ID | MALANG - Dua balita di Kota Malang, yaitu Devan (1,5) dan Yusril (4), hanya mengetahui ibunya bernama Radina Astrida Lutfitasari (21) tak kunjung pulang ke rumah karena sedang bekerja untuk mencari uang. Padahal, ibunya tersebut telah meninggal dunia menjadi korban tragedi Kanjuruhan.
Sejak ditinggal pergi sang ibu untuk selamanya, Devan dan Yusril dirawat kakek neneknya, Hari Prasetyo (56) dan Satun (48) di sebuah rumah kontrakan di Jalan Bandulan Gang 1, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Hari Prasetyo mengungkapkan, hingga kini dirinya belum bisa menceritakan kepada kedua cucunya bahwa sang ibu telah meninggal dunia.
Setiap kali mereka menanyakan, Hari langsung menjelaskan bahwa sang ibu sedang bekerja.
"Sering menanyakan ibunya. Terutama Yusril. Kalau sore tanya tentang ibunya, kemana kok enggak pulang. Saya cuma bisa menjawab kalau ibu sedang kerja untuk mencari uang buat sekolah Yusril," ujarnya, kemarin.
Hari menunggu waktu tepat, pada suatu hari nanti, untuk menjelaskan tentang kejadian sesungguhnya kepada mereka.
"Nanti akan ada waktunya sendiri. Kasihan mereka, karena masih kecil-kecil. Nanti pelan-pelan akan tahu," tambahnya.
Sebagai informasi, suami Radina yang juga ayah dari Devan dan Yusril tidak bisa merawat anaknya karena dia sedang menjalani hukuman pidana kasus lain.
Hari Prasetyo mengungkapkan bahwa kondisi psikologis kedua cucunya itu sekarang sudah membaik. Mereka telah bergauldengan teman-temannya.
Sebelumnya, kedua cucunya sempat mengurung diri di kamar dan tidak mau keluar rumah.
"Setelah ibunya enggak ada, dia jadi sering marah-marah dan tidak mau keluar rumah atau main sama teman-temannya," jelasnya.
Kini, Hari yang bekerja sebagai sopir hanya bisa menaruh harapan terakhir kepada pemerintah untuk mengulurkan tangan, membantu dan menjamin pendidikan kedua cucunya tersebut.
Ia menyatakan, pihak keluarga sudah tidak mau tahu soal proses hukum kasus tragedi Kanjuruhan. Ia menyerahkan seluruh proses hukum itu kepada Tuhan.
Yang mereka butuhkan adalah bantuan pendidikan cucunya.