Berita Banyuwangi

Cara Masyarakat Adat Osing Banyuwangi Menyimpan Batik, Toples Buatan Eropa Paling Tersohor

Masyarakat adat Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi punya cara unik untuk menyimpan kain batik.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/aflahul abidin
Batik yang disimpan dalam toples kaca di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. 

SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Masyarakat adat Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi punya cara unik untuk menyimpan kain batik.

Mereka menyimpan kain-kain batik berharga dalam toples kaca bening.

Selain berfungsi untuk merawat, menyimpan kain batik di dalam toples juga menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat.

Memiliki sebuah kain batik yang berharga akan membanggakan jika menyimpannya dalam sebuah toples yang juga berharga.

Dedy Wahyu, salah satu pembatik asal Desa Kemiren, mengatakan, menyimpan kain batik dalam toples adalah upaya dalam merawat tradisi.

Setiap warga Desa Kemiren, kata dia, pasti memiliki kain batik yang disimpan di dalam toples kaca.

"Coba saja masuk ke rumah-rumah warga, pasti semua memilikinya. Dan rata-rata disimpan di tempat yang terlihat," kata Dedy, Senin (26/12/2022).

Jumlah batik dalam toples di rumah-rumah warga juga tak cuma tunggal. Umumnya, satu keluarga memiliki beberapa simpanan batik dalam toples.

Usia masing-masing kain juga beragam. Mulai tahunan hingga belasan tahun. Biasanya, semakin banyak koleksi toples berisi batik, semakin berada keluarga tersebut.

"Jadi mengapa warga menimpan kain batik di dalam toples kaca, bukan plastik? Karena ini juga soal rasa. Ada rasa prestisenya," sambung Dedy.

Dalam satu toples kaca, warga biasanya menyimpan satu pasang kain batik bermotif sama.

Orang tua menyiapkan kain batik itu untuk pernikahan anaknya kelak, atau untuk momen-momen tertentu seperti ritual adat dan hajatan.

Toples yang dipakai untuk menyimpan batik juga tak sembarangan. Masyarakat yang berada biasanya menyimpan kain batik dalam toples buatan Eropa atau Jepang.

Banyak toples yang dimiliki oleh warga-warga sepuh adalah barang yang didapat secara turun temurun.

"Itu harga toplesnya bisa hampir setara dengan harga kainnya," kata Dedy.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved