Berita Jember
Sidomulyo, Desa Devisa Sekaligus Desa Wisata di Kabupaten Jember, Begini Kondisinya
Mas Kades Kamil juga punya alasan kuat kenapa dirinya ingin menguatkan Desa Sidomulyo sebagai Desa Wisata.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, JEMBER -Sidomulyo, sebuah desa di Kecamatan Silo, Jember, bisa mewakili gambaran yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemkab Jember Harry Agustriono, dan Kepala Dinas Koperasi UKM Sartini.
Maklum saja, perpaduan Desa Wisata dan Desa Devisa ada di desa ini.
Jangan membayangkan Desa Devisa itu karena desa itu pengirim pekerja migran, namun karena desa itu sudah menjadi pengekspor komoditas.
Kopi merupakan komoditas yang diekspor desa tersebut.
Gubernur Jatim menyematkan SK Desa Devisa kali pertama untuk Desa Sidomulyo di Jawa Timur.
Sedangkan SK Desa Wisata merupakan SK yang dikeluarkan oleh bupati Jember pada Agustus 2022.
Sehingga saat Ulang Tahun Harian Surya ke-33 yang bertemakan pemulihan ekonomi setelah didera dua tahun pandemi Covid-19, SURYA.co.id memilih mendatangi desa tersebut dan menuliskannya untuk edisi HUT Surya.
Berada di lereng gunung, perbukitan, dan hutan, Desa Sidomulyo berhawa sejuk. Desa itu dianugerahi hamparan sawah, dan pemandangan alam yang indah.
Sumber air melimpah, karena kehadiran aliran sungai, juga sejumlah sumber mata air.
Desa Sidomulyo merupakan desa paling pinggir Jember di sisi timur Jember. Desa itu berbatasan langsung dengan Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi.
Jika anda melintasi jalan nasional, tepatnya di jalur Gunung Gumitir, maka jalur tersebut secara administrasi masuk di Desa Sidomulyo.
Meski berada di perbatasan, desa itu menyimpan banyak potensi luar biasa.
Bahkan bisa disebut desa yang komplet, apalagi kini mengantongi SK Desa Devisa dan SK Desa Wisata.
Kepala Desa Sidomulyo Kamiludin SKep Ners memperjuangkan desanya mengantongi SK Desa Wisata.
Sebab dia menargetkan Tahun 2023 nanti, Desa Sidomulyo bakal ikut di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Tahun 2022 ini, desa itu sudah lolos di 300 besar ADWI, namun karena kurang kelengkapan administrasi, satu di antaranya SK Desa Wisata, sehingga tidak lolos di tahap selanjutnya.
Bukan tanpa alasan, Mas Kades - sapaan akrab Kades Kamil-, memperjuangkan SK Desa Wisata. Karena pihaknya memang ingin mengukuhkan Desa Sidomulyo sebagai Desa Wisata.
Apalagi selama ini desa itu sudah dikenal sebagai salah satu desa wisata di Jember, meski masih secara lisan.
Mas Kades Kamil juga punya alasan kuat kenapa dirinya ingin menguatkan Desa Sidomulyo sebagai Desa Wisata.
"Karena pariwisata menjadi pintu masuk paling efektif pengembangan ekonomi desa, akan berdampak pada banyak sektor. Oleh karena itu, salah satu yang kami lakukan kemarin adalah legalisasi Desa Wisata," ujar Mas Kades saat berbincang dengan Surya, Minggu (30/10/2022).
Pemdes Sidomulyo memakai konsep 'integrated destination development' atau pengembangan pariwisata terintegrasi. "Pengembangan destinasi kami berbasis gotong royong," terang Mas Kades.
Sidomulyo berani memakai konsep itu, sebab desa yang dinaungi Gunung Raung dan Pegunungan Gumitir itu, memiliki beragam potensi. Pertanian dan perkebunan jelas punya, peternakan jangan dipandang sebelah mata, kerajinan juga ada.
Aneka kelompok yang mengembangkan masing-masing potensi juga sudah terbentuk. Ada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sidomulyo yang menggarap beberapa destinasi wisata, lalu Gerakan Pemuda Sidomulyo yang menggarap kerajinan batik (Rumah Batik), lalu Kelompok Ternak Bina Mandiri yang menggarap pengelolaan domba.
Tentu saja yang baru saja menjadi 'communal branding' Jawa Timur adalah kopi Sidomulyo bermerek 'Javeast Coffee yang disediakan oleh Kelompok Tani Kopi Koperasi Ketakasi. Koperasi Ketakasi, sebuah UKM di Kabupaten Jember yang sudah 'on boarding' karena mampu mengekspor kopi robusta dari desa tersebut.
Tidak aneh, Pemprov Jatim memilih kopi Sidomulyo, bersama dengan Desa Wonosalam Kabupaten Jombang, dan Desa Kare Kecamatan Madiun, sebagai 'communal branding' kopi Jatim.
"Karena memang produksi kopi kami luar biasa secara kuantitas," tegas Mas Kades.
Selain melalui kelompok-kelompok, juga ada usaha masing-masing warga desa yang sudah menjadi ikon desa, bahkan terkenal sampai ke luar daerah, juga luar negeri.
Sebut saja Rumah Akar, dan Raja Domba Indonesia. Rumah Akar, sebuah tempat usaha pengolahan limbah kayu menjadi kerajinan. Raja Domba Indonesia, sebuah tempat usaha peternakan domba yang menjadi ikon desa tersebut.
Sejak sebelum Kamil menjabat sebagai kepala desa, pegiat wisata di desa tersebut sudah membikin aneka paket wisata. Seperti contoh paket wisata Rp 50.000 per orang, maka akan diajak mengunjungi Raja Domba Indonesia, rumah batik, fosil kayu / Rumah Akar, industri kopi, wisata alam, dan menikmati jajanan tradisional. Pengunjung difasilitasi naik kereta wisata untuk berkeliling ke tempat-tempat itu.
Mulai Tahun 2023 nanti, Kamil yang akan setahun menjabat sebagai Kades pada Desember 2022 nanti itu, akan meluncurkan konsep pengembangan pariwisata 'integrated destination development' tersebut.
Setahun ini, pihaknya menata kembali semua potensi yang sudah dimiliki dan sudah berjalan. Sebagai penanda, Pemdes membangun sebuah gerbang besar di pintu masuk desa yang terhubung dengan Jalan Nasional Jember - Banyuwangi.
Di gerbang itu ada patung domba. Nantinya juga bakal diberi pos tourism information center (TIC).
"Karena warga kami kesulitan kalau mengeja Bahasa Inggris, jadi kami pilih istilah Rukun Wisata. Nanti di pos itu menjadi pusat informasi," lanjut alumni Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember itu.
Rukun Wisata Sidomulyo itu berada di bawah naungan Badan Usaha Milik desa Bersama (Bumdesma) Sidomulyo.
Harapannya nanti, para wisatawan akan secara mudah dan jelas mendapatkan informasi tentang wisata desa, terdistribusi secara merata, dan pada akhirnya akan ada pendapatan pada desa, juga pada ekonomi masyarakat desa.
"Dan tentunya menjadi Desa Wisata itu juga bagaimana mengubah mindset orang, itu yang terpenting," tegasnya.
Dari pengembangan wisata secara terintegrasi itu, tentunya bakal berdampak kepada sektor lain, termasuk UKM.
"Sebab orang berwisata itu kan setidaknya memenuhi dua indera yakni mata dan mulut. Apa yang bisa dilihat, kemudian apa yang bisa dimakan. Kemudian melangkah apa yang bisa dibawa, juga dikerjakan," lanjut Mas Kades.
Oleh karena itu, pihaknya juga akan menata UKM oleh-oleh seperti camilan, dan kerajinan kecil. Sedangkan jajanan tradisional akan tersaji jika ada pemesanan.
Produk camilan dan kerajinan kecil ini nantinya akan ditempatkan di satu tempat, sebuah pusat oleh-oleh Sidomulyo.
Apa yang bisa dilihat dan dikunjungi tentu sejumlah tempat di atas seperti industri kopi Ketakasi, Rumah Akar, Raja Domba, juga Rumah Batik.
"Apa yang bisa dikerjakan di Sidomulyo, banyak hal. Mau berwisata alam sambil gowes, naik motor trail, atau juga naik kereta wisata itu," imbuhnya.
Selain paket wisata berbasis UKM, nantinya juga akan ada paket wisata berbasis hortikultura musiman, seperti ketika masa panen durian, alpukat, pepaya, juga buah naga.
Dan mengulik tentang Sidomulyo, tentu tidak bisa dilupakan satu tempat wisata yang sudah eksis yakni Wisata Pinus Sidomulyo.
Tempat wisata yang dikembangkan oleh Perhutani bersama sejumlah pihak, termasuk keterlibatan Pokdarwis.
Salah satu tempat tujuan wisata di Jember yang sudah menggaet ribuan orang pengunjung.
Pengembangan pariwisata itu nantinya, diyakini bakal makin menghidupkan perekonomian warga Desa Sidomulyo, dan menjadikan Desa Sidomulyo makin dikenal dan menjadi jujugan wisata di Jember.
"Karena seperti Bung Hatta bilang, Indonesia tidak akan besar karena obor di pusat (Jakarta), namun akan bercahaya karena lilin di desa. Sehingga menjadi penting bagi kami, dan kami juga berkewajiban turut memajukan negara ini, dari yang paling kecil yakni dari desa. Dari desa Indonesia bisa maju," tegas Mas Kades Kamil.
BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA