Berita Lifestyle

Bikin Busana Zerowaste, Aryani Widagdo Tak Ingin Tinggalkan Sampah Perca Kain

Desainer sekaligus pendidik fashion senior di Surabaya Aryani Widagdo menyadari, fashion penyumbang limbah terbesar.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/ahmad zaimul haq
Model memeragakan busana bergaya retro-back to 70-90 an bertema Zero Zone Denim karya tim Aryani Widagdo Creatovoty Nest pada gelaran Surabaya Fashion Trend di Ciputra World Surabaya Mall, Jumat (11/11/2022). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Sampah dan limbah tidak hanya dari bekas makanan maupun minuman, namun juga dari industri fashion.

Tanpa kita sadari, pakaian yang sehari-hari dikenakan bisa menghasilkan sampah.

Puluhan tahun berkecimpung di dunia fashion, Desainer sekaligus pendidik fashion senior di Surabaya Aryani Widagdo menyadari, fashion penyumbang limbah terbesar.

“Kita tahu bahwa industri fashion, khususnya Fast Fashion, adalah pencemar kedua terbesar di dunia, setelah industri minyak,” kata Putri mewakili Aryani Widagdo dalam acara Surabaya Fashion Trend di Ciputra World beberapa waktu lalu.

Menurutnya, zerowaste fashion adalah sebuah pola pikir baru dalam dunia fashion, dan merupakan “Masa Depan Industri Fashion.

Membuat desain pakaian dari satu kain tanpa menyisakan satu serat pun. Itu lah yang dikenal dengan konsep zerowaste fashion.

Dalam hal ini, Putri mengenalkan delapan busana berpola zerowaste.

Artinya, dalam proses produksinya, sama sekali tidak meninggalkan sampah perca kain. Nol limbah.

Desainer membuat pola sedemikian rupa di atas bidang hingga menjadi pakaian utuh. 

Koleksi busana ini diwujudkan dalam berbagai bentuk busana berbahan kain denim, lurik dan Batik Bali.

Didesain dan dijahit tim Aryani Widagdo Creativity Nest.

“Selain dikelola dengan zero waste tanpa perca kami juga mendukung pengrajin kain lokal. Lebih banyak lurik dari produk lokal, linen dan batik Bali,” katanya.

Bentuk busananya, beragam. Ada celana, sarung lilit, rok bawah hi-lo (depan Panjang, belakang pendek), baju luar berbagai bentuk dan aksesoris.

“Kami fokus ke menciptakan busana tanpa meninggalkan limbah. Jadi kami researchnya panjang, satu bulan untuk satu baju,” ujar Putri.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved